Home / Romansa / KELAMBU MERAH JAMBU / Kunci Kamar dan Sahabat

Share

Kunci Kamar dan Sahabat

Author: Humairah Samudera
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Wooow, amazing tralala! 

Ternyata, ketika aku kembali dari ruang laundry, tuang baca sudah bersih dan kinclong. Siapa lagi yang mengerjakan semua itu kalau bukan Kenzy? Sekarang hanya tinggal menyedot debu saja. Eh, mengepel juga, sih. Tapi kan, itu belum pernah terjadi selama ini? Jadi, yaaa, rasanya seperti mendapatkan big surprise. Sungguh, kalau nggak malu, ingin rasanya jingkrak-jingkrak atau minimal melompat sekali lalau mengatakan, "Yes!" 

Lebih amazing tralala lagi, Kenzy meminta vacuum cleaner itu dariku dan dia sendiri yang menyedot debu---bukan hanya di karpet bulu tapi juga di seluruh lantai---dengan wajah ceria. Dalam hati sempat bertanya, apakah ini mimpi? Apakah ini imajinasi? Ooohhh, jangan-jangan aku sudah mulai

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Mantan Best Friend

    Byuuutttzzz!Tante Theodora bercerita banyak tentang hari-harinya selama nggak ada aku. Nggak sering berkunjung ke rumah mereka, maksudnya. Jujur, aku nggak pernah menyangka kalau sampai sebesar itu Tante Theodora merindukanku. Elize juga nggak pernah cerita. Ummm, ya ... Akan berbeda pastinya, kalau demi senyum bahagia Tante Theodora. Sungguh. Sebenarnya, aku orangnya nggak tegaan, lho. Jangankan dengan Tante Theodora yang sudah kukenal dan menjadi dekat, dengan orang yang baru kenal atau nggak kenal sama sekali pun, begitu adanya.Sssttt, ini bukan pencitraan!"Mama was missing you so much, Anya!" Elize menambahkan d

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Jangan Salah Lagi

    Sore ini, aku sudah memutuskan untuk mengosongkan hidupku dari yang namanya sahabat, siapapun itu. Jahat. Jahat. Jahat. Semua jahat, pengkhianat. Ciaaat, ciaaattt! Cukup berteman saja, nggak perlu sampai ke level sahabat. Apalagi sahabat dekat. No, no, nooo!Big no!Final. Semuanya sudah final, bagiku. Mengapa begitu? Elize. Nggak mungkin lagi memasukkannya ke dalam alur cerita hidup ini. Baik dari pintu, jendela atau celah masuk mana pun. Sekali berkhianat, nggak akan mudah bagiku untuk mempercayainya lagi. Nggak, nggak akan pernah.Begitu juga dengan Arunika dan Shopia. Well, William juga. Semuanya. Titik.

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Hari Yang Kacau Balau

    De Commitment. Aku membacanya berulang-ulang pagi ini, entah berapa kali, sampai air mataku berubah menjadi darah. Tentu saja. Kertas putih polos bermaterai itu kini telah menjadi sesuatu yang paling menakutkan sekaligus mengancam. Mencekam. Aku lupa, sungguh lupa, kalau di sana juga tertulis tentang aturan main untuk kami selama tinggal di Belanda.What is that?Khusus untuk Anyelir, dilarang keras bekerja di luar rumah. Dia hanya boleh bekerja di dalam rumah, mengurus rumah. Satu-satunya kegiatan yang boleh dia lakukan di luar rumah adalah sekolah bahasa Belanda dan refreshing bersama Kenzy. Peraturan ini tidak berlaku untuk keperluan berbelanja kebutuhan Rumah Tangga dan Pribadi.

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Lukisan Abstrak

    Lima menit lagi, kelas dimulai. Sebisa mungkin, aku menyusut air mata, menyekanya dengan tissue yang disodorkan Sophia. Jangan tanyakan lagi, bagaimana penampilan fisikku sekarang! Sudah pasti lebih abstrak dari pada yang tadi lagi. Nggak jelas, kalau istikah Arunika. Ruwet lah, kalau istilah Galih.Abstrak, nggak jelas dan ruwet yang artinya sampai lupa, untuk tujuan apa aku berada di Amterdam pagi ini. Juga lupa, kalau kemarin sore sudah memutuskan untuk mengosongkan hidup dari yang namanya sahabat. Sekosong-kosongnya, termasuk Sophia. Mumpung belum terlalu jauh melangkah. Belum terlalu banyak kenangan yang tercipta di antara kami. Iya, kan?"Thanks, Sophia!" aku mengungkapkan perasaan tulus itu sambil menguncir rambut

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Obat Patah Hati

    Jlep, plaaasss!Dengan mengesampingkan semua cerita William tentang Tante Vanessa---ibunya, yang ternyata baru meninggal dua minggu lalu karena kangker otak yang telah lama dideritanya---aku mengerahkan segenap konsentrasi untuk mencari nama Arunika di facebook. Gagal total, seratus persen. Sekarang, dengan jantung yang mulai berdetak super kencang, sekencang genderang mau perang, aku mencari padanan namanya. Itu, nama-nama yang pernah digunakannya untuk menamai akun facebooknya.Siapa tahu kan, dia sudah mengganti nama akunnya? Yeaaah dan karena aku nggak pernah online, Arunika memutuskan untuk nggak memberi tahu tentang hal itu ya, kan? Aku juga nggak mengerti, mengapa Arunika sering sekali mengganti nama akun. Nggak seperti

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Canda Tawa Yang Tak Terduga

    Dalam detik-detik yang berdetak begitu lambat, seolah-olah slow motion mode on dalam sebuah adegan film, aku mendelik ke arah Kenzy. Sikap yang terlalu berani menurutku, mengingat jarak kami yang terhitung dekat. Well, dia berada di seberang meja. Ummm, bagaimana lagi? Bisa-bisanya dia bercanda seperti itu, ibarat anak panah, tepat tertancap di jantungku. Oh, nooo! Not at all, aku nggak sepatah hati itu, kok. Hanya merasa janggal dan sakit karena didepak dari Life Circle.Life Circle. Galih, Arunika dan aku, sepakat menamai persahabatan kami dengan Circle Life. Segitiga Kehidupan. Wooow, amazing tralala, kan? Kata circle-nya, aku yang mencetuskan sedangkan kata life, Galih dan Arunika yang menambahkan. Tadinya aku mengusulkan Circle Friendship tapi mereka kurang setuju. Menurut mereka, feel-nya kurang kental.

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Get Well Soon, Papa!

    Segera, tanpa berpikir panjang dan berliku-liku, aku menyeret tubuh kembali ke dalam tanpa melihat ke arah Kenzy lagi. Entah apa yang dilakukannya di sana, sekarang. Bagaimana perasaannya terhadap sikapku yang nggak biasa tadi. Rasanya, ooohhh, rasanya seperti pencuri yang tertangkap basah. Bedanya, bahkan aku nggak tahu, apa yang telah aku curi?Biasanya, jangankan melongok ke luar pintu, memandang ke arah pintu pun aku nggak pernah. Lebih tepatnya, nggak sudi. Untuk apa? Melepas kepergian Kenzy yang tanpa permisi dan basa-basi? No, no, no. Big no. Well, kadang-kadang aku sampai lupa mengunci pintu. Itu yang paling berbahaya, sebenarnya. Bukan, ini bukan tentang orang lain tetapi Kenzy.So far so good sih, hanya sedikit

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Kenyataan dan Trauma

    Dengan penuh semangat perjuangan, aku mendorong troli yang penuh dengan belanjaan keluar dari kopermolen. Sebenarnya, ummm, biasanya aku nggak pergi berbelanja seorang diri, karena selalu ada Elize yang menemani. Bisa dikatakan, ini belanja besarku yang pertama setelah kepergiannya. Ya, yaaahhh, tentu aku lebih senang begini … Kalau boleh jujur, masih sakit rasanya jika teringat akan hal itu. Maksudku, Elize yang tega menjalankan BSLS (Back Street Love Story) bersama Kenzy.Bayangkan!Dia bahkan sampai hati memberikan kunci pintu kamarku pada Kenzy. Well, padahal kan dia paham, kalau itu benteng perlindunganku dari Kenzy. Apa, sahabat model apa itu, namanya? Aku sih, sama sekali nggak menyesal kehilangan dia, sungguh. Untuk apa bert

Latest chapter

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Nyaaa Anyeliiirrr!

    De Swiiing!Entah bagaimana awalnya, aku nggak terlalu ingat, rasa-rasanya ada sesuatu yang aneh di ruang perawatan ini tapi nggak tahu, apa. Om Dirga masih berdiri sambil menyedekapkan tangan di bawah kaki Kenzy, sama seperti posisinya semula. Miss D sudah selesai melepaskan sonde dan sekarang Doctor, dibantu Nurse mulai melepaskan jarum infus yang tertancap di punggung tangan sebelah kanan. Mereka melakukan transfusi darah dari sana. Sampai di sini aku memandang ke segala arah, mengingat keanehan yang sempat kurasakan tadi.Nothing is weird but I feel that!Kembali, aku memandangi wajah Kenzy yang kadang-kadang tertutup tangan Doctor atau Nurse karena pekerjaan mereka melepas ventilator belum selesai. Wajah yang kalau dalam keadaan sehat terlihat tampan dengan

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Good Bye, Kenzy!

    Di antara bayang-bayang Kenzy yang mengulum senyum manis dan segenggam kebahagiaan, aku menguatkan diri untuk tanda tangan. Meskipun air mata tak kunjung berhenti dan keringat dingin semakin deras mengalir, aku berusaha untuk menguatkan diri. Kuat, tegar untuk Kenzy. Demi suami tercinta sepanjang masa. Miss D dan Doctor menunggu dengan sabar di seberang meja. Tenang, Miss D mengusap-usap punggung tanganku, senyumnya terlihat tipis tapi tulus. Sementara Doctor duduk bersedekap tangan dengan raut wajah setegang robot lowbat.Sungguh, sampai detik ini, aku masih merasa jahat!Jahat, karena harus melalukan semua ini, meskipun itu demi kebaikan Kenzy. Cukup, cukup satu musim dia menjalani masa komanya. Nanti, besok jangan lagi. Aku sudah nggak sanggup lagi melihatnya seperti ini. Oooh, ooohhh, my God! Baru satu kali itu aku me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    The Final Decision

    "Kamu …?" aku mendelik menatapnya, "Ngapain kamu ke sini, keluar!"Betapa terkejutnya aku, saat Kenzy dengan tenang dan santainya masuk ke kamarku. Padahal, sebelum ijab qabul tadi sudah berjanji kalau nggak akan pernah menginjakkan kakinya di sini. Wuaaahhh, sepertinya dia meremehkan ya, kan?"Kenzy, keluar!" dengan amarah yang semakin membesar, aku menunjuk ke arah pintu, "Keluar, Kenzy!"Tap, tap, tap!Terdengar langkah kaki Papa menuju ke sini, membuat kami sama-sama terkejut. Mungkin Kenzy pun bingung harus bagaimana, jadi dia mendekat padaku, sedekat-dekatnya. Tentu saja, itu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan saat Papa sudah benar-benar muncul di depan pintu, Kenzy me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Waiting For Kenzy's Smile

    Miss D terperangah, menatapku dengan karakter kucing yang dilanda konflik besar, antara harus mencuri ikan di atas meja atau menahan lapar sampai diberi makan oleh majikannya. Tapi aku tak peduli lagi, tentu saja. Apa yang harus kupedulikan? Itu, ventilator, sonde, jarum infus yang melekat di tubuh Kenzy sudah tak berguna lagi kan? Sudah nggak ada fungsinya lagi, kan? Untuk apa dilanjutkan? Hanya menambah kedalaman luka saja!"Please, do that now, Miss D?" aiu meratap-ratap, memohon dengan segala perasaan yang merasuki diri, "For Kenzy, For me …!"Dalam detik-detik yang berdetak begitu cepat, seolah-oleh roda mobil yang melaju cepat ke sebuah tempat di lereng bukit, kami saling berpandangan dengan mulut ternganga. Aku, napasku memburu, selayaknya seorang prajurit yang berhadapan dengan seseorang yang sangat penting untuk

  • KELAMBU MERAH JAMBU    In Peace and Love

    Papa meraih pergelangan tanganku, menahannya dengan sedikit tekanan yang menyakitkan, tentu saja. Hal yang belum pernah Papa lakukan selama aku menjadi anak pungutnya. Well, aku yakin, seluruh dunia juga tahu, selembut dan semanis apa Papa memperlakukan aku selama ini. Ah, lebih lembut dari butiran salju. Lebih manis dari es krim susu vanilla. Jadi, kalau sampai Papa melakukan itu, berarti ada sesuatu yang bersifat penting dan genting.What is that?I don't know!Yeaaahhh, only he knows, of course!"Anyelir!" Papa memanggil dengan suara bergetar yang aku nggak tahu kenapa, nggak ingin tahu juga, "Kamu, nggak mau ikut nganterin Papa ke bandara, besok pagi?"Finallly H

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Luka di Atas Luka

    Hanya bisa bernapas dan memandang ke arah mama Sophia dengan mata yang semakin memburam oleh air mata. Aku merasa benar-benar terjepit sekarang. Terjepit di antara dua bilah pedang yang berkilau tajam plus haus darah. Oooh, ooohhh, my God! Kenzy masih koma, bahkan harapan hidupnya semakin menipis. Bisa dikatakan habis, malah. Sudah begitu, seolah-olah itu belum cukup untuk meluluh lantakkan seluruh hati dan perasaan yang terkandung di dalamnya, Papa menyingkap tabir rahasia tentang hidupku yang sesungguhnya.Jahat. Jahat. Jahat.Apa, apa yang bisa kuharapkan sekarang?Apa masih ada harapan?Papa menjadikan aku Musim Semi, Little Princess dan Anyelir Nuansa Asmara hanya untuk dijadikan pengisi kotak hadiah

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Anak Pungut Yang Malang

    Papa kembali ke rumah sakit, setelah tiga hari beristirahat di rumah. Om Dirga hanya menjenguk Kenzy sebentar lalu kembali ke kantor, karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, aku memanfaatkan kesempatan berdua kami untuk berbicara. Sebisa mungkin, dari hati ke hati dan tanpa lonjakan emosi. Selain sadar kalau ini rumah sakit, kami juga nggak pernah bertengkar selama ini. Belum pernah. Nggak lucu kan, kalau dalam kondisi Kenzy yang masih koma, kami justru bertengkar?"Papa," aku memanggil setelah selesai mengepang rambut ala Elsa dan mengikatnya dengan karet gelang, "Ada yang perlu Anyelir tanyakan Pa, boleh?"Aku memindai kebohongan di bola mata Papa. Kebohongan yang nggak kuharapkan sama sekali, sebenarnya. Emmmhhh, pasti Papa lupa kalau dia bahkan selalu mengancamku dengan rotan untuk setiap kebohong

  • KELAMBU MERAH JAMBU    What Will Be Will Be

    Leiden, 28 September 2018Dear Angel,Begitu banyak yang terjadi dan yang paling besar adalah Kenzy yang masih koma. Bukan hanya itu. Bahkan, secara medis, harapan hidup Kenzy hanya tinggal lima sampai sepuluh persen lagi. Jadi, kalau dokter yang menangani melepaskan semua alat penunjang kehidupannya, kemungkinan besar---Miss D mengatakan tanpa kemungkinan yang berarti pasti---Kenzy akan meninggal dunia. Well, tentu saja, aku nggak mengizinkan siapapun dokter ahli kanker di dunia ini untuk melakukannya! Kamu tahu kan Angel, apa maksudku? Hidup dan mati manusia, mutlak berada di tangan Tuhan. Iya kan, Angel?OK!Kalaupun Kenzy harus meninggal Angel, jangan karena kami melepaskan jarum infus atau ventilatorn

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Harapan Hidup Kenzy

    Papa pulang ke Sleedorn Tuin sore ini, diantarkan Om Dirga. Jadi fixed, malam ini aku sendirian menjaga Kenzy di rumah sakit, karena Om Dirga harus menemani Papa. Itulah mengapa, sedari tadi sibuk menyiapkan segala hal untuk lebih intensif mengaktifkan kesadaran Kenzy. Pening, rasanya. Pening kuadrat. Tahukah kalian? Begitu banyak ide dan rencana menjejali ruang pemikiran yang terasa kian menyempit. Ruwet dan rumit. Tapi aku memilih untuk mendahulukan album foto Kenzy dan Kinanti, tentu saja. Ya, yaaahhh, meskipun kadang-kadang rasa cemburu membakar pinggiran hati tapi apa boleh buat? Dalam situasi sepenting dan segenting ini, aku nggak mungkin egois dan emosional, bukan? Toh, kalau Kenzy sadar, aku juga yang bahagia. Bukan Kinanti. Iya, kan?Sooo, this is it!Seperti biasa, aku menggenggam telapak tangan kiri Kenzy dan mengaja

DMCA.com Protection Status