Pada saat Natalie dengan Danu berjalan menuju ruang keluarga, mereka sangat terkejut melihat kedatangan tuan Candler, dan istrinya telah berada di ruangan keluarga mengobrol dengan tuan Naratama.
"Wah, rupanya ada tamu terhormat malam ini?" sapa Natalie tersenyum sinis menatap pada mereka berdua."Ada apa nih kalian semalam ini bertamu ke Rumah kami?" lanjutnya bertanya dengan tatapan penuh kekecewaan terhadap mereka.Stevani dengan tuan Candler berusaha menahan emosinya, mereka berdua berusaha memaksa bibirnya untuk tersenyum membalas sapaan Natalie."Malam Nyonya Natalie, sepertinya Anda terlihat begitu bahagia malam ini, begitu juga kamu Calon Mantu!" ujar Stevani dengan suara sedikit meninggi.Natalie pun menimpali Stevani dengan ucapan yang sama sekali tidak terduga. "Hah! Kata siapa saya bahagia hanya malam ini, sepertinya Anda salah Nyonya! Saya ini selalu bahagia setiap hari, ya memang harus saya akui malam ini sangat membahagiakaGerutuan dan rasa kesal terus bergelayut di dasar hati Tuan Candler dengan istrinya. Betapa tidak kesalnya mereka. Danu yang begitu mereka harapkan untuk jadi menantunya telah menolak mentah-mentah putrinya yang memiliki kualitas prima dari perempuan lainnya di kota ini."Saya benar-benar tidak terima dengan semua ini Suamiku. Rasanya saya ingin mencabik-cabik Putra dari keluarga Nara itu, dia sangat kurang ajar!" tukas Stevani setelah berada di dalam mobilnya, duduk sejajar dengan suaminya di baris depan dalam mobil itu.Alexandre Candler yang sedang mengemudikan mobilnya pun ikut menimpali istrinya. "Bukan kamu saja yang tidak terima dengan perlakuan Danu, Istriku. Sama saya juga kesal pada Pria searogan Danu!" timpalnya dengan tangan yang terus mengendalikan kemudi.Stevani memijat kepalanya yang mulai terasa pusing, lantaran memikirkan bagaimana caranya menyampaikan pada putrinya tentang penolakan ini.Tuan Candler menatap kasihan pada is
"Sudah cukup Pa! Jangan diteruskan lagi!" Danu segera meninggalkan rumahnya, dengan tangan mengepal dan langkahnya yang tegas. Sama sekali tidak menanggapi papanya, yang ada hanya mengabaikan pria yang tidak lagi muda itu."Ingat Danu kamu akan menyesal karena telah membangkang sama Papa!" teriak Nara menatap pada langkah putranya kian menenggelamkan dirinya ke dalam mobil.Pada saat Tuan Nara memarahi Danu, tiba-tiba saja Audrey berjalan mendekati sang papa."Papa kenapa?" tanyanya penasaran.Tuan Nara pun menoleh pada sumber suara itu. "Papa tidak kenapa-kenapa Drey ... hanya saja pikiran Papa sedang kacau!" ujar tuan Nara menyampaikan.Audrey merasa kasihan pada papanya, lantaran wajah sang papa terlihat seperti tertekan. Namun, Audrey tidak mau bertanya lebih lanjut."Kalau begitu Audrey berangkat ya Pah, masih banyak pekerjaan di kantor, dan saat ini juga Audrey harus menyelesaikan semua pekerjaan!" ijin Audrey segera bergeg
Hati Radisha berdesir perasaannya mulai terombang-ambing. Ketakutan mulai menghiasi kembali hatinya. Namun, Radisha tidak bisa menghindari kenyataan ini ia harus menghadapinya."Senang sekali saya bisa melihat Nona kembali!" ucap Radisha berusaha tersenyum, dan bersikap biasa-biasa saja saat bertemu kembali dengan mantan bosnya.Tifany menatap sinis pada Radisha, lantaran mantan asistennya itu sama sekali tidak bereaksi kaget seperti yang di inginkannya.'Sial! Kenapa dia bersikap tenang seperti ini. Seolah-olah tidak terjadi apapun dengan kami!' kesal Tifany membatin, dan menatap sinis pada Radisha."Kamar aku nantinya di mana Drey?" Tifany sengaja bertanya soal letak kamarnya, lantaran ingin membuat Radisha merasa terancam dengan keberadaannya."Oh-iya sampai lupa mau mengajakmu melihat kamar!" ajak Audrey meraih tangan Tifany, perlahan Audrey melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar yang akan Tifany tinggali.Tifany tersen
Audrey dengan Tifany menatap kesal pada Radisha lantaran bertanya soal kamar yang akan dirapikannya. Sudah jelas di sana ada Danu terlihat sedang memarahi mereka.'Sial! Dasar so polos, saya tahu dia pasti sengaja agar kami di marahi Danu!' batinnya bergumam.Tidak mau kena marah oleh kakaknya, Audrey bersikap sopan pada Radisha dan berusaha bersikap sebaik mungkin padanya."Em ... tidak usah Radisha, saya bisa membereskannya sendiri kok. Kamu tidak usah repot-repot!" ucap Audrey sedikit mengeratkan rahangnya, dan menatap pada Tifany lalu meminta tanggapan darinya."Iya kan Tifany ... kau bisa membersihkan kamar kamu sendiri kan?" Audrey mengedipkan matanya berusaha mengaba-aba agar Tifany mengikuti sarannya agar tidak kena marah Danu."Iya saya bisa ...,""Apa katamu Audrey? Kamar Tifany?" Danu menatap marah pada adiknya.Audrey menelan salivanya dia teramat sangat takut pada kakaknya itu, karena belum berkompromi soal Tifany yang akan tinggal di Ru
"Sebenarnya bukan tidak suka, hanya saja tidak pantas saja di dengar. Masa Calon Istri memanggil Calon Suami dengan sebutan Tuan!" protes Danu terhadap Radisha."Hem," Radisha menggeleng kepalanya. "Baiklah, Tuan pemaksa!" lanjutnya lagi.Perlahan Radisha kembali melangkahkan kakinya, dia menuruti permintaan Danu yang akan membawanya ke salon."Ayo masuk!" ajak Danu setelah sampai di depan salon kecantikan.Radisha menelan ludahnya, saat dia menatap pada salon kecantikan yang terlihat begitu megah itu. Seumur-umur baru kali ini Radisha di ajak ke salon, untuk mempercantik dirinya.Pada saat mereka berdua berdiri di ambang pintu salon tersebut. Salah seorang pekerja salon kecantikan itu datang untuk menyambut kedatangan mereka."Silakan masuk Tuan, Nona!" sapa salah satu karyawan kecantikan itu. Dengan segera Danu mengajak Radisha masuk ke dalam salon itu. "Ayo sayang!" ucap Danu mengajak Radisha dengan mesra.S
"Pembantu selamanya akan menjadi Pembantu, tidak akan pernah berubah menjadi Nyonya besar!" hina tuan Naratama terhadap Radisha.Pernyataan tuan Naratama begitu menyakiti hati Radisha, padahal selama ini juga Radisha tidak pernah berharap jika dirinya akan menjadi Nyonya besar terlebih lagi jadi bagian dari keluarga Nara, siapa dirinya bagi Radisha ia dengan Danu bisa di ibaratkan bumi dan langit yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa bersama meski sekuat apapun mereka melawan takdir.Wajah Radisha memerah merasa malu sekaligus marah pada tuan Naratama atas penghinaan yang di terimanya.Namun, Danu berusaha menguatkan hati kekasihnya itu. "Kau jangan ambil hati ucapan Papa, percayalah suatu saat hubungan kita akan di restuinya. Kamu percayakan sama aku?" ucap Danu pelan, dan menggenggam tangan Radisha."Tidak Danu, benar yang di katakan Papamu Seorang Pembantu sepertiku tidak akan pernah berubah jadi Seorang Nyonya, terlebih lagi untuk jadi I
"Atas dasar apa Papa melarang Radisha?" Danu membentak tuan Nara karena telah melarang Radisha untuk ikut dengannya ke kantor."Papa sangat berhak melarangnya ... dia Pembantu di Rumah kita, jadi lebih baik dia tetap berada di Rumah!" tegas tuan Nara.Tiba-tiba saja Audrey berceloteh setelah melihat papa, dan kakaknya itu berdebat di meja makan pagi ini."Tidak bisakah Papa sama Kak Danu ini tidak bertengkar!" cegah Audrey berusaha menghentikan papa dan kakaknya untuk tidak melanjutkan perdebatannya."Lihatlah Radisha hanya karena membelamu yang bukan siapa-siapa di Rumah ini, mereka sampai bertengkar seperti ini, hati nurani kamu di mana Radisha?" sindir Tifany sangat puas telah berbicara seperti itu.Radisha menundukkan kepalanya, lantaran benar adanya pertengkaran Danu dengan tuan Nara bermula saat Danu berusaha membela dirinya."Aku tidak akan ikut denganmu ke Kantor, Danu!" ucap Radisha dengan susah payah menolak permintaan
Danu menangkup pipi Radisha dengan kedua tangannya, untuk menghapus air mata itu. Perlahan Danu membawa kepala Radisha bersandar di dada bidangnya."Ssssst ... berhentilah menangis, kamu sedih karena ucapan mereka bukan?" tanya Danu memastikan.Radisha semakin mengencangkan tangisannya, membasahi kemeja pria yang saat ini memelukku"Aku mohon jangan menangis lagi, hapuslah air matamu! Mereka tidak akan mengerti tentang kita karena mereka tidak tahu kenyataan sebenarnya, aku harap kamu jangan terpenting oleh ucapan mereka yang konyol!" Danu mengusap air mata itu dari wajah Radisha."Lebih baik kita ke Ruanganku!" ajaknya terus menggandeng tangan Radisha.Sementara Tifany tersenyum penuh kemenangan menatap Radisha yang sedang di landa kesedihan. 'Rasakan kamu Radisha! Salah siapa kau merebut Cintaku!' batinnya menyeringai menatap tajam pada langkah Danu dengan Radisha yang semakin menjauh darinya."Tifany!" Seki
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah