MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Menangis (100)"Bu Sinta!" seru Via dengan senang hati karena bisa bertemu dengan Bu Sinta ditaman ini. Rasya yang tengah melihat ke arah depan, dengan cepat langsung menoleh pada Bu Sinta dan Nura yang tidak terlalu jauh dari mereka._____Rasya cukup terkejut begitu melihat wanita dengan rambut yang digelungkan itu. Seketika ia langsung berdiri dengan perasaannya yang berubah menjadi penuh keben-cian. Sedangkan Via, ia sudah berlari kearah Bu Sinta tanpa memperdulikan Nura yang melihat padanya dengan sinis."Bu, Ibu Sinta ada disini juga ? Gimana kabarnya ?" tanya Via dengan senang hati sembari memegangi lengan Bu Sinta. Berbeda dengan Via yang justru senang bisa bertemu dengan Bu Sinta, justru kini Bu Sinta menjadi dipenuhi dengan rasa takut. Hingga akhirnya, Bu Sinta hanya menyunggingkan senyum kecil dibibirnya. "Nak, Via. Ibu juga senang bisa ketemu sama kamu disini, Nak." ucap Bu Sinta."Wah, Aku bener-bener gak nyangka, ternyata kamu
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Terungkap (101)Tiga hari kemudian..Demi memenangkan hatinya dari rasa bersalah, Sekarang Bu Sinta memilih untuk pergi ke pemakaman Ibunya Rasya, Almira. Wanita itu keluar dari pintu rumahnya. Nura yang melihatnya merasa penasaran kemana ibunya mau pergi. Akhirnya wanita itu berencana untuk mengikutinya.________Nura yang tengah berada di ruang tengah, melangkahkan kakinya mengikuti ibunya hingga sampai keluar pintu dan seterusnya. Ia tak memperdulikan bagaimana penampilannya sekarang yang hanya mengenakan baju tidur. "Ibu mau kemana ya ? Kok gerak-geriknya kayak mencurigakan gitu ? Gak biasanya ibu pergi gak bilang-bilang." ucapnya dalam hati ketika melihat ibunya yang terlihat buru-buru pergi dan tengah menghentikan sebuah taksi. Nura sengaja mengambil jarak agak jauh agar ibunya tidak bisa mengetahui keberadaannya. Dibalik sana, Bu Sinta dengan penuh rasa takut, buru-buru naik taksi begitu ada taksi yang berhasil ia hentikan. Ia taku
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Pingsan (102)Bu Sinta cukup syock mendengar Nura yang menjadi seperti itu. Ia tak pernah menyadari jika Nura menyimpan dendam karena masalalu-nya. Ia baru menyadari, rumah tangganya yang hancur, menjadikan Nura menjadi sosok yang seperti itu.______________________"Nura.... Maafkan ibu, Nak. Ibu tidak pernah menyadari kamu menjadi seperti ini gara-gara ibu." Lirih Bu Sinta. Masih sembari menangis, Nura menggelengkan kepalanya beberapa kali. Ia masih tidak bisa menerima kenyataan yang dihadapinya sekarang. Perlahan, kakinya melangkah mundur untuk meninggalkan ibunya."Aku benci sama ibu! Aku benci! Aku benci ibuuuu!!!!" Teriaknya yang lalu Nura berlari meninggalkan ibunya. Ia histeris dan sangat terpukul. Tak henti terus menangis pilu sembari tetap berlari. "Nura!!!" Bu Sinta langsung berlari juga mengejar Nura. Ia juga sangat terpukul. "Jangan tinggalkan ibu, Nak. Ibu tidak mau kehilangan kamu, Sayang....""Aaaaaa.... Gak mungkin... Kenap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Operasi (103)Rasya yang belum sampai ke mobilnya, langsung spontan kembali membalikkan badannya kebelakang, melihat pada Via yang kini tengah menangis histeris bersimpuh memegangi bahu Bu Sinta disebelah Bu Sinta. __________"Vi-a ? Dan, perempuan itu juga ada disini ?" ucap Rasya yang khawatir pada Istrinya, juga syock melihat nama Bu Sinta ada juga di pemakaman ini.. Dengan cepat Rasya kembali melanjutkan langkahnya. menuju mobil Ia segera membuka pintu mobil bagian belakang, dan mendudukkan Nura di kursi tersebut. Setelah selesai itu dia kembali dengan cepat menghampiri Via. "Bu Sinta, bangun Bu.. kenapa ibu sampai seperti ini ? Apa yang sudah terjadi sama ibu ???." ucap Via sembari menggerakkan pergelangan tangannya Bu Sinta. Ia sangat cemas, apalagi melihat darah yang mengalir pada bajunya Bu Sinta hingga menetes ke bawah tanah. Via kemudian berusaha mengangkat punggung Bu Sinta untuk bisa ditolong. Namun, ia tak cukup sanggup kare
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Donor Darah (104)Amar membuka ponselnya setelah jam istirahat kantor. Lelaki yang kini mengenakan kemeja biru dongker itu melihat pada notifikasi panggilan yang begitu banyak dari Rasya dan Via. "Rasya ? Via ? Ada apa mereka telpon aku sampai sebanyak ini ?" tanyanya dalam hati dengan penuh keheranan. Hingga kemudian, Ia mengecek ke aplikasi WhatsApp, dan menemukan pesan dari Via. [Assalamualaikum][Mas Amar, Sekarang Nura dan Bu Sinta dirawat rumah sakit tempat Rasya bekerja. Kamu cepat kesini, Mas. Mereka sangat membutuhkan kamu.] Pesan Via. Sontak bola matanya langsung membulat karena syock."Apa ? Nura dan Ibu Sinta di rumah sakit ?!" __________"Apa yang sudah terjadi pada mereka ?!" ucap Amar dalam hati dengan perasaan gelisah. Ia pun segera berdiri, mengambil kunci mobilnya yang ia taruh di meja kerja. Kemudian dia pergi ke ruangan direkturnya, yaitu Pak Roby. Ia meminta ijin untuk ke rumah sakit. Atasannya memberikan ijin padan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Bertemu Jesika (105)Setelah mendapatkan kabar dari Jesika jika golongan darah AB untuk Bu Sinta tersedia, Rasya pun langsung pergi menancap gas mobilnya untuk segera ke rumah sakit tempat Jesika bekerja.Ia tidak mengabari Via dulu, karena ia berpikir untuk memberitahu semuanya nanti saja setelah ia pulang. Sekarang ini Rasya benar-benar tengah buru-buru. Semua ini ia lakukan bukan demi Bu Sinta, tapi demi istrinya. Rasya tidak mau melihat istrinya bersedih jika sampai kehilangan orang yang disayanginya. Itu semua karena ia juga mengerti bagaimana rasa sakitnya kehilangan orang yang paling ia sayangi."Via sudah kehilangan Amar, dia tidak boleh bersedih lagi karena kehilangan orang yang dia sayangi." lirihnya dalam hati sembari menyetir. ***PoV RasyaSetelah sekitar setengah jam, Aku sampai di rumah sakit tempat Jesika bekerja. Sebenarnya jarak rumah sakit tidak terlalu jauh, hanya saja tadi dijalanan aku terjebak macet. Keadaan jalan ko
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Amar Datang (106)PoV VIASejak tadi aku menunggu dikursi yang ada diluar ruangan tempat Bu Sinta dirawat. Ia masih belum sadarkan diri karena belum mendapatkan donor darah. Aku sangat khawatir sekali. Aku sangat takut, beliau tidak akan bisa...... Diselamatkan. Sebelumnya aku juga sudah mencari bantuan lewat sosial mediaku untuk mencari relawan yang bersedia mendonorkan darahnya untuk Bu Sinta. Aku juga sudah mencoba mencari bantuan pada teman-temanku, Pada para karyawanku yang di laundry dan di butik. Ada satu karyawan butik yang memiliki golongan darah AB, namun sayangnya karyawanku kesehatannya tengah tidak baik dan tidak memungkinkan untuk donor darah, takutnya malah beresiko akan kesehatannya juga. Dari pihak rumah sakit juga mengatakan, Jika mereka juga tengah berusaha mencari golongan darah AB itu.Dan sekarang aku benar-benar tidak tahu lagi mesti bagaimana. Aku hanya bisa berdoa, semoga Bu Sinta bisa melewati masa kritisnya. Dan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Bayi Kembar (107)"Via!" Seru seseorang yang ternyata Rasya._____Aku segera berdiri, takut Rasya cemburu melihat aku yang sebelumnya sengaja duduk di dekat Via karena memang merasa rindu dengan wanita yang pernah menjadi istriku ini. Tak lama Via pun juga ikut berdiri."Amar, Syukurlah kamu sudah datang." ucap Rasya. Aku pikir ia akan marah. Tapi dilihat dari raut wajah dan nada bicaranya, justru ia terlihat ramah dan lega dengan kehadiranku. "Iya, Rasya. Aku baru lihat handphone aku. Seharian ini aku sibuk di kantor." Jelasku jujur. "Jadi, Apa yang sebenarnya terjadi dengan Nura dan Bu Sinta ?" Aku kembali bertanya. Rasya menggeleng."Aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kami menemukan mereka di makam sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri." jawabnya, Sama seperti yang Via ucapkan. Sepertinya mereka memang benar-benar tidak tahu. "Baiklah, Terimakasih karena kalian sudah menolong mereka." ucapku sembari melihat pada Rasya
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba