*** Luna duduk dengan murung saat Vania mendorong pintu ruang perawatannya. Dia menghampiri Luna dan ikut duduk di sampingnya. “Sean sudah kembali?” Luna mengangguk. “Hmm, lalu kamu tidak ingin mengatakan apapun tentang hubunganmu dengan Sean?” Luna mengangkat kepalanya dan dia menatap Vania dengan ekspresi datar. “Aku tahu Sean pasti sudah cerita semuanya sama kamu.” “Tapi bagaimana kalau aku ingin dengar dari mulutmu sendiri?” Luna memutar matanya ke arah Vania. “Apa bedanya?” “Tentu saja berbeda,” Vania bersikeras dan dia menambahkan, “Aku ingin mendengar dari POV kamu.” “Hmm, baik POV Sean atau aku, sama saja, kami memutuskan menjalin hubungan karena kami sudah tidak bisa bekerja sama lagi, sementara kami saling mencintai dan nyaman satu sama lain.” “Oke, tapi apa kamu sudah tanya Sean bagaimana dia akan membatalkan pertunangannya dengan Aura?” Luna mengangguk saat menurunkan pandangannya dan berkata, “Sean bilang dia pasti membatalkannya, tapi dia masih memikirkan car
“Lepaskan aku! Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.”Suara Luna dingin dan tegas, padahal di dalam hatinya dia ketakutan luar biasa.“Luna benar, lepaskan dia sekarang juga!” Vania tak kalah bengis dengan tatapan Jeremy.Tapi Jeremy mengabaikan mereka, dia menarik sudut bibirnya ke atas dan cengkeraman di pergelangan tangan Luna semakin erat, bersamaan itu dia menyeret Luna secara paksa ke arah mobilnya.Di sisi lain, Luna terus memberontak dengan sekuat tenaga yang dimiliki, tapi sia-sia.“Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Luna lagi, aku akan benar-benar menuntutmu Jer.”Teriak Vania murka dengan nafas yang terengah-engah.Langkah kaki Jeremy yang besar dan cepat membuat Vania sulit menyejajari langkahnya, ditambah lagi dia memakai sandal high heels sekarang.Yang membuat akhirnya terjatuh dan benar-benar berjarak sangat jauh dengan Jeremy dan Luna.“Brengsek!”Vania memaki Jeremy yang saat ini sudah benar-benar mencapai mobilnya.Vania sangat marah hingga nafasnya terengah-engah
Dia benar-benar sangat muak dengan Jeremy.Kemana saja dia dulu? Dia bahkan mungkin baru tahu kalau nama anaknya adalah Xander.“Oh ya? Kenapa kamu begitu yakin?” suara Jeremy berubah lembut dan dia memiringkan kepalanya untuk mengincar bibir Luna yang sedari tadi begitu menggoda dirinya.Luna sekuat tenaga menghindar. Dia sangat jijik dengan Jeremy.“Lepaskan aku!” teriak Luna dan berusaha mendorong tubuh Jeremy sekuat tenaga.“Aku tidak akan pernah melepaskan kamu Luna, kamu sangat cantik sekarang dan kamu sudah memenuhi standar pasanganku, harusnya kamu bahagia kan? Aku menoleh ke arahmu lagi dan usahamu untuk menarik perhatianku berhasil,” bisik Jeremy dengan suaranya yang terdengar sensual namun justru membuat isi perut Luna merasa sangat mual.Luna terus mendorong tubuh Jeremy, tapi dia benar sia-sia. Jeremy justru merengkuh tubuh Luna dan menguncinya ke dalam pelukannya.“Apa kamu tidak merindukanku Luna?”Jeremy terus berusaha memprovokasi Luna agar dia jatuh kembali ke dalam
“Aku masih di kantor, ada apa honey?”“Luna... Luna dibawa oleh Jeremy, Dar!”“Ha? Jeremy sudah kembali?”“Iya. Daren Honey, aku mohon tolong Luna, please! Bagaimana kalau Jeremy membunuh Luna?”Vania menangis sejadi-jadinya.“Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?”Vania menarik nafas dalam-dalam dan memejam matanya sebentar untuk menenangkan dirinya sebelum berkata, “Mereka sudah lama terlibat konflik dan aku tahu kalau Jeremy sangat membenci Luna.”Terdengar helaan nafas berat Daren di seberang sana.“Kamu dimana sekarang?”“Aku masih di parkiran RS. Medika Jaya.”“Baiklah aku ke sana sekarang!”Panggilan terputus dan Vania menyugar rambut pendeknya dengan frustasi, dia berdoa dalam hati agar Tuhan benar-benar menjaga Luna dan menyelamatkannya dari Jeremy.***Luna terbangun saat hari sudah menjadi gelap, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan dia segera tahu dimana dia berada.Kamar itu tentu saja tidak asing bagi Luna, mengingat dia pernah tinggal di kamar ini saat dia
Luna memejam matanya dan dia harusnya tahu konsekuensinya.Dia menghela nafas tanpa daya dan dia tidak berani membantahnya lagi.Jeremy melirik ke arah Luna dan dia menyeringai saat mendapati Luna sudah tidak melawan dirinya lagi. Dia bangkit dari duduknya dan berkata, “Besok aku akan mengambil Xander dan membawanya untukmu.”Setelah mengatakan itu Jeremy pergi dan dia menutup pintu kamar dengan sopan.Luna menarik nafas dalam-dalam dan dia merasa dirinya akan gila kalau sampai dia tidak bisa keluar dari villa ini malam ini.Dan hal yang pertama yang ingin dia lakukan adalah menghubungi Vania. Ya, hanya Vania yang bisa membantunya.Meski dia percaya sejak tadi ia dibawa Jeremy pergi, Vania pasti sudah bersusah payah mencarikan bantuan untuknya agar menemukannya.Tapi...Luna tahu Vania tidak pernah tahu villa Red Rose, jadi dia tidak akan menyalahkan Vania jika sampai berhari-hari pun dia tidak menemukannya.Luna mendesah dalam pemikiran itu dan dia segera menghidupkan layar ponselnya
***Di kamar hotelnya, Sean mondar-mandir dan dia tidak tahu apakah harus kabur sekarang juga atau meminta ijin lagi pada sutradara.Dia baru selesai syuting dan menerima pesan seperti itu dari Luna, membuat kepalanya seolah tiba-tiba meledak karena bom atom.“Mas Boss, kenapa?”Zacky mengerutkan keningnya saat mendapati kepanikan Sean yang baru kali ini ia lihat selama bertahun-tahun bekerja dengannya.“Luna diculik.”Mata Zacky membola sempurna.“Aku harus bagaimana Zack? Aku ingin sekali menyelamatkan Luna, tapi besok syuting terakhir. Kabur tidak mungkin, ijin lagi juga bukan ide yang bagus,”Sean terus menggerutu sambil berjalan mondar-mandir seperti setrikaan.Zacky menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan dia memeras otaknya untuk menemukan jawaban yang terbaik untuk Sean.“Oh Zack, apa otakmu berguna?”Zacky mendengus saat Sean mulai mengumpat dirinya.“Aku juga bingung Mas Boss.”Sean menjadi sangat marah.Tidak ada pilihan lain, dia menyambar kunci mobilnya dan keluar dari k
Jeremy tertawa terbahak-bahak.“Harta berhargamu mana yang aku ambil? Aku jelas lebih kaya darimu Sean.”Rahang Sean mengeras dan dia mengepalkan tinjunya.“Luna Hart.” Sean terang-terangan.Jeremy menyipitkan matanya dan dia menatap Sean tak percaya.“Dia harta berhargamu?”Sekarang Jeremy yang kebakaran api cemburu.“Tentu saja.”Sean menarik sudut bibirnya ke atas dan dia menyeringai sinis.“Dia milikku sekarang Jer.”“TIDAK! DIA MILIKKU!” Jeremy bersikeras.“NO!”Suara lantang Sean yang begitu keras dan jelas seolah memecah atmosfer malam di villa Red Rose.Luna yang saat ini diikat Jeremy di kamar lantai tiga langsung berteriak sekencang mungkin begitu mendengar suara Sean.“Luna!”Tubuh Sean menegang seketika mendengar teriakan Luna minta tolong dengan begitu menyedihkan.Dia menerobos Jeremy dan hendak menaiki tangga yang lain dengan cepat, tapi lagi-lagi dihalangi oleh Jeremy. Tangan Sean dicengkeram kuat-kuat.Tapi Sean bukanlah orang yang lemah, apalagi dia sudah terbiasa f
Jadi Sean menepis tangan Luna perlahan.“Tapi aku harus menghubungi Zacky dulu, bagaimanapun dia yang bertanggung jawab padaku di sana.”“Okey.”Sean bangkit dan dia berbalik untuk menghubungi Zacky.“Mas Boss!”Suara Zacky terdengar penuh semangat begitu Sean menghubunginya karena sejak semalam Sean sengaja menonaktifkan ponselnya.“Aku sudah di Bogor Zack! Tapi beritahu yang lain aku sedang ke rumah sakit untuk mengecek asam lambungku. Jadi tolong ijinkan aku pada sutradara kalau aku bisa ke lokasi syuting jam 08.00.”“Tapi Mas Boss baik-baik saja? Lalu bagaimana juga dengan Luna?” suara Zacky terdengar sangat pelan saat menanyakan hal itu.“Aku dan Luna baik-baik saja, tapi aku mohon jangan sampai ada yang tahu masalah itu. Paham?”“I... iya Mas Boss, aku pasti akan menjaga rahasia Mas Boss dengan Luna.”“Bagus. Aku sangat kelelahan dan aku butuh tidur. Jadi jemput aku sebelum jam 08.00 di alamat yang aku kirim.”“Baik Mas Boss.”Sean menutup teleponnya dan dia meghela nafas, kepal