“Berita itu Sean, apa bisa dihentikan?”Saat bertanya hal itu, kesedihan melonjak di dadanya.Sean menghela nafas dan dia meyakinkan Luna, “Aku sudah menyuruh Daren dan tim Aaron Management untuk melakukannya, jadi jangan pikirkan apapun lagi okey.”Luna menarik nafas dalam-dalam.“Baiklah, aku percaya padamu Sean.”Sean tersenyum manis dan kembali mencium punggung tangan Luna.“Aku tidak bisa lama-lama di sini, sutradara Niko hanya memberiku waktu 1 x 24 jam, jadi aku harap kamu bisa jaga dirimu sendiri.”Luna mengerutkan bibirnya dan dia menatap Sean dengan cemberut. Dia pikir Sean akan menemaninya setidaknya dua hari.Sean melengkungkan bibirnya membentuk senyuman saat tahu Luna tidak setuju dengan itu, dia gemas dengan ekspresi Luna hingga dia mencubit hidungnya.“Aw, sakit!”Protes Luna sambil menepis tangan Sean di hidungnya.Sean tertawa kecil dan dia kemudian menggantinya dengan ciuman sekilas di bibir Luna.Luna membelalak tak percaya.“Sean!”“Kenapa?”“Tidak, lalu kamu akan
“Seketika dia meninggalkanku, memecatku tanpa hormat dan berkali-kali menyuruhku untuk menggugurkan kandungan itu, tapi aku tidak mau. Aku marah padanya dan aku terus meminta pertanggung jawaban, tapi saat itu Shera tahu dan entah alasan apa, dia justru membocorkan masalah itu pada media hingga...”Seluruh tubuh Luna bergetar karena isak tangisnya.Sean tidak tega melihatnya dan dia memeluk Luna dengan erat.“Harusnya aku tidak memaksamu.”Luna mengabaikannya dan dia terus menangis dalam pelukan Sean hingga jaket Sean langsung basah oleh air mata Luna yang seperti kran.“I’m sorry, Love.”Sean berkali-kali menyeka air mata Luna dan kemudian mengecup lembut bibir Luna dalam waktu yang lama.Hati Luna sedikit lebih tenang dan dia menyudahi tangisannya.“Harusnya aku tidak perlu lagi menangisinya seperti itu, aku sudah memilikimu sekarang, benarkan?”Sean tersenyum lembut dan dia menggoda Luna dengan mencubit hidung Luna.“Kamu sudah tahu itu.”Sean memeluknya sekali lagi dan itu membuat
*** Luna duduk dengan murung saat Vania mendorong pintu ruang perawatannya. Dia menghampiri Luna dan ikut duduk di sampingnya. “Sean sudah kembali?” Luna mengangguk. “Hmm, lalu kamu tidak ingin mengatakan apapun tentang hubunganmu dengan Sean?” Luna mengangkat kepalanya dan dia menatap Vania dengan ekspresi datar. “Aku tahu Sean pasti sudah cerita semuanya sama kamu.” “Tapi bagaimana kalau aku ingin dengar dari mulutmu sendiri?” Luna memutar matanya ke arah Vania. “Apa bedanya?” “Tentu saja berbeda,” Vania bersikeras dan dia menambahkan, “Aku ingin mendengar dari POV kamu.” “Hmm, baik POV Sean atau aku, sama saja, kami memutuskan menjalin hubungan karena kami sudah tidak bisa bekerja sama lagi, sementara kami saling mencintai dan nyaman satu sama lain.” “Oke, tapi apa kamu sudah tanya Sean bagaimana dia akan membatalkan pertunangannya dengan Aura?” Luna mengangguk saat menurunkan pandangannya dan berkata, “Sean bilang dia pasti membatalkannya, tapi dia masih memikirkan car
“Lepaskan aku! Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.”Suara Luna dingin dan tegas, padahal di dalam hatinya dia ketakutan luar biasa.“Luna benar, lepaskan dia sekarang juga!” Vania tak kalah bengis dengan tatapan Jeremy.Tapi Jeremy mengabaikan mereka, dia menarik sudut bibirnya ke atas dan cengkeraman di pergelangan tangan Luna semakin erat, bersamaan itu dia menyeret Luna secara paksa ke arah mobilnya.Di sisi lain, Luna terus memberontak dengan sekuat tenaga yang dimiliki, tapi sia-sia.“Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Luna lagi, aku akan benar-benar menuntutmu Jer.”Teriak Vania murka dengan nafas yang terengah-engah.Langkah kaki Jeremy yang besar dan cepat membuat Vania sulit menyejajari langkahnya, ditambah lagi dia memakai sandal high heels sekarang.Yang membuat akhirnya terjatuh dan benar-benar berjarak sangat jauh dengan Jeremy dan Luna.“Brengsek!”Vania memaki Jeremy yang saat ini sudah benar-benar mencapai mobilnya.Vania sangat marah hingga nafasnya terengah-engah
Dia benar-benar sangat muak dengan Jeremy.Kemana saja dia dulu? Dia bahkan mungkin baru tahu kalau nama anaknya adalah Xander.“Oh ya? Kenapa kamu begitu yakin?” suara Jeremy berubah lembut dan dia memiringkan kepalanya untuk mengincar bibir Luna yang sedari tadi begitu menggoda dirinya.Luna sekuat tenaga menghindar. Dia sangat jijik dengan Jeremy.“Lepaskan aku!” teriak Luna dan berusaha mendorong tubuh Jeremy sekuat tenaga.“Aku tidak akan pernah melepaskan kamu Luna, kamu sangat cantik sekarang dan kamu sudah memenuhi standar pasanganku, harusnya kamu bahagia kan? Aku menoleh ke arahmu lagi dan usahamu untuk menarik perhatianku berhasil,” bisik Jeremy dengan suaranya yang terdengar sensual namun justru membuat isi perut Luna merasa sangat mual.Luna terus mendorong tubuh Jeremy, tapi dia benar sia-sia. Jeremy justru merengkuh tubuh Luna dan menguncinya ke dalam pelukannya.“Apa kamu tidak merindukanku Luna?”Jeremy terus berusaha memprovokasi Luna agar dia jatuh kembali ke dalam
“Aku masih di kantor, ada apa honey?”“Luna... Luna dibawa oleh Jeremy, Dar!”“Ha? Jeremy sudah kembali?”“Iya. Daren Honey, aku mohon tolong Luna, please! Bagaimana kalau Jeremy membunuh Luna?”Vania menangis sejadi-jadinya.“Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?”Vania menarik nafas dalam-dalam dan memejam matanya sebentar untuk menenangkan dirinya sebelum berkata, “Mereka sudah lama terlibat konflik dan aku tahu kalau Jeremy sangat membenci Luna.”Terdengar helaan nafas berat Daren di seberang sana.“Kamu dimana sekarang?”“Aku masih di parkiran RS. Medika Jaya.”“Baiklah aku ke sana sekarang!”Panggilan terputus dan Vania menyugar rambut pendeknya dengan frustasi, dia berdoa dalam hati agar Tuhan benar-benar menjaga Luna dan menyelamatkannya dari Jeremy.***Luna terbangun saat hari sudah menjadi gelap, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan dia segera tahu dimana dia berada.Kamar itu tentu saja tidak asing bagi Luna, mengingat dia pernah tinggal di kamar ini saat dia
Luna memejam matanya dan dia harusnya tahu konsekuensinya.Dia menghela nafas tanpa daya dan dia tidak berani membantahnya lagi.Jeremy melirik ke arah Luna dan dia menyeringai saat mendapati Luna sudah tidak melawan dirinya lagi. Dia bangkit dari duduknya dan berkata, “Besok aku akan mengambil Xander dan membawanya untukmu.”Setelah mengatakan itu Jeremy pergi dan dia menutup pintu kamar dengan sopan.Luna menarik nafas dalam-dalam dan dia merasa dirinya akan gila kalau sampai dia tidak bisa keluar dari villa ini malam ini.Dan hal yang pertama yang ingin dia lakukan adalah menghubungi Vania. Ya, hanya Vania yang bisa membantunya.Meski dia percaya sejak tadi ia dibawa Jeremy pergi, Vania pasti sudah bersusah payah mencarikan bantuan untuknya agar menemukannya.Tapi...Luna tahu Vania tidak pernah tahu villa Red Rose, jadi dia tidak akan menyalahkan Vania jika sampai berhari-hari pun dia tidak menemukannya.Luna mendesah dalam pemikiran itu dan dia segera menghidupkan layar ponselnya
***Di kamar hotelnya, Sean mondar-mandir dan dia tidak tahu apakah harus kabur sekarang juga atau meminta ijin lagi pada sutradara.Dia baru selesai syuting dan menerima pesan seperti itu dari Luna, membuat kepalanya seolah tiba-tiba meledak karena bom atom.“Mas Boss, kenapa?”Zacky mengerutkan keningnya saat mendapati kepanikan Sean yang baru kali ini ia lihat selama bertahun-tahun bekerja dengannya.“Luna diculik.”Mata Zacky membola sempurna.“Aku harus bagaimana Zack? Aku ingin sekali menyelamatkan Luna, tapi besok syuting terakhir. Kabur tidak mungkin, ijin lagi juga bukan ide yang bagus,”Sean terus menggerutu sambil berjalan mondar-mandir seperti setrikaan.Zacky menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan dia memeras otaknya untuk menemukan jawaban yang terbaik untuk Sean.“Oh Zack, apa otakmu berguna?”Zacky mendengus saat Sean mulai mengumpat dirinya.“Aku juga bingung Mas Boss.”Sean menjadi sangat marah.Tidak ada pilihan lain, dia menyambar kunci mobilnya dan keluar dari k
“Ya, tentu saja kamu harus merasa seperti itu karena kedatangan tamu istimewa.” Goda Sean.Chevra terkekeh dan dia langsung menghampiri Sean untuk menyambutnya. Mereka kemudian pergi ke halaman belakang sambil menikmati kopi sebelum masuk ke obrolan inti. “Hmm, jadi karena Jeremy?” “Ya, kakakmu satu itu selalu saja menggangguku.”Chevra tertawa kecil sebelum berkata, “Jangan lupa kita bertiga satu ayah, jadi dia juga sebenarnya kakakmu.” Sean hanya mengedikkan bahunya malas sambil menyeruput kembali kopinya. “Sayangnya aku melupakan itu dan hanya menganggapmu saja yang saudaraku.”Chevra hanya mendengus sebelum kembali menanggapi perkataan Sean.“Lalu bantuan apa yang kamu butuhkan dariku?” “Tentu saja informasi tentang Louis.” Chevra mengerutkan keningnya dengan keras begitu mendengar nama mendiang sahabatnya disebut.“Louis? Ada perlu apa kamu bertanya tentang dia?” “Jeremy memegang semua kartu as Luna hingga membuat Luna terpaksa kembali padanya, dan menurutku
“Jeremy, aku harus memandikan dan menidurkan Xander terlebih dulu.”Luna langsung pergi begitu saja tanpa ingin menjawab pertanyaan Jeremy karena jelas ia tidak mungkin menerimanya kembali, Jeremy sudah pernah menghancurkan semua kehidupannya bahkan di usianya yang baru genap 21 tahun saat itu, dan sekarang dia meminta menikahinya? “Apa dia sudah gila?” keluh Luna dalam hati saat memandikan Xander.Dia sampai tidak fokus hingga lupa membersihkan rambut Xander, alhasil dia harus kembali memandikan Xander.“Mommy minta maaf.” Lirih Luna sambil mendudukkan Xander ke tempat tidur sambil membasuh tubuhnya yang putih bersih dan berisi, dia seperti pangeran kecil yang menggemaskan.Xander hanya tersenyum cerah sambil menampilkan deretan giginya yang baru saja tumbuh, dia seolah ingin menghibur Luna dengan senyuman itu. “Xander, apa kamu menyukai Daddy?”“Dddddy.” Lagi-lagi Xander tersenyum cerah sambil bertepuk membenturkan mainan di tangan kanan dan kirinya. Luna yang saat ini sedang mem
***“Jadi kapan kita akan ke Barcelona?” Ungkit Luna lagi saat mereka sarapan bersama. “Besok, apa kau senang sekarang?” Luna tersenyum begitu manis dan mengangguk. Meski di dalam hatinya dia sangat muak bersikap manis lagi seperti dulu, tapi demi bertemu Louis, dia rela melakukan apapun.“Aku akan menuruti apapun yang kau minta.” “Benarkah?” “Hmm, katakan saja! Apa ada hal lain? Mumpung aku sedang baik hati padamu karena semalam.” “Aku ingin tinggal bersama Xander selamanya.” Luna tersenyum penuh kemenangan saat mengatakan itu. Apa lagi yang dia inginkan kecuali itu?Jeremy menaikkan salah satu alisnya dan dia mencondongkan tubuhnya pada Luna sambil berbisik, “Asal kau terus disisiku, kau bisa kapanpun menemuinya.”Hati Luna langsung menyusut, dia menatap Jeremy dengan kesal sebelum kembali sibuk dengan sarapannya.“Aku akan menyuruh pelayan membawa Xander ke apartemenmu.” Luna hanya mengangguk acuh sambil mengelap tisu di bibirnya.“Dan kau harus menyusuinya.”
***Sinar matahari menembus dinding kaca bertirai transparan yang membuat Sean akhirnya menggeliat bangun. Tangannya meraba-raba ponselnya dan menemukannya di atas nakas. “Sudah jam 8, Luna sudah bangun belum ya?” Gumamnya.Dia bangkit dengan malas sambil mengucek matanya saat ponselnya kemudian berdering. Nama Daren tertera di layar dan Sean langsung menggeser ikon hijau untuk menerimanya. “Ya Dar, ada apa? Bukankah ini hari liburku?” Protes Sean.“Aku tahu, tapi aku ingin memberitahu kabar bahagia untukmu.” “Kabar bahagia apa?” “Video viralmu dengan Luna sudah ditakedown, juga semua komentar negatif tentang kalian sudah dihapus bersih tak tersisa, jadi kita tidak perlu merekayasa apapun. Ini menyenangkan bukan?” Daren tampak begitu bersemangat.Berbeda dengan Sean yang justru merasa linglung setelah mendengarnya.“Bagaimana itu bisa terjadi? Apa Luna meminta Jeremy untuk....”Dia tersentak saat mengingat Luna dan bergegas keluar dari kamarnya dan mencari Luna.“Se
Luna sedang mengamati foto Sean yang tampan sempurna di ponselnya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.Dia kemudian menyimpan ponsel pemberian Sean itu ke tasnya dan membukakan pintu.Sosok Jeremy yang tinggi menjulang itu berdiri elegan di depannya dengan setelan biru muda yang membuat wajahnya terlihat bersih dan sangat tampan mempesona.Luna sampai gugup menghadapinya. “Jeremy, kau datang dengan cepat.” Jeremy hanya bergumam dan dia langsung masuk begitu saja. Luna tidak punya pilihan mengikutinya setelah menutup pintu kamar. “Bukankah tadi lokasi yang kau berikan itu berada di sebuah villa? Kenapa sekarang kau berada di hotel?” “Aku ingin menunggumu di sini.” Luna tidak tahu jawabannya itu akan berdampak apa nanti, tapi hanya itu yang dia punya di sela kegugupannya saat ini.Jeremy tersenyum tipis sambil memandangi view dinding kaca yang menghadap kolam dan juga pemandangan malam kota Bogor yang sangat indah. Dia kemudian berbalik untuk menatap Luna dan berkat
Malam ini Luna benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Dia terus memikirkan perkataan Sean yang memaksanya untuk menjadi artis Aaron Management.Bukannya dia tidak bisa, tidak. Bukan soal itu. Luna jelas tidak asing dengan dunia entertainment karena bagaimanapun mamanya, Lucia Hart adalah dulunya seorang model dan juga artis terkenal pada masanya, hanya saja mamanya menutup rapat kehidupan pribadinya hingga publik sampai saat ini tidak ada yang tahu bahwa Luna adalah putrinya. Lagipula Lucia Hart tidak menggunakan nama aslinya, tapi dia memakai nama Kaluna Rose yang merupakan nama panjang Luna, Kaluna Rosivera Hart.Dulu, Lucia sering mengajarkan Luna berakting hingga cara berjalan ala model profesional, dia sangat ingin Luna menjadi seperti dirinya nanti ketika Luna sudah berusia 17tahun. Tapi, sebelum Luna menginjak usia itu, Lucia meninggal dan Rebecca hadir di tengah keluarganya untuk mengacaukan semuanya. Luna dilarang mengikuti casting juga sekolah akting, meski dia tidak
“Kenapa dia justru marah padaku?” Keluh Sean sambil memandangi layar ponselnya. Dia mendesah tanpa daya dan mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan Daren, memejamkan matanya untuk mencoba berpikir keras. Saat itu, ponselnya kembali berbunyi. Dia dengan malas mengeceknya dan ternyata nama ‘My Luna’ tertera di layar ponsel. Sean mengubah posisi duduknya dan menerima panggilan itu. “Ya Luna.” “Sean, kamu dimana? Aku minta maaf ya...” “Aku kembali ke Jakarta, kamu tidak masalah kan di villaku dulu? Aku akan segera pulang nanti malam.” “Kamu masih marah?” “Tidak, aku di kantor Aaron sekarang, tapi aku akan segera pulang jika urusanku selesai. Tunggu ya!” “Baiklah!” Sean mematikan sambungan teleponnya setelah itu. Dia melenguh sambil kembali merosot ke sofa dan mendongakkan kepalanya. Dan pada posisi itu, dia tiba-tiba menemukan sebuah ide.Jadi, dia bangkit dengan penuh semangat dan pergi mencari Daren.“Dar, aku sudah menemukan solusinya.” “Solusi apa
Sean pergi setelah itu dengan pintu terbanting keras. Pundak Luna sampai terangkat karena kaget. Ini pertama kalinya dia melihat Sean semarah itu, jadi dia khawatir. Luna kemudian segera berpakaian dan menyusul Sean ke kamarnya. “Sean, buka pintunya!” Tak peduli seberapa keras Luna mengetuk pintu, Sean sudah terlanjur marah. “Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri.” Luna pergi setelah mengatakan itu dan menemui Bibi Nancy di bawah. “Bi.” Sapa Luna yang kemudian ikut bergabung ke dapur dan membantu Bibi Nancy menyiapkan makan malam.“Iya Non, kenapa kusut begitu?” “Sean marah padaku. Hmm, biasanya dia suka menu apa Bi?” “Sup ikan salmon