Audrey dengan Tifany baru saja sampai rumah, dan sudah di suguhkan pada kenyataan yang sangat bertentangan dengannya terlebih lagi saat mendengar Danu akan segera menikah dengan Radisha, Audrey sangat menentang hubungan keduanya. Saat ini Audrey menatap tajam pada Danu dan Radisha. Bahkan, Audrey sampai berteriak menentang mereka.
"Atas dasar apa kau menentang hubungan Kakak kamu Ha?!"Audrey melirik ke arah ibunya saat menimpali ucapannya. "Kenapa Mama merestui hubungan mereka berdua, bukankah sudah jelas jika Tifany yang dijodohkan dengan Kak Danu?""Ya memang Danu telah dijodohkan dengan Tifany, tapi bukankah cinta itu tidak dapat di paksakan bukan? Lalu apa salahnya kau menghormati keputusan Kakakmu!" ucap Natalie menekankan.Kali ini Audrey dipaksa mengerti oleh ibunya sendiri, karena Natalie tidak ingin adanya kekeliruan lagi di antara mereka."Lalu bagaimana dengan saya Tante?" lirih Tifany dengan mata mulai berkaca-kaca, tak kuasaTifany terkesima saat Natalie membentaknya dia sangat tidak menyangka akan keberanian Natalie memarahinya, dan menuduhnya memperalat Audrey."Kenapa Tante bicara seperti ini? Sungguh saya tidak pernah memperalat Putri Tante!" lirih."Sudah saya katakan bukan? Jangan mengeluarkan sepatah katapun karena saya tidak membutuhkan penjelasan darimu, apa kau paham!" Natalie kembali membentak Tifany.Tuan Naratama yang saat ini berdiri di tangga, dan menatap tajam pada keberadaan mereka yang masih berdebat ia marah atas perlakuan Natalie pada calon menantunya Tifany."Kamu apa-apaan Natalie! Kenapa kamu membentak-bentak Tifany? Satu hal yang harus kamu patuhi dan tidak dapat di ganggu gugat, Calon menantu kita yang sebenarnya Tifany, bukan Radisha!" tuan Nara menyentak dengan tatapan tajam pada istrinya.Sekilas Natalie menatap pada suaminya, dengan netra menajam dengan mengepalkan tangannya."Sampai kapanpun Calon menantu saya hanyalah Radish
"Papa saya sudah meninggal Ma, yang masih ada tinggal Ibu!" ucap Radisha lirih.Mendengar pengakuan Radisha, Natalie pun semakin bersalah lantaran dia sama sekali tidak bermaksud membuat Radisha teringat pada orang yang dia sayang."Maafkan Mama Radisha, Mama tidak tahu kalau Papamu telah tiada. Lalu sekarang di mana Ibumu berada?" tanya Natalie berusaha ingin tahu.Sejenak Radisha terdiam, dan menatap pada Danu meminta pendapatnya. "Katakan saja yang ingin kamu katakan Radisha!" ujar Danu menganggukkan kepalanya.Radisha pun mulai menceritakan kisah hidupnya di kampung setelah meninggalnya sang papa. "Ibu saya di kampung Ma, dia sekarang terpaksa bekerja dengan Renternir karena utang yang di tinggalkan almarhum Papa, kami yang harus menanggungnya sehingga saya memilih mengadu nasib ke Jakarta, karena jika tidak melunasi utang itu. Saya yang dijadikan jaminan oleh Renternir itu!" ucap Radisha menyampaikan.Natalie menatap t
Hatinya meringis merasakan sakit teramat dalam, tapi ini juga bukan salah Radisha dan Danu. Ini adalah hasil perbuatannya sendiri.Karena hidup seperti menanam padi, jika dia tanam padi maka hasilnya pun akan padi bukan yang lain.Peribahasa ini sangat cocok di tujukan untuk Tifany, yang sedang diliputi rasa penyesalan teramat dalam "Kamu mau ke mana Tifany?" Audrey memanggilnya dan menghendaki Tifany yang sedang menenteng dua koper berukuran besar.Sekilas Tifany menoleh pada Audrey. Lalu memeluk Audrey menangis sejadi-jadinya dia tidak kuasa menahan kesedihannya saat ini. "Aku akan kembali ke Rumah Drey ... maafkan aku yang tidak bisa membuat Danu jatuh cinta padaku!" lirihnya memeluk erat Audrey."Aku mohon kau bersabar untuk hal ini, aku berjanji akan terus membantumu agar bersatu dengan Kak Danu, selama janur kuning belum melengkung kau akan aku dukung untuk mendapatkan Cintanya Kak Danu!" ujar Audrey berusaha meyakinkan Tifany yang
