Danu berusaha bersikap biasa-biasa saja dalam menanggapi sikap kekasihnya yang sudah masuk dalam perangkap Tifany. Walau bagaimanapun Danu tetap pada pendiriannya dia tidak mudah percaya begitu saja pada perempuan licik itu.
"Kenapa kau diam?" tanya Radisha masih berdiri di hadapan Danu."Aku harus bagaimana? Kenyataannya rasa curigaku ini tidak bisa berubah begitu saja!" jawab Danu tetap bersikukuh tidak mau memaafkan Tifany.Tiba-tiba saja Tifany berusaha meyakinkan Danu, agar bisa menerima maafnya. "Aku hanya ingin kau mempercayaiku saja, aku juga tidak akan mengganggu hubunganmu!" lirih Tifany sengaja memasang wajah melasnya.Danu geram menatap wajah perempuan yang selalu mengganggunya. Bukannya kasihan padanya, Danu malah muak dengan sikap Tifany saat ini. Namun, Danu mengubah pola pikirnya. Lantaran tidak mungkin dia menunjukkan bahwa sebenarnya dia membenci Tifany di hadapan Radisha. "Baiklah, aku memaafkanmu!" ucap Danu terpaksa.Danu yang sedari tadi fokus mengemudikan mobilnya mulai menyadari jika Radisha terus terdiam, dan terlihat murung sejak keluar dari gedung untuk resepsi pernikahan mereka."Kamu kenapa Hem? Apa yang membuatmu seperti ini?" tanya Danu mengalihkan perhatian Radisha.Tidak mau membuat Danu ikut kepikiran tentang dirinya, yang saat ini terus memikirkan ibunya belum kunjung menyusulnya ke kota, Radisha pun berkelit bahwa dia tidak sedang memikirkan hal apapun."Aku tidak apa-apa, hanya sedikit tidak enak badan!" Radisha berdusta, ia tidak mau membuat Danu yang terlalu bahagia ini ikut merasakan kesedihannya."Apa kamu yakin? Kamu tidak berbohong kan?" tanyanya menatap Radisha dalam-dalam."Tidak apa-apa, fokus saja mengemudikan mobilmu!" pintanya untuk tak terlalu mengkhawatirkan keadaannya."Kalau kau merasa tidak enak badan, atau kamu sakit. Ayo aku antarkan kamu ke Rumah Sakit!" tawar Danu padanya. Namun, Radisha segera menimpali d
"Jangankan menyapaku, sebenarnya kau menatapku pun aku tidak sudi apalagi kau ingin jadi bagian dari keluargaku, aku tidak akan menerimanya!" tukas Audrey kembali membalikkan badannya, dan perlahan berjalan meninggalkan Radisha, dan Danu.Danu yang tidak ingin memperpanjang masalahnya dengan Audrey, ia pun hanya bisa memaklumi sikap adiknya, dan berusaha menenangkan Radisha."Apa kataku ... kau tidak usah ambil hati ucapannya yah, jangan pernah menyapanya percuma kan kamu malah mendapat perlakuan seperti ini darinya!" ucap Danu meraih tangan Radisha.Radisha menganggukkan kepalanya, dia berusaha mengerti apa yang sedang terjadi."Kamu benar, seharusnya aku tidak sok akrab dengan Adikmu," ucap Radisha lirih.Danu merasa kasihan pada Radisha, sekuat apapun Radisha bersikap baik pada Audrey tetap saja mendapatkan penolakan dari adiknya itu. "Kamu yang sabar yah, aku yakin suatu saat Audrey bisa menerimamu dengan baik," ucap Danu meyakinkan.
"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan agar kau yakin bila Kakakmu bisa bahagia setelah menikah denganku?" Radisha berusaha mengeluarkan suaranya dengan terbata-bata."Sudah aku katakan tidak akan pernah ada kebahagiaan dalam hidup kakakku jika menikah denganmu, kenapa kau tidak paham ha?!" geram Audrey terhadap Radisha.Radisha meninggalkan Audrey, dia rasa percuma jika terus berdebat dengan Audrey. Benar kata Danu jika dia harus siap-siap mengabaikan Audrey jika ingin tetap bersamanya, karena Audrey selamanya tidak akan pernah mengertikannya.Audrey kembali menghampiri Radisha, dan menghentikan langkahnya. "Aku masih belum selesai, kenapa kau pergi begitu saja, dasar tidak sopan!" tukas Audrey menarik tangan Radisha lagi.Danu yang sejak tadi mengawasi keberadaan mereka berdua, akhirnya ikut turun tangan demi melerai Audrey yang terus mengusik Radisha."Hentikan Audrey!" Danu menyentak dengan nada baritonnya menatap pada adiknya yang
Tuan Nara masih berdiri tegak di hadapan istrinya yang tengah duduk di kursi ruang makan. Dia berusaha mencari alasan tepat agar tidak kehilangan muka di hadapan calon menantu yang tidak pernah dia anggap."Aku sama sekali marah bukan karena Radisha, apa hubungannya dengan dia!" Tuan Nara berkelit berusaha menutupi rasa malunya itu, lantaran tebakan Natalie sangat benar jika dirinya marah karena di meja makan ada Radisha yang di anggapnya tidak selevel dengan keluarganya."Ya sudah kenapa kau masih berdiri di situ, lagi pula kami tidak bermaksud meninggalkan kamu makan bersama, biasanya kan kau itu tidak mau gabung dengan kami!" ketus Natalie terhadap suaminya.Natalie begitu kesal pada sikap suaminya, yang selalu memandang rendah Radisha. Padahal selama ini Radisha selalu bersikap patuh padanya, dan tidak pernah melakukan hal aneh-aneh.Sementara Audrey masih menatap pada interaksi antara ibu, dan ayahnya yang sedang berdebat. Dia marah karena su
Radisha berjalan menuju kamar Audrey dengan tangan membawa nampan di isi secangkir teh panas. Dia mengetuk pintu kamar Audrey. Segera terdengar suara langkah kaki beranjak menghampirinya dari dalam kamar itu."Bawa masuk Tehnya, dan letakan di atas meja nakas!" pinta Audrey terhadap Radisha."Baiklah!" sahut Radisha menimpali Audrey.Dengan langkah gontainya, dia meletakan teh panas itu di atas meja tepat di samping ranjang tidur Audrey, calon iparnya."Kamu masih belum menyetujui permintaanku, kenapa?" tanyanya dengan suara menekan, seolah memaksanya.Radisha mendesah pelan, dia tidak habis pikir dengan permintaan Audrey yang menjurus untuk memintanya meninggalkan Danu. "Sampai kapanpun sepertinya aku tidak akan pernah meninggalkan Kakakmu, meskipun kau memberiku tawaran menggiurkan!" ujar Radisha memberanikan diri dia tetap pada pendiriannya.Audrey mengepalkan tangannya dia merasa marah dengan keputusan yang di ambil oleh Radi
Danu menepikan mobilnya saat Tifany sedang terlihat mengotak-atik mesin di kap depan mobilnya."Kenapa dengan mobilmu?" tanya Danu setelah menghampiri Tifany.Tifany pun menolehkan kepalanya menatap pada sumber suara yang menghampirinya. Netranya berbinar saat Danu dengan santai menghampiri. "Em ... ini, eh mobilku tiba-tiba saja ngadat nih," ucap Tifany terlihat salah tingkah saat itu."Apa kau butuh bantuan?" tawar Danu pada Tifany.Wajah Tifany seketika berubah dia begitu senang, karena baru kali ini Danu memperlakukannya dengan ramah. "Iya ... aku butuh bantuan!" ucapnya dengan suara dimanja-manjakan.Danu segera mengambil ponsel di saku jas kerja, dan menelepon seseorang.'Halo ... tolong kau kirimkan montirmu tepatnya di jalan Pegangsaan!' ujar Danu berbicara pada salah seorang pemilik bengkel, kenalannya.Seketika raut wajah Tifany muram, tadinya dia pikir Danu akan membantunya. Akan tetapi, Danu malah menelepon s
"Haruskah aku ikut ke acara kunjungan kerja itu?" tanya Danu meminta saran pada karyawannya itu."Menurut saya Tuan selaku pemilik sekaligus pemimpin di perusahaan ini, sangat wajib untuk menghadiri kunjungan itu, tapi balik lagi ke Tuan, itu terserah Tuan!" katanya menyampaikan dengan ragu."Jika seperti itu sudah kau atur saja acara kunjungan kerja, minta pada Papa saya, dia yang datang ke Perusahaan majalah itu!" ucap Danu meminta karyawannya itu bahwa Papanya yang harus menghadiri kunjungan kerja ke perusahaan Candler."Baik, akan saya sampaikan pada Tuan Nara!" karyawan itu pun segera bergegas keluar dari dalam ruangannya.Danu memijat kepalanya, dia merasa pusing dengan hal itu, selama ini dia tidak pernah mau melakukan kunjungan kerja seperti yang di agendakan perusahaannya pada hari ini. Terdengar suara ketukan langkah yang beradu dengan lantai, dan menuju ruangan Danu."Kamu ini apa-apaan Kak, seharusnya kamu yang datan
Radisha tersenyum saat Danu dengan terus terang mengatakan kalau cintanya itu lebih besar dari pada karangan bunga yang di hadiahkan untuknya."Cie ... ada yang sedang berbunga-bunga rupanya di sini!" goda Natalie pada calon menantunya."AKHHH ... Mama," rengek Radisha malu-malu lantaran calon ibu mertuanya itu terus menggodanya.Radisha memeluk Natalie tanpa segan-segan lagi, berbeda saat dia baru mengenal sosok orang tua dari kekasihnya itu. "Terima kasih Ma, aku merasa bahagia bisa memiliki Ibu sebaik kamu," Radisha meneteskan air matanya ia merasa terharu dengan perlakuan baik ibu mertuanya itu."Mama juga berterima kasih padamu, karena telah membuat Danu jatuh cinta padamu," ucap Natalie mengusap wajah Radisha, dan menghapus air matanya.Danu tersenyum menatap pada keakraban Radisha dengan ibunya, dia sangat berharap kebahagiaan itu tetap akan seperti ini sampai pada akhirnya dia menikah dengan perempuan yang sangat dia cintai.
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah