"Atas dasar apa Papa melarang Radisha?" Danu membentak tuan Nara karena telah melarang Radisha untuk ikut dengannya ke kantor.
"Papa sangat berhak melarangnya ... dia Pembantu di Rumah kita, jadi lebih baik dia tetap berada di Rumah!" tegas tuan Nara.Tiba-tiba saja Audrey berceloteh setelah melihat papa, dan kakaknya itu berdebat di meja makan pagi ini."Tidak bisakah Papa sama Kak Danu ini tidak bertengkar!" cegah Audrey berusaha menghentikan papa dan kakaknya untuk tidak melanjutkan perdebatannya."Lihatlah Radisha hanya karena membelamu yang bukan siapa-siapa di Rumah ini, mereka sampai bertengkar seperti ini, hati nurani kamu di mana Radisha?" sindir Tifany sangat puas telah berbicara seperti itu.Radisha menundukkan kepalanya, lantaran benar adanya pertengkaran Danu dengan tuan Nara bermula saat Danu berusaha membela dirinya."Aku tidak akan ikut denganmu ke Kantor, Danu!" ucap Radisha dengan susah payah menolak permintaanDanu menangkup pipi Radisha dengan kedua tangannya, untuk menghapus air mata itu. Perlahan Danu membawa kepala Radisha bersandar di dada bidangnya."Ssssst ... berhentilah menangis, kamu sedih karena ucapan mereka bukan?" tanya Danu memastikan.Radisha semakin mengencangkan tangisannya, membasahi kemeja pria yang saat ini memelukku"Aku mohon jangan menangis lagi, hapuslah air matamu! Mereka tidak akan mengerti tentang kita karena mereka tidak tahu kenyataan sebenarnya, aku harap kamu jangan terpenting oleh ucapan mereka yang konyol!" Danu mengusap air mata itu dari wajah Radisha."Lebih baik kita ke Ruanganku!" ajaknya terus menggandeng tangan Radisha.Sementara Tifany tersenyum penuh kemenangan menatap Radisha yang sedang di landa kesedihan. 'Rasakan kamu Radisha! Salah siapa kau merebut Cintaku!' batinnya menyeringai menatap tajam pada langkah Danu dengan Radisha yang semakin menjauh darinya."Tifany!" Seki
Danu tidak mengetahui jika saat ini Radisha sedang jadi perbincangan hangat Karyawan di kantornya, saat ini semua orang berpikir kalau Radisha perempuan tidak bermoral yang merebut calon suami orang."Ayo kita pergi dari sini Drey!" ajak Tifany segera meninggalkan kantin tersebut."Kenapa kita harus terburu-buru? Bukankah kita sangat menikmati penderitaan Radisha saat ini!""Kamu lihat sebelah sana!" Tifany meminta Audrey menolehkan kepalanya menatap pada arah Danu yang sedang berjalan ke arah Radisha membawa makanan di tangannya.Audrey pun akhirnya mengikuti saran Tifany, ia segera bergegas meninggalkan kantin itu."Kalau begitu ayo!" ucap Audrey segera melangkahkan kakinya.Sementara Danu telah sampai di meja makan, dengan makanan yang di bawanya. "Ayo kita makan!" ucap Danu, lalu meletakkan makanan di meja makan."Terima kasih!" Radisha berusaha tersenyum meski hatinya meringis merasakan sakit berbagai hinaan terus m
"Sebenarnya kalau Papa keluar kantor memangnya kenapa Tifany, mungkin saja beliau akan bertemu dengan klien?!""Itu menurut kamu, tapi kali ini berbeda Audrey ... percaya deh sama aku, sepertinya Papa kamu akan memarahi Danu!" ujar Tifany memasang wajah serius."Memarahi Kak Danu? Memangnya bikin ulah apalagi dia?""Entahlah ... aku juga belum tahu pasti, yang jelas pada saat Papamu pergi dia terdengar mengumpati Danu gitu!""Oh ya?""Iya Drey, kita harus susul Papamu jangan sampai Papamu memarahi Danu yang tidak salah apa-apa, kamu kan tahu yang salah di sini itu Radisha karena dia Perempuan Penggoda!" tukas Tifany memanas-manasi Audrey.Merasa jengah dengan Radisha, Audrey pun mendengar pada saran yang diberikan oleh Tifany."Kalau begitu kita susul saja Kak Danu, dia pasti mengantarkan Radisha ke Rumah! Gadis itu memang selalu merepotkan!" kesal Audrey terhadap Radisha yang ia anggap perempuan pembawa sial.A
Radisha masih diam, ia enggan menjawab pertanyaan dari calon ibu mertuanya lantaran jika sampai dia mengatakan yang sebenarnya maka sudah dapat dipastikan Natalie akan marah pada tuan Nara, dan Radisha tidak ingin semua itu terjadi."Kenapa kamu diam Radisha? Jawab Mama?" tanya Natalie dengan sangat serius menatap wajah Radisha."Sudahlah Natalie, untuk apa kau bertanya padanya, mungkin saja itu hanya luka memar biasa!" ucap tuan Nara berusaha menutupi kesalahannya dari sang istri."Saya bertanya sama Radisha bukan sama kamu Pah, alangkah lebih baiknya jika kau diam saja!" ujar Natalie sedikit kesal karena suaminya ikut campur dengan urusannya.Melihat situasi mulai memanas antara tuan Nara, dan Nyonya Natalie. Radisha pun mulai angkat bicara jika luka yang di pipinya itu bukanlah bekas tamparan."Ini hanya luka ringan Tante, tadi tidak sengaja jatuh saat membawa piring lalu mengenai pipi saya!" ucap Radisha terpaksa berbohong pada Natali
Audrey dengan Tifany baru saja sampai rumah, dan sudah di suguhkan pada kenyataan yang sangat bertentangan dengannya terlebih lagi saat mendengar Danu akan segera menikah dengan Radisha, Audrey sangat menentang hubungan keduanya. Saat ini Audrey menatap tajam pada Danu dan Radisha. Bahkan, Audrey sampai berteriak menentang mereka."Atas dasar apa kau menentang hubungan Kakak kamu Ha?!"Audrey melirik ke arah ibunya saat menimpali ucapannya. "Kenapa Mama merestui hubungan mereka berdua, bukankah sudah jelas jika Tifany yang dijodohkan dengan Kak Danu?""Ya memang Danu telah dijodohkan dengan Tifany, tapi bukankah cinta itu tidak dapat di paksakan bukan? Lalu apa salahnya kau menghormati keputusan Kakakmu!" ucap Natalie menekankan.Kali ini Audrey dipaksa mengerti oleh ibunya sendiri, karena Natalie tidak ingin adanya kekeliruan lagi di antara mereka."Lalu bagaimana dengan saya Tante?" lirih Tifany dengan mata mulai berkaca-kaca, tak kuasa
Tifany terkesima saat Natalie membentaknya dia sangat tidak menyangka akan keberanian Natalie memarahinya, dan menuduhnya memperalat Audrey."Kenapa Tante bicara seperti ini? Sungguh saya tidak pernah memperalat Putri Tante!" lirih."Sudah saya katakan bukan? Jangan mengeluarkan sepatah katapun karena saya tidak membutuhkan penjelasan darimu, apa kau paham!" Natalie kembali membentak Tifany.Tuan Naratama yang saat ini berdiri di tangga, dan menatap tajam pada keberadaan mereka yang masih berdebat ia marah atas perlakuan Natalie pada calon menantunya Tifany."Kamu apa-apaan Natalie! Kenapa kamu membentak-bentak Tifany? Satu hal yang harus kamu patuhi dan tidak dapat di ganggu gugat, Calon menantu kita yang sebenarnya Tifany, bukan Radisha!" tuan Nara menyentak dengan tatapan tajam pada istrinya.Sekilas Natalie menatap pada suaminya, dengan netra menajam dengan mengepalkan tangannya."Sampai kapanpun Calon menantu saya hanyalah Radish
"Papa saya sudah meninggal Ma, yang masih ada tinggal Ibu!" ucap Radisha lirih.Mendengar pengakuan Radisha, Natalie pun semakin bersalah lantaran dia sama sekali tidak bermaksud membuat Radisha teringat pada orang yang dia sayang."Maafkan Mama Radisha, Mama tidak tahu kalau Papamu telah tiada. Lalu sekarang di mana Ibumu berada?" tanya Natalie berusaha ingin tahu.Sejenak Radisha terdiam, dan menatap pada Danu meminta pendapatnya. "Katakan saja yang ingin kamu katakan Radisha!" ujar Danu menganggukkan kepalanya.Radisha pun mulai menceritakan kisah hidupnya di kampung setelah meninggalnya sang papa. "Ibu saya di kampung Ma, dia sekarang terpaksa bekerja dengan Renternir karena utang yang di tinggalkan almarhum Papa, kami yang harus menanggungnya sehingga saya memilih mengadu nasib ke Jakarta, karena jika tidak melunasi utang itu. Saya yang dijadikan jaminan oleh Renternir itu!" ucap Radisha menyampaikan.Natalie menatap t
Hatinya meringis merasakan sakit teramat dalam, tapi ini juga bukan salah Radisha dan Danu. Ini adalah hasil perbuatannya sendiri.Karena hidup seperti menanam padi, jika dia tanam padi maka hasilnya pun akan padi bukan yang lain.Peribahasa ini sangat cocok di tujukan untuk Tifany, yang sedang diliputi rasa penyesalan teramat dalam "Kamu mau ke mana Tifany?" Audrey memanggilnya dan menghendaki Tifany yang sedang menenteng dua koper berukuran besar.Sekilas Tifany menoleh pada Audrey. Lalu memeluk Audrey menangis sejadi-jadinya dia tidak kuasa menahan kesedihannya saat ini. "Aku akan kembali ke Rumah Drey ... maafkan aku yang tidak bisa membuat Danu jatuh cinta padaku!" lirihnya memeluk erat Audrey."Aku mohon kau bersabar untuk hal ini, aku berjanji akan terus membantumu agar bersatu dengan Kak Danu, selama janur kuning belum melengkung kau akan aku dukung untuk mendapatkan Cintanya Kak Danu!" ujar Audrey berusaha meyakinkan Tifany yang
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah