"Gadis kurang ajar, kau seperti kacang lupa kulitnya dasar tidak tahu malu!" umpat Stevani dengan tangan melayang akan menampar Radisha.
"Berhentilah Stevani, sudah cukup permainanmu,"Bersyukur Natalie berhasil meraih tangan Stevani yang sudah mengudara hampir mendarat di pipi Radisha, "Meminta maaflah pada menantuku," perintahnya kemudian."Lepaskan aku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meminta maaf sama Radisha. Lepaskan Natalie," Stevani mengerang kesakitan saat Natalie memelintir tangannya."ARGHHH!" Stevani memekik kesakitan, "Lepaskan aku Natalie," pintanya lagi, kali ini dengan nada memohon."Minta maaf dulu pada menantuku, baru aku akan melepaskanmu," Natalie bersikukuh memerintah Stevani untuk meminta maaf pada menantunya.Ibu-ibu sosialita itu pun satu persatu bangkit dari tempat duduknya, berusaha melerai pertengkaran antara Natalie yang membela menantunya, dengan Stevani yang berusaha mempermalukannya."Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa menyebut nama Papa?" Tuan Alexandre Candler baru saja sampai rumahnya, perlahan ia menghampiri istri dan juga anaknya yang terlibat interaksi di ruang tamu."Ayo katakan, apa yang kalian bicarakan?" ucang tuan Alexandre setelah duduk di samping mereka berdua.Tifany tampak ragu saat ingin mengatakan kalau dia membutuhkan bantuan papanya, demi membalas atas perbuatan Natalie padanya.Alexandre mengalihkan tatapannya pada sang istri, dan mulai bertanya lagi. " Sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan?"Stevani menelan salivanya ia ragu untuk meminta bantuan pada suaminya. "Baiklah, kalau di antara kalian tidak ingin memberitahu Papa. Kalau begitu Papa mau ke kamar," Alexandre bangkit, dan pamit pada mereka berdua."Tunggu Pah ... kami ingin kau membantu kami," Stevani menahan lengan suaminya.Alexandre pun kembali menatap pada Stevani. "Masalah apa yang sedang membelit kalian?" tegas Alexandre menatap t
Sementara di sebuah restoran, Radisha bersama ibu mertuanya masih terlihat duduk santai menghadiri acara arisan yang masih belum juga selesai. Sedangkan, para ibu-ibu sosialita masih terus berdatangan ke acara arisan itu."Apa Mama sudah ingin pulang Ma?" Radisha bertanya pada ibu mertuanya, lantaran ia sudah ingin meninggalkan tempat ini, baginya berlama-lama di sebuah acara seramai ini bukanlah kebiasaannya.Natalie menatap pada Radisha, ia terlihat mengerutkan keningnya. "Apa kau sudah ingin pulang?" tanyanya menatap pada sang menantu.Radisha menganggukkan kepalanya, "Iya Ma ... Radisha ingin pulang," ucapnya menanggapi pertanyaan ibu mertuanya."Ya sudah ayo," Natalie bangkit dari tempat duduknya, mengabulkan keinginan menantunya itu.Radisha pun mengulas senyuman ia senang ibu mertuanya mau mengabulkan permintaannya untuk segera undur dari acara arisan itu."Jeng kami pulang duluan ya ... semoga di lain kesempatan kami bisa
"Ibu tidak boleh pergi ke manapun, jika Ibu berniat untuk pulang kampung Radisha juga akan ikut bersama Ibu," larang Radisha.Padahal ini baru rencana Prasasti, ia ingin mengetahui tanggapan putrinya jika ia ingin kembali ke kampung apa yang akan terjadi dengan putrinya.Reaksi Radisha sungguh di luar dugaan, Prasasti pikir dengan kembalinya dia ke kampung halaman akan membuat hubungannya dengan Natalie membaik, tapi malah semakin membuat runyam hubungan mereka."Kalau kau ingin keluar dari Rumah ini haruskah kau kembali ke Kampungmu Prasasti, oh aku tahu kau ini ingin membuat hubungan Radisha dengan Danu berantakan iya?!" tebak Natalie sungguh di luar dugaan."Kamu jangan asal ngomong Nat, siapa yang mau Rumah tangga Putrinya sendiri berantakan, tidak ada aku kepikiran ke sana," Prasasti segera meluruskan praduga yang salah dari besannya itu."Lantas, kenapa kau memutuskan untuk kembali ke Kampung?" Natalie berusaha memojokkan Prasasti.
"Ibu tidak perlu kembali ke kampung Ibu, Danu dengan Radisha akan segera pindah dari Rumah ini, Ibu akan tinggal bersama kita," Danu menghentikan Prasasti.Radisha tercengang dengan penuturan suaminya, ia sama sekali tidak mengetahui jika Danu akan mengajak ibunya untuk pindah rumah."Tunggu Suamiku, apa kau serius dengan ucapanmu?" Radisha menatap dalam-dalam wajah Danu.Danu mengalihkan pandangannya, ketika Radisha bertanya dengan serius pada dirinya. "Iya Istriku, kita akan tinggalkan Rumah ini, lagi pula aku sudah membeli Rumah baru untuk kita tinggali," tutur Danu selanjutnya.Natalie pun tidak kalah tercengang ketika dia mendengar keputusan putranya untuk keluar dari rumah ini."Kamu mau keluar dari Rumah Mama Danu? Kapan kau membeli Rumah baru?" Natalie bertanya dengan suara yang sedikit tidak rela jika putranya akan keluar dari rumahnya."Apa setiap keputusan Danu Mama harus ikut campur? Tidak kan Ma, Danu sudah bisa memu
Radisha tersentak oleh ucapan ibu mertuanya yang menyalahkannya karena telah menuduh kalau Danu ingin pindah rumah karena pengaruhnya."Radisha sama sekali tidak pernah mempengaruhi Danu sama sekali Ma, sungguh," lirihnya terbata-bata menatap nanar pada ibu mertuanya."Mama jangan menyalahkan Radisha, ini semua bukan salahnya," Danu membela istrinya yang terus di salahkan oleh ibunya sendiri."Lantas kenapa tiba-tiba saja kau ingin pindah Rumah? Apa kau sudah tidak merasa nyaman tinggal di Rumah ini?""Ya, Danu tidak nyaman tinggal di Rumah ini!" terangnya dengan suara mengeras, dan rahang semakin menegas.Dengan suara bergetar hebat, dan bibir merekekat menatap tajam pada putranya Natalie mempersilakan Danu untuk keluar dari rumahnya."Silakan kalau kau ingin pergi dari Rumah ini, Mama tidak akan menghalangimu. Tapi, satu hal yang harus kau ketahui jika kau tetap m maksa ingin keluar dari Rumah ini maka jangan pernah kau menginj
"Bukan, bukan seperti itu maksudku.""Lantas?" Danu bersedekap tangan sambil mengerutkan bibirnya, dengan netra menggoda pada Radisha."Ini terlalu besar untuk tempat tinggal kita, aku takut kalau tinggal di Rumah sebesar ini apalagi kalau pas kau bekerja," tutur Radisha menyampaikan.Danu terkekeh dan menautkan kedua alisnya masih menatap pada sosok perempuan yang menggemaskan baginya, "Kau ini ada-ada saja, jadi hanya itu alasanmu?"Radisha menganggukkan kepalanya. "Memangnya kau tidak takut jika tinggal sendirian di Rumah sebesar ini?""Tidak aku tidak pernah takut!" jawab Danu cepat."Lantas, apa yang membuatmu takut di dunia ini?"Danu menghela nafasnya panjang, kemudian menjawab kembali pertanyaan Radisha. "Kau yakin inginingin tahu?""Ya apa itu?" Radisha menganggukkan kepalanya, dan menatap pada wajah suaminya, "Ayo katakan," rengeknya manja."Ketakutan terbesarku adalah kehilanganmu dari sisiku
"Sepertinya ada yang mengawasi kita sejak tadi," ucap Danu berjalan menghampiri mobil yang masih diparkir di halaman rumahnya."Astaga kenapa dengan mobil ini? Ayo Tifany, jangan sampai Danu mengetahui kalau kau sedang mengawasinya," gumam Tifany segera menekan tombol starter, dan segera meluncur membelah jalanan kota di malam itu."Sial!" umpat Danu, lantas tak berhasil mengetahui siapa yang sebenarnya mengawasinya itu, "Siapa sebenarnya pengguna mobil itu?" gumamnya menatap pada sebuah mobil yang terus menjauh darinya."Suamiku, mungkin itu orang yang tak sengaja menepi di depan rumah kita. Lagi pula kan Rumah ini bertepatan dengan jalan raya, jadi bebas kan siapa saja yang berhenti di sana," Radisha tak sedikitpun menaruh curiga pada seseorang yang berhenti di seberang jalan halaman rumahnya.Tidak mau mengambil pusing, akhirnya Danu pun kembali membalikkan badannya, dan mengajak Radisha untuk masuk ke dalam rumahnya. "Ya sudah mungkin benar ya
"Selamat pagi Suamiku," sapa Radisha pada Danu yang baru saja membuka matanya saat itu.Pelan-pelan Danu membuka matanya, dan mengucek kedua bola matanya itu dengan jemari tangannya. "Apa benar ini sudah pagi?" tanyanya memastikan."Ya ini memang sudah pagi, kenapa kau tidak percaya?" ucap Radisha mendekatkan wajahnya tepat di depan muka Danu.Ia tersenyum saat wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Danu, sehingga membuat Danu salah tingkah. Wajah yang begitu jelita, dengan rambut yang masih terlihat basah semakin membuat Danu terlena dibuatnya.'Aishhh ... pagi-pagi sudah di suguhkan pemandangan seperti ini,' batin Danu menatap pada ruang private istrinya yang berada tepat di depan matanya."Ayo bangun, cepat mandi," pinta Radisha manja pada Danu.Danu membuang tatapan sudah cukup jatahnya semalam, tidak untuk pagi ini dia harus bekerja."Iya, aku akan mandi, kamu sudah menyiapkan setelan kerja
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah