(“Ngelus dada, ya, Mas … abis baca curhatan teman saya?”)
Aneh. Padahal Samudra tidak kenal dengan temannya Nami. Namun entah mengapa ketika membaca cerita tentang seorang gadis yang mengejar cinta teman Nami tersebut, padahal si gadis sudah punya pacar-mau tak mau membuat Samudra tersentil dengan setiap jawaban yang diberikan Nami.(“Saya tertampar, Nona. Saya sangat jarang memiliki waktu untuk pacar saya. Sekarang saya mendadak kepikiran dengan pacar saya yang tidak ada merespon semua pesan saya. Saya percaya dia sebelum ini, tapi saya lupa jika pacar saya mungkin memiliki batas kesabaran.”)Samudra yang biasanya bercerita tentang pacarnya kepada teman-teman satu grupnya. Sekarang meloloskan pemikirannya pada Nami begitu saja. Kadang kegundahan yang dialami manusia, membuatnya mudah percaya pada orang lain.Sementara Nami yang mengetahui apabila cinta pada pendengaran pertamanya sudah memiliki pacar, hanya bisa tersenyum miris. Untung masih sekadar naksir. Belum yang baper sampai ke palung jiwa.(“Di ponselnya mas juga nggak ada sama sekali pacar mas menghubungi. Apa bisa saya bantu melakukan sesuatu? Mungkin dengan mengirimkan hadiah kecil ke alamat rumahnya? Saya sekalian ngasih tau tentang ponsel kita yang nggak sengaja tertukar.”)Nami mengantisipasi duluan agar tidak ada kesalahpahaman ke depannya. Tapi memang aneh. Kalau pacar, bukannya seharusnya pasti ada menghubungi?(“Mungkin dia sibuk.”)Samudra sangat positive thinking. Meski kecurigaan juga bercokol di kepalanya. Curiga jika sang kekasih sibuk dengan pria lain yang selalu ada untuknya dibanding dirinya yang super sibuk dan hanya bisa menemui sesekali.(“Maaf, Mas. Sesibuk-sibuknya orang, kalau prioritas, sih … pasti dihubungi walau cuma minimal semenit. Emang sesibuk apa sampai pasangan sendiri diabaikan?”)Lagi, dalam satu waktu … Nami menghantamnya dengan kata-kata telak.Samudra jadi kepikiran jika sang kekasih sudah terbiasa tanpa kabar darinya.(“Jadi saya salah, karena lebih mementingkan karir daripada pacar saya, Nona? Padahal saya tidak bermaksud mengurutkan siapa yang nomor satu. Akan tetapi, karir saya lebih penting dari nyawa saya.”)Nami merinding membaca pengakuan seorang Mas Dirga. Namun Nami tidak menganggap salah apa yang diungkapkan oleh pria itu. Di dunia ini, tidak semua orang mementingkan kekasih memang. Menurut Nami itu wajar-wajar saja. Apalagi bila pembandingnya adalah karir.Karir adalah sesuatu yang memang paling sulit dimiliki di era modern. Tak semua orang mencicipi apa yang namanya kesuksesan dalam berkarir. Namun sayangnya, kesuksesan antara karir dan asmara … rata-rata tidak menemukan keseimbangan. Banyak yang hanya beruntung salah satunya. Bahkan ada yang sial di dua urusan tersebut.(“Nggak salah, Mas. Apalagi kalau mas meniti karirnya nggak gampang. Saya paham banget, sulitnya perjuangan untuk sampai ke titik yang kita harapkan. Jadi nggak bisa nyalahin mas juga kalau kehadiran pacar nggak bikin mas menomorduakan karir.”)Samudra sontak menepukkan telapak tangannya sebanyak satu kali dengan terlampau kencang setelah membaca pendapat Nami. Ketika banyak wanita di luar sana yang ramai menyalahkan para pria yang terlalu berdedikasi dengan karir, sehingga pasangannya mencak-mencak merasa diabaikan. Maka Nami memiliki pemikiran dari sudut pandang yang berbeda.(“Saya senang sekali setelah ada yang memahami jalan pikiran saya. Sumpah, bukan maksud saya mengabaikan pacar. Namun pekerjaan saya sekarang membuat saya terpaksa menutupi hubungan dari khalayak.”)Nami kembali menebak tentang apa pekerjaan pria yang awalnya ia kira seorang selebgram atau influencer. Jika seseorang begitu mengkhawatirkan karirnya, sepertinya bukan influencer ataupun selebgram. Setahu Nami, orang dengan dua profesi itu, tidak begitu risau mempublikasikan pasangannya. Apakah seorang Dirga begitu banyak pemujanya sampai tidak bersedia mempublikasi hubungan?(“Intinya kalau memang mas serius sama pacar mas. Jangan diabaikan seharian aja, Mas. Semenit pun perempuan udah happy dikabarin.”)Apalagi Nami yang malah sangat bahagia jika memiliki pasangan yang menceritakan tentang kesehariannya. Nami merasa benar-benar seperti orang penting di hidup si pacar.Sayang, pacarnya tidak ada.(“Hmm, sepertinya memang saya yang salah. Pacar saya orang yang nggak mempermasalahkan kesibukan saya juga sebenarnya, tapi saya malah menganggapnya enteng.”)(“Maaf, Nona. Tidak seharusnya nona menyimak hal begini. Nona boleh lanjutkan pekerjaannya.”)Nami tidak masalah bila si Mas Dirga ingin sharing dengannya. Justru Nami merasa tidak kesepian. Gara-gara ponselnya tertukar, otomatis satu-satunya orang yang berhubungan dengannya hanyalah Samudra seorang. Untung nyambung-nyambung saja saat dirinya dan Mas Dirga mengobrol.(“Nggak masalah, Mas. Kerjaannya sudah finish. Semoga nggak ada senior yang tiba-tiba naroh kerjaannya di meja saya.”)Apakah ini saatnya Samudra harus menyinggung masalah lingkungan kerja Nami?(“Jangan sampai ketahuan kalau kerjaan nona sudah selesai. Nona pura-pura ngetik apa gitu. Hehe.”)Nami di meja kerjanya tertawa seraya membekap mulut. Bisa melucu sekaligus berbicara informal juga Mas Dirga ternyata.Kira-kira usia Mas Dirga berapa, sih? Nami jadi bertanya-tanya lagi. Ingin langsung menanyakannya pada Mas Dirga, takut jatuhnya kurang sopan.Nami jadi curiga kalau sebenarnya Mas Dirga ini bapak-bapak bujang lapuk. Makanya bahasanya kaku sekali saat bertukar pesan.Ah, Nami teringat jika ia tinggal log in ke akun sosial medianya Mas Dirga saja untuk mengetahui bagaimana rupa dan mungkin bisa menemukan profesi serta kesehariannya.Nami hampir menekan salah satu icon aplikasi sosial media dari layar ponsel Mas Dirga, ketika bertepatan dengan masuknya pesan dari seseorang bernama Kak Benua.(“Sam, uangnya belum masuk ke rekeningku.”)Sam?Meski Nami bingung dengan sapaan Mas Dirga yang lain. Nami mengirimkan screenshot pesan dari orang bernama Kak Benua tersebut ke nomornya.(“Astaga, saya hampir lupa! Nona Nami, saya minta tolong untuk masuk ke m-banking saya dan kirimkan uang sejumlah tiga ratus juta kepada rekening yang bernama Benua Armada Putra.”)Nami buffering beberapa detik. Tidak salah, kah, pria asing ini meminta tolong padanya mentransfer uang dengan m-bankingnya yang sendiri?Siapapun tahu jika m-banking itu tidak bisa diakses oleh orang lain, karena bisa disalahgunakan.(“Oh, iya. Pin m-banking saya, tiga belas nol enam tiga belas.”)BUSYET!Bola mata Nami membesar memelototi pesan terakhir Mas Dirga yang dengan entengnya memberikan pin m-bankingnya!(“Mas, serius ini saya dipercaya untuk mengakses m-bankingnya? Saya tremor ini, Mas!”)Nami tidak berlebihan mengatakan demikian. Nami memang gemetar.(“Haha. Tidak masalah, Nona. I trust you. Thank u sebelumnya. Kak Benua itu kakak saya. Uang tadi untuk pengobatan ayah kami.”)Astaga!Nami harus mengesampingkan rasa shocknya. Ia harus cepat mengirimkan uang tersebut kepada kakaknya Mas Dirga.Nami pun menarik napas dan menghembuskannya sebanyak dua kali untuk menenangkan diri. Ia lemaskan jari-jarinya sampai akhirnya ia berhasil memasukkan enam digit pin ke akun m-banking Mas Dirga.Beranda depan akun m-banking pun terbuka dan dengan jelas terpampang jumlah saldo seorang Mas Dirga yang membuat Nami sontak lebih melotot dari sebelumnya.WHAT?!“Nembus M!” Nami tanpa sadar memekik hingga terdengar ke meja samping kanan kirinya. Nami tidak berhenti terkejut setelah berhasil masuk ke akun m-banking milik Mas Dirga. Bagaimana tidak terkejut, jika jumlah saldo yang dimiliki pria asing tersebut bisa membuat Nami berfoya-foya sampai anak cucu?“Kerjaan kamu udah selesai? Kalau udah, mending kamu bantuin kami. Biar kami bisa cabut ke kondangan.”“Belum, Kak.” Nami menjawab dengan sesopan mungkin,”Maaf, kalau tadi berisik. Saya diberi tugas dadakan oleh Pak Kaze.”Nami mempertahankan wajah pura-pura bodohnya. Para rekan kerjanya menggerutu hingga terdengar ke telinganya. Nami coba mengabaikan, meski rasanya menyakitkan. Nami tidak sepasrah itu sebenarnya diperbudak. Ia tetap mampu menolak, meski tidak pakai kekerasan dan acara menangis penuh dramatis.Ada yang lebih penting untuk Nami lakukan sekarang, yakni mengirim uang kepada Benua Armada Putra. Tidak b
(“Mas, nama pacarnya Raline, ya?”)Nami tidak bisa sabar sepertinya untuk mengetahui identitas Mas Dirga yang sebenar-benarnya dari sumbernya langsung. Begitu selesai dirinya mengobrol singkat dengan ibunya Samudra. Nami langsung menghubungi si mengaku yang namanya adalah Dirga. Tak disangka pula, Nami mendapat panggilan video langsung dari nomornya sendiri alias Dirga. Jantung Nami berdegup kencang. Ia harus mengobati rasa penasarannya dan panggilan video pun diterima. Oh, damn!Sosok yang terlihat di layar ponselnya sekarang benar-benar Samudra Dirgantara, idolanya atau pria yang sering Nami jadikan inspirasi kehaluannya dalam mengetik karya fanfiction yang hanya bertujuan untuk hiburan sesama penggemar Squirrel Crush.“Nona Nami?” Bibir tebal Samudra tersenyum simpul. Jangan tanya kondisi Nami sekarang. Gadis itu antara bengong, tidak percaya dan terkesima menatap sang idola yang sibuk memanggil namanya. Sepertiny
(“Nona, pacar saya selingkuh.”)Nami mengabaikan ponsel Samudra cukup lama hari itu. Pekerjaan di kantor seolah menerjangnya sampai bernapas pun ngos-ngosan. Belum lagi Nami harus menghindari Pak Kaze yang terlalu ingin berinteraksi secara tidak professional. Satu deret pesan yang muncul dari Samudra, baru saja Nami baca. Nami mengetikkan balasan beberapa kali. Akan tetapi, ia merasa tidak yakin dan berujung menghapus berulang. Sampai akhirnya Nami memutar otaknya untuk memilih respon yang tepat untuk segelintir informasi yang sejujurnya tidak mengejutkan lagi bagi Nami. Nami sudah mengetahui jika kekasihnya Samudra berselingkuh. Semua itu bermula ketika dirinya ditemui Rauf di kantor waktu itu. Mereka memutuskan untuk makan siang bersama, sekalian Nami mendengarkan cerita lengkap tentang urusan asmara Rauf. Dari sanalah terkuak jika Raline, kekasihnya Samudra yang mengejar-ngejar Rauf dengan dalih cinta lama bersemi kembali setelah mengendap di balik hati selama sepuluh tahun. Rau
("Kak, tumben nggak pernah nyapa di grup lagi? Di Milan sana sibuknya sampai bikin kakak nggak bisa pegang ponsel?")Nami menerima pesan dari Junot, sang rapper di Squirrel Crush. Tampaknya Nami melakukan kesalahan dan bersikap seperti bukan Samudra. Nami pun mengirimkan pesan Junot kepada Samudra dan ia menerima sebuah voice note yang berbunyi jika Samudra sedang sibuk. Jadi belum bisa terlalu intens untuk menghubungi Junot dan yang lain.("Mas, itu suara Mas asli?")Samudra menjawab jika yang ia rekam untuk dijadikan voice note memang suaranya.("Pokoknya kalau nanti Junot mengirim pesan kepada Nona. Segera kirimkan ke saya. Maaf, merepotkan. Anaknya sedikit ... em, begitulah.")Nami lupakan sejenak mengenai suara di voice note yang dikirimkan Samudra, karena Nami harus segera meneruskan voice note tersebut kepada Junot, teman satu grup Samudra.("Coba kirim foto.")Huh!Akhirnya Nami menghembuskan n
(“Nona Nami. Maaf, soal kemarin.”)Nami tidak marah perkara Samudra yang memberikannya solusi. Wajar Samudra mengatakan hal tersebut, karena jauh di lubuk hatinya pun-Nami ingin keluar dari lingkungan kerja itu. Namun masalahnya adalah Nami tidak yakin akan menemukan kerjaan pengganti yang gajinya setara bahkan lebih besar dari pekerjaannya sekarang.Meminta tolong pada teman-temannya yang kaya? Sudah pasti bisa. Hanya saja, Nami segan untuk melakukan itu. Nami selama ini geram dengan mereka yang mendapatkan pekerjaan, karena orang dalam. Lantas jika dirinya meminta pekerjaan pada teman-temannya, bukankah itu sama saja menjilat ludah sendiri?(“Mas Dirga nggak ngelakuin kesalahan sama sekali, kok. Harusnya saya berterima kasih, karena diperhatikan idola sendiri. Hehe.”)(“Thank u, ya, Mas?”)Tidak salah sedikit bercanda agar Samudra tidak terlalu merasa bersalah. Ting!Nami kira itu notifikasi balasan pesannya tadi. Rupanya ada yang berkicau di grup chat Tupai Lapuk. Nami lekas membu
Tawa Samudra kembali mengundang sang manager, Rajasa yang sampai beberapa kali menoleh. Artisnya baru kemarin mengatakan patah hati perkara pacar. Akan tetapi, hari ini Samudra malah tertawa hingga menghentak-hentakkan kedua kaki. Bukannya bertanya, Rajasa membiarkannya. Samudra sesungguhnya terhibur akan novel yang ditulis oleh Nami. Tokoh utamanya adalah dirinya dan Nami. Cerita yang baru ia baca adalah cerita tentang Samudra yang menjadi seorang chef dan Nami sebagai asisten chef yang doyan kena marah. Namun ujung-ujungnya mereka saling jatuh cinta. Yeah, cerita ala-ala drama romantis memang!Samudra tertawa bukan karena meremehkan karya tulis Nami. Akan tetapi, Samudra terhibur dengan pemilihan kata yang kerap mengundang gelak tawa. Samudra sebagai pembaca sampai lupa apabila tokoh utamanya adalah dirinya sendiri. Lantas ketika Nami memohon agar Samudra tidak memviralkannya masalah kebohongan akan memperjualbelikan fanfictionnya kepada pembaca setia, tampaknya Samudra tak akan
JUNOT(“Ngapain give away cincin, Kak?”)IBU(“Nona Nami, apa kabar? Tolong, tanyain ke Samudra. Beli cincin buat pacarmu, udah? Malah sedekah cincin.”)Nami menerima pesan dari orang sekaligus. Hampir saja tadi Nami membaca pesan dari Junot. Untung belum sempat dibuka. Nami harus mengirimkan screenshot kepada Samudra setelah membalas ramah pesan ibunya Samudra. Samudra yang sedang jalan-jalan ke museum, tentu tidak memperhatikan ponsel lebih cepat.Alih-alih mendapatkan balasan dari Samudra, justru grup chat Tupai Lapuk kembali riuh dengan obrolan yang didominasi Ari, Arson, dan Umang. Lama kelamaan, ketiganya menjadi mood booster Nami akibat obrolan mereka yang sangat menghibur. ARRASSO(“Ada yang banting setir jadi penjual perhiasan.”)BIMA(“Pasti pulang ke New City, Kak Samudra buka toko emas Xiuping.”)Nami terbahak usai membaca pesan dari Bima alias Umang. Namun itu tidak berlangsung lama, karena Nami segera teringat dengan alasan cincin tersebut dijadikan hadiah give away
(“Anak manis, bulan depan perpanjang kontrak. Saya masih menawarkan jabatan yang lebih tinggi sebagai asisten saya. Jika kamu bersedia, kamu harus mengikuti prosedur dari saya. Gaji pokoknya lebih besar dari posisi kamu sekarang. Ada tunjangan dan bonus. Jika ingin lebih, saya bisa menyediakan yang jauh lebih besar nominalnya.”)(“Ngomong-ngomong, kamu cantik hari ini.”)Samudra meremat ponsel Nami dengan geram usai membaca pesan dari Pak Kaze. Tak hanya itu hal yang membuat Samudra menajamkan rahang. Pak Kaze setiap hari mengirimkan foto Nami yang diambil secara diam-diam. Samudra tak pernah mengatakannya pada Nami. Namun ketika digulir ke atas, Samudra menemukan banyak pesan yang berbunyi nakal. Ritual Pak Kaze mengambil foto Nami diam-diam juga ternyata dilakukan hampir setiap hari. (“Rok pink kamu hari ini, cocok sama perhiasan yang saya lihat di toko jewelry. Kalau mau, sini ke ruangan saya. Ngobrol sambil pangku.”)(“Tadi wangi banget waktu kita papasan. Bikin saya berdesir da
"Apa ini, Bu?"Saat jam istirahat makan siang, ibunya Samudra menemui Nami secara mendadak. Nami diajak ke cafe terdekat dari kantornya untuk makan siang. Sembari menunggu pesanan disajikan ke hadapan, ibunya Nami memberikan sesuatu kepada sang menantu."Itu tiket. Nggak mungkin kamu nggak tahu." Ibunya Samudra terkekeh kemudian.Ya. Nami tahu jika itu tiket. Namun maksudnya apa memberikan tiket kepadanya?"Kamu sama anak ibu abis bertengkar, kan? Meski sekarang udah baikan, ibu sama ayah mau ngasih dua tiket ini, biar kamu dan Samudra bisa liburan berdua. Anggap bulan madu tipis-tipis.""Bu." Nami tersenyum canggung menatap tiket dan mertuanya bergantian."Kok, ayah sama ibu repot-repot?""Nggak repot sama sekali. Ibu itu kepengen kamu dan Samudra lebih lengket aja."Nami senang, karena mertuanya untuk ke sekian kali menunjukkan kebaikannya yang hangat. Namun kali ini, Nami terpaksa menolak."Ibu, terima kasih banget sudah peduli sama kami dan sayang sama aku. Aku beruntung banget b
"Maaf soal kelakuanku di mobil."Kalau dipikir-pikir sesudah kepalanya dingin, sikap seperti tadi sungguh childish. "Mas juga minta maaf, Sayang."Samudra kapok mengambil peran untuk drama romantis setelah ini. "Harusnya aku ngerti kalau mas cuma kerja. Padahal aku masih suka dengerin lagu-lagunya mas yang dipersembahkan buat Raline dulu. Tapi anehnya aku nggak cemburu dengernya."Bahkan Samudra sempat menjadikan Raline model video klipnya. Nami masih ingat adegan per adegan romantis Samudra bersama Raline. Namun ketika otaknya memutar memori video klip tersebut, ada pertentangan yang berbeda dengan perkataannya sebelum ini."Tapi kesel, ih! Kok Mas sama Raline so sweet banget? Dibikinin lagu satu album plus dijadiin model video klip lagi."Samudra cuma bisa bengong awalnya. Sampai akhirnya ia tersadar bila harus merespon untuk menenangkan Nami yang tampaknya lelah."Sayang, lagu-laguku yang terinspirasi dari kamu, sudah melebihi dua lagu dari lagu-laguku buat Raline. Kalau kamu mau
Tak ada yang bisa menandingi bagaimana panasnya hati seorang perempuan, saat mendengar atau bersentuhan sedikit dengan kata menjijikkan bernama PELAKOR. Arsya, Arsyi, dan Leony bergerak gesit mendandani Nami agar lebih mentereng dan mencuri perhatian lebih dari Aleena Kalila acara menonton bersama episode satu yang tayang serempak hari ini. “Aku sudah mengetahui tentang semua yang dikenakan Aleena hari ini. Pemilik butik tempatnya membeli gaun, berhubungan baik dengan Kiano.” Arsya merasa bangga dan puas hati, karena bisa mendapatkan gaun yang lebih wah, tidak norak, tapi tetap elegan untuk Nami. “Hair stylistnya Aleena pun, aku mengenalnya,” sambung Arsya yang memang untuk urusan seputar fashion, sudah tentu memiliki koneksi yang luas. Itu dikarenakan pekerjaannya yang memang berkutat di bidang tersebut. Nami hari itu sungguh tampil maksimal. Perutnya yang sudah sedikit membuncit tidak menjadi halangan untuknya mengenakan gaun berwarna biru malam dengan aksen manik-manik gemerlap
Syuting sudah usai. Samudra dan Nami yang sempat berseteru dalam diam, perlahan kembali menjalin untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat dingin. Nami gerah dan cemburu mengetahui tak sedikit para penggemar dan netizen yang malah berpendapat terang-terangan jika Samudra dan Aleena sangat serasi. Lebih gilanya lagi, Samudra dan Aleena memiliki fanclub bentukan perempuan-perempuan sinting yang secara tidak langsung, seperti mendoakan Samudra dan Aleena menjadi pasangan real saja. Yang dilakukan Samudra sudah benar. Ia lebih intens memperhatikan Nami. Komunikasi mereka juga meningkat tajam. Bila Nami tidak cepat mengangkat panggilan dan membaca pesan, justru Samudra yang ketar-ketir. Saking tidak inginnya Samudra melihat istrinya sedih dan stress saat hamil, Samudra lebih gila lagi membagikan momen-momen manis Nami yang entah sendirian atau saat bersamanya dan acara kumpul keluarga. Gara-gara hal itu, netizen seperti terbagi-bagi menjadi beberapa kubu. Kubu pertama adalah kubu o
"Sayang, maaf soal Aleena.""Iya. Nggak papa, Mas.""Serius nggak masalah? Jangan bohong.""Kesal sebenarnya." Bahkan Nami gatal sekali ingin menjambak rambut panjang Aleena, kemudian menjedotkan kepalanya ke jalan aspal. Untung saja Nami bukan psikopat. "Tapi aku tahu kalau mas nggak bakalan tertarik. Lagian kalau mas khilaf, aku bisa tinggal angkat kaki."Samudra menelan ludahnya susah payah,"Jangan, Sayang. Masa aku khilaf? Nggak percaya aku memangnya?"Nami cuma tersenyum,"Percaya, kok. Aku cuma mau ngasih tahu aja kalau laki-laki selingkuh yang ngaku khilaf itu, nggak perlu didampingi.""Nggak, Sayang. Aku nggak akan berbuat sebodoh itu. Janji." Samudra sampai mengacungkan dua jarinya. "Iya. Iya."Nami tidak ingin membahasnya lagi. Hormon kehamilannya, membuatnya jauh lebih sensitif. "Gaya bicara kamu berubah banyak, Mas." Nami selama ini jarang menyinggung hal yang satu itu. "Emmm, mas harus terbiasa, Sayang. Dialog juga kebanyakan gaya bahasa informal. Sama kru syuting dan
Syuting untuk series drama pertama Samudra pun dimulai hari ini. Syuting hari pertama berjalan cukup lancar. Meski Samudra harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebelum ini, sebagai seorang artis, tidak dipungkiri memang urusan akting bukan hal yang pertama baginya. Namun syuting untuk series drama dengan musik video tetap ada perbedaan. Samudra harus menghapal naskah dan membangun chemistry dengan lawan mainnya lawan mainnya kali ini adalah seorang gadis bernama Aleena Kalila. Aleena memang pernah berskandal sebelumnya. Namun karena tidak terbukti, Aleena masih tetap digunakan bakatnya dalam dunia entertainment. Karena harus membangun chemistry, mau tidak mau samudra dan Aleena diharuskan lebih dekat agar proses syuting berjalan dengan baik.Tentu saja semuanya dilakukan dengan profesional. Hubungan antara Samudra dengan pemain lain dan para staf pun sangat bersahabat.Samudra juga beberapa kali mendapatkan kiriman food truck dari Mellifluous juga dari teman-teman satu grupny
“Nami.” “Eh, Arsya.” Namun Nami segera merevisi panggilannya,”Bu Arsya, selamat siang. Pak Kiano ada di dalam.” “Ck! Aku mau ngobrol bentar sama kamu. Nggak usah manggil ibu gitu, ah. Aneh dengarnya.”Nami belum mengiyakan, tapi Arsya sudah menariknya agar berdiri dari kursi kerjanya. Nami digandeng, dibawa ke cafetaria kantor. “Eh, ada Arsyi sama Leony juga. Ini mau ada apaan?”Nami akhirnya duduk bergabung bersama tiga sahabatnya. Nami merasa heran, karena ketiga temannya menatapnya dengan tatapan aneh. “Nami, kamu serius ngizinin Samudra main drama series?” tanya Leony memulai rapat dadakan yang entah bertujuan untuk apa. “I-iya.” Nami semakin heran jika pertemuan itu dilakukan hanya untuk membahas Samudra akan memulai debut akting di drama series. “Kenapa, Nam?” tanya Arsyi dengan kening berkerut dalam. “Ya, nggak kenapa-napa banget. Tapi justru kalian kenapa, deh?” “Nam, kamu harus larang Samudra. Mumpung belum syuting.” Arsya mendesak. Nami malah semakin tidak mengerti d
"Eh, tumben ada kembang api."Sebelum mereka kembali ke hotel, Nami dan samudra memutuskan untuk jalan-jalan di pusat keramaian di kota Seoul.Selain mereka, penduduk lokal juga banyak yang memilih untuk nongkrong di sana. Pertokoan dan tempat makan, lengkap ada di lokasi tersebut. Mungkin itu alasan lokasi tersebut ramai pengunjung."Mungkin ada perayaan."Samudra menggenggam erat tangan Nami. Mereka mendongak, menikmati pancaran kembang api yang berkilauan di atas sana. Banyak yang merekam momen indah tersebut, tak terkecuali Nami yang dengan cepat mengambil ponselnya. Otomatis pegangan tangan mereka terlepas. Samudra pun yang tidak ingin Nami tersenggol kerumunan, menarik pinggangnya untuk lebih rapat. Suasana yang indah itu, mampu membuat Samudra terbawa perasaan. Bukannya menikmati kembang api yang sedang mempercantik angkasa sekaligus menambahkan kadar polusi. Samudra memilih untuk memandangi sang istri yang sibuk merekam sembari menonton pertunjukkan kembang api. Berawal da
“Jangan diikat.”Samudra merebut ikat rambut Nami yang baru saja ingin disematkan sang istri ke rambut. “Kenapa, sih, Mas?”“Dingin. Rambutmu sudah pendek. Untuk apa diikat?”Memang tidak ada alasan khusus, tapi Nami heran saja pada Samudra yang melarangnya mengikat rambut. “Aku tidak suka lehermu dilihat oleh pria lain. Terutama tour guide kita.”Nami tidak begitu suka pria pencemburu sebenarnya. Tapi harus ia akui bila kejujuran Samudra serasa menggelitik dadanya. Senang juga dicemburui ternyata. “Ya, udah, Mas. Nggak jadi ngikat rambut.” “Oke. Kita pulang dulu istirahat. Besok jadi ke Namsan Tower?”“Jadi, dong. Aku mau gembokin namaku sama mas.”“Oh, tidak jadi dengan Kim Seokjin?”“Ih, Mas! Cuma bercanda. Jangan jealous.”Sesampainya di hotel. Bukannya istirahat, mereka kembali melakukan hubungan suami istri layaknya pengantin baru yang baru dimabuk cinta. Benar ternyata. Yang membuat mereka tidak enjoy saat bercinta, karena fisik dan pikiran mereka sudah lelah akibat bekerj