Setelah dua orang pria itu lari dari hadapan Danu, Radisha pun mulai menghampiri Danu, dan berusaha mengobati calon suaminya itu."DANU!" lirih Radisha meringis melihat luka lebam di bagian pipi kekasihnya itu."Kau tidak usah takut dengan mereka, memangnya siapa Orang itu?" tanya Danu berusaha menenangkan Radisha yang terlihat ketakutan.Radisha menjawab Danu dengan suara parau khas seperti orang habis menangis. "Dua Orang itu adalah Anak Buah Juragan Komar Danu!" lirih."Apa?!"Benar saja dugaan Danu, kalau dua pria itu benar-benar anak buah dari Juragan Komar yang menginginkan Radisha."Aku takut kalau mereka melapor pada Juragan Komar kalau mereka melihat kita di sini!""Kenapa harus takut Ra? Dengarkan aku ya, selama ada aku di sini kau tidak perlu khawatir, aku akan melindungi kamu. Tolong percaya padaku, aku akan berjuang untukmu!" ujar Danu menangkup pipi Radisha dengan kedua tangannya.Radisha menyandarkan k
"Hah! Menyerahkan Radisha pada Orang sepertimu? Yang benar saja!" ucap Danu sinis membelakangi pria itu, dengan kilat dia berbalik arah dan memukul anak buah dari Juragan Komar.Beberapa pukulan berhasil di daratkan ke wajah pria anak buah dari Juragan Komar itu."Ampun! Tuan!" pria itu memohon setelah jatuh tersungkur.Kemudian Danu menginjak tangan pria itu, hingga ia meringis kesakitan."Ampun Tuan, saya hanya diperintah saja sama Juragan!" ringisnya merasa kesakitan."Bangkit, dan pergi! Sampaikan pada Juraganmu saya ingin bertemu dengannya, jangan lupa katakan padanya bahwa saya akan menebus Ibu Prasasti!" geram Danu memerintah salah seorang anak buah dari Juragan Komar itu.Dengan terbata-bata pria itu pun bangkit, dan segera bergegas meninggalkan tempat itu. "Baik Tuan saya akan sampaikan padanya!" dengan segera pria itu bergegas lari meninggalkan Danu dengan Radisha.***Suasana rumah juragan Komar masih terlihat
Radisha berlari setelah melihat ibunya, betapa rindunya dia pada ibunya sendiri, ibu Prasasti pun sama rindunya seperti Radisha."Ini benar-benar kamu kan Nak?" Prasasti memeluk Radisha lirih.Radisha merasa terharu dengan suasana saat ini, telah sekian lama dia menanti pertemuannya dengan sang ibu, dan baru sekarang bisa tercapai itu pun atas bantuan Danu."Iya Bu ini Radisha, Ibu baik-baik saja kan?" Radisha sudah tak kuasa menahan kerinduannya sampai-sampai dia menciumi kedua pipi ibunya itu."Iya Nak, Ibu baik-baik saja!" jawab Prasasti menganggukkan kepala.Pada saat Radisha masih berpelukan dengan ibunya, tiba-tiba saja ia tersadarkan oleh suara tawa riuh menertawakan Juragan Komar yang sangat diktator itu, tapi hari ini dia tidak berkutik di hadapan Danu.Radisha ikut tertawa setelah melihat Juragan Komar kehilangan kepercayaan dirinya. Prasasti menghampiri Juragan Komar, dengan kesalnya dia menumpahkan unek-unek yang sela
Danu terlonjak saat Radisha telah berada di sampingnya. Seketika itu pun khayalannya sirna begitu saja, saat sang kekasih telah kembali menghampirinya.Dengan gugup Danu menimpali Radisha. "Kamu sudah selesai ke warungnya?" "Sudah! Memangnya kenapa Hem?" Radisha menatap heran pada Danu. "Kau kenapa dari tadi hanya bengong, dan senyam-senyum sendiri?" ulang Radisha mempertanyakan sikap Danu."Rahasia!" jawab Danu, dan meraih tangan Radisha untuk kembali ke rumah."Owh jadi sekarang begitu ya? Mau main rahasia-rahasiaan sama aku," ucap Radisha berjalan bersama dengan tangan yang masih saling menggenggam."Enggak sih ... sebenarnya tidak ada rahasia apapun yang aku sembunyikan dari kamu," kata Danu.Namun, Radisha tidak percaya begitu saja padanya. "Aku enggak percaya!""Terserah kamu kalau tidak percaya, itu hak kamu!" balasnya dengan tersenyum menatap pada Radisha yang mulai terlihat manyun."Oh jadi begini sika
"Di Jakarta?!" Prasasti tersentak saat mendengar putrinya akan menikah di Jakarta bukan di kampungnya sendiri."Iya Bu di Jakarta! Ibu mau ya ikut kami ke Jakarta!," kali ini Radisha yang bicara pada ibunya.Hening.Satu menit telah berlalu, mereka bertiga masih belum melanjutkan obrolan. Danu saling menatap dengan Radisha, lantaran takut kalau pernikahan mereka tidak jadi."Ya ... Ibu akan ikut dengan kalian!" Prasasti menghela nafasnya. Pada akhirnya ia menerima keputusan putrinya.Danu dan Radisha tersenyum, mereka sangat bahagia karena Prasasti menyetujui hubungannya."Terima kasih Ibu!" Radisha memeluk ibunya dengan hangat."Iya Nak, justru Ibu yang berterima kasih sama kamu. Karena kamu Ibu bebas sekarang dari Juragan Komar!" Prasasti tersenyum dengan mengusap puncak kepala putri semata wayangnya."Kalau begitu kapan kita berangkat ke Jakartanya?" lanjut Prasasti bertanya.Danu pun menjawab pertan
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah