"Bukan jodoh Anak kita bagaimana ini Papa, jelas-jelas Danu itu jodohnya Tifany. Tapi direbut oleh si Perempuan Desa yang sok baik itu! Gimana sih Papa!" Stevani menanggapi suaminya ketus.
"Ya ampun Ma, kenapa Mama enggak terima kenyataan saja sih faktanya memang begitu kan? Danu itu jodohnya Radisha, bukan jodoh Anak kita?"Tuan Candler berusaha membuka mata istrinya, agar melihat kenyataan, dan bisa menerima dengan lapang dada kalau Danu itu tidak jodoh dengan Tifany. Namun, Stevani tetap bersikukuh ingin mempersatukan putrinya dengan Danu meski harus menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya."Capek ya ngomong sama Papa, tetap saja Mama enggak pernah dibelain. Papa malah lebih membela si Radisha yang sudah jelas bukan siapa-siapa bagi kita!" kesalnya, lantas bangkit dari tempat duduknya.Perlahan Stevani bergegas menuju kamar putrinya, ia harap Tifany berada di kamarnya saat ini."Tifany," Stevani memanggil putrinya, dan berdiDanu bersiap menuju kantornya ditemani oleh Radisha yang mengantarkannya hingga ke mobil di halaman rumahnya. "Kamu hati-hati di jalan ya, jangan lupa ingat aku di Rumah jangan genit-genit sama Perempuan lain di luaran sana," ujar Radisha memperingatkan suaminya."Em ... iya kamu tenang saja, kata kamu kan aku ini Pria Limited Edition jadi sudah seharusnya kau mempercayaiku bukan," Danu terkekeh mengenang istrinya menamainya pria limited edition."Ah ya ... maka dari itu tetaplah jadi Suami yang mengesankan untukku, sudah ah jangan ngegombal terus nanti kamu bisa terlambat ke kantornya," tutur Radisha mengusap pundak suaminya."Baiklah, kalau begitu aku pergi," pamitnya kemudian.Danu lantas masuk ke dalam mobilnya, dan menstater mobilnya perlahan berjalan meninggalkan rumahnya menuju perusahaannya. Sedangkan Radisha seperti seorang istri pada umumnya ia berdiam diri di rumah mengurus rumah, dan mengisi waktunya dengan bercocok tanam mengurus tama
Erika terlonjak ketika Radisha bertanya padanya. Erika menatap pada Novita, lalu beralih menatap pada Enka. Sedangkan, Radisha semakin mendekatinya, dan sangat nampak mencurigainya."Kenapa kalian tiba-tiba saja berhenti berbicara, saat aku bertanya pada kalian?" ulang Radisha kembali melempar pertanyaan.Radisha semakin mendekat pada mereka bertiga, dan berusaha mendesak agar mereka mengakui apa yang akan mereka rencanakan. "Ayo ngomong! Kenapa kalian malah diam saja?"Dengan gugup Erika menjawab pertanyaan Radisha. "Tidak ada Nona, sungguh kami tidak merencanakan apapun," jawab Erika dengan sangat serius."Apa kalian tidak sedang berbohong? Tidak ada yang kalian sembunyikan dari aku kan?" "Tidak ada Nyonya, sungguh." Erika kembali menimpali Radisha.Sejenak Radisha menghentikan niatnya, ia pikir tidak akan ada gunanya jika dia bertanya pada mereka bertiga. Karena dia tahu mereka tidak akan pernah mengakui rencananya.
Audrey lantas bergegas pergi dia tidak mendengarkan apa yang di katakan tuan Naratama, papanya. Dia tetap bersikukuh pergi meninggalkan restoran itu. Selain tidak ingin terus berdebat dengan kakaknya, ia juga tidak ingin bertemu dengan pria bernama Edwin yang menurutnya pria menyebalkan."Lihatlah kelakuan Putri kesayangannya Papa, semakin hari seperti tak memiliki sopan santun, tidak bisa menjaga etikanya sama sekali," cibir Danu di hadapan papanya.Naratama berdecak kesal saat Danu menyindir dirinya, lantaran selama ini dia memang terlalu memanjakan Audrey. "Sudahlah kau tidak bisa menghakimi Adikmu, dan Papa. Lagi pula dia jadi seperti ini karena ulahmu juga kan?"Danu menautkan kedua alisnya, dengan tatapan tidak beralih pada wajah sang papa. "Ulahku? Kenapa Papa jadi menyalahkan saya? Bukankah Papa pernah mengatakan ikuti kata hati sendiri jika ingin mengambil keputusan, jadi aku minta Papa jangan pernah menyalahkan aku!" tegasnya.Danu meras
Meeting itu tidak berlangsung lama, akhirnya menemukan titik saling menguntungkan dalam proses kerja sama."Baiklah saya setuju dengan kerja sama ini, semoga kita bisa memanfaatkan kerja sama ini dengan baik, dan tentunya saling menguntungkan." Edwin tersenyum seolah di dalam senyuman itu memiliki maksud terselubung.Perlahan ia bangkit, setelah menyalim tangan Tuan Naratama, dam Danu. "Oh ya, ke mana Putrimu itu, saya sangat menyukainya jika dia yang memimpin rapat. Lain kali tolong ajak dia," pinta Mr Edwin lantas bergegas.Danu tersenyum masam saat Edwin bertanya soal adiknya pada papanya."HUH! Apa maksudnya dia menanyakan Audrey," Danu berdecih.Sementara Tuan Naratama malah tersenyum, lantaran putrinya disukai oleh seorang CEO. "Bagus, ini adalah jalan untuk menuju kerja sama abadi," ujar Naratama merasa senang.Danu mengerutkan keningnya, "Apa maksudnya? Apa Papa akan menjodohkan Audrey dengan Pria yang tak seumur denganny
"Aku tidak mencari alasan Drey, memang seperti inilah kenyataannya." Radisha berusaha membela dirinya saat iparnya berusaha memojokkan."Pintar ngeles ya kamu sekarang? Sudah semakin berani ya sama kita-kita, padahal dulu kamu itu sok polos, atau memang ini sifat aslimu?""Sudah cukup Drey ... kedatangan kita kemari bukan untuk ribut, kita akan meminta Radisha memeriksa dirinya ke Dokter. Masa iya sih sudah hampir dua tahun menikah belum juga memiliki keturunan." Natalie meminta Radisha untuk periksa kondisi kesehatannya. "Maksud Mama apa? Mama meragukan kalau Radisha tidak bisa mengandung 'iya?"Radisha menelan salivanya menatap pada ibu mertuanya, ia sama sekali tidak berpikiran sampai sejauh itu. Padahal siapa juga sih yang gak mau memiliki keturunan, apalagi Radisha kan takut di buang oleh suami kaya raya seperti Danu."Iya ... Mama memang ragu dengan kondisi kesehatan kamu, jangan-jangan kamu ini mandul?" Natalie tersenyum sinis di
Natalie mulai melangkahkan kakinya menyusul Radisha, dan Audrey yang sudah lebih dulu menuju parkiran mobil di halaman klinik dokter kandungan itu.Natali mulai membuka pintu dan duduk bersebelahan dengan Radisha, ada perasaan tidak enak hati saat ini pada menantunya itu. Sepanjang perjalanan pulang mereka tampak saling mendiamkan, Radisha enggak memulai obrolan lebih dulu. Karena dia takut salah paham dengan ibu mertuanya.Kurang lebih satu jam Audrey sampai di tempat tinggal Radisha, ia enggan masuk ke halaman rumah iparnya itu. "Kita sudah sampai ayo cepat kau turun!" perintah Audrey menyadarkan Radisha.Radisha lantas membuka pintu, dan berpamitan pada ibu mertuanya. "Radisha duluan ya Ma," ucap Radisha ramah, ia tersenyum pada ibu mertuanya itu."Ya," sahut Natalie dengan wajah terlihat canggung, atas apa yang telah dia lakukan pada menantunya itu.Audrey pun kembali menjalankan mobilnya, membelah jalanan kota sore itu. Sementara Rad
"Baiklah, saya ambil minumannya. Silakan kau pergi!" Radisha mengambil jus tersebut, tapi tidak langsung meminumnya."Syukurlah Nona mau menerima minuman ini," ucap Vina. Segera bergegas pergi dari kamar Radisha.Radisha buru-buru membuang jus itu menuangkannya ke atas wastafel. Dia curiga pada Vina, mana mungkin dia meminum jus yang diberikan oleh Vina."Kau pikir aku akan meminumnya," gumam Radisha meletakan gelas di atas nakas.Kemudian, Radisha kembali berbaring di atas tempat tidur. Rasa bosan dan kesepian kini menghantui hidupnya."Huh! Menyebalkan," gumamnya sambil menatap layar ponselnya, dan membuka sosial media.Radisha tercengang setelah mengetahui kalau banyak komentar negatif pada dirinya, dengan postingan video mesra yang pernah dia lakukan bersama suaminya."Kenapa Video ini masih saja ada di beranda, milik siapa sebenarnya akun ini?" Radisha kesal pada orang yang telah memposting seputar kehidupannya.
"Aku berbicara seperti itu sama sekali tidak memiliki maksud untuk merebut Danu dari kamu ya 'Ra! Aku hanya menyesalkan aku yang dahulu saja, kau jangan berprasangka buruh padaku soal ucapan itu," ralatnya berusaha meyakinkan Radisha.Sementara di arah lain Vina sedang menatap keberadaan Radisha, dan Tifany yang sedang terlibat interaksi di ruangan tamu."Dasar Perempuan ular, berani sekali dia berkunjung ke Rumah ini," gumam Vina berkata kasar dengan tatapan tak beralih dari mereka berdua.Sekilas Tifany menoleh pada Vina, ia sadar sejak tadi dia terus di pantau oleh asisten Radisha.'Oh ... jadi itu asistenya Radisha,' katanya dalam hati, kemudian mengitarkan pandangannya ke sekeliling, 'Di mana asisten yang lainnya?' "EKHEM!" Radisha berdeham mengalihkan perhatian Tifany. "Kamu kenapa Ti, itu asistenku di Rumah. Mereka sengaja di sewa oleh Danu.Katanya sih untuk menemaniku di Rumah." "Baik sekali ya Danu, duh ... kamu itu be
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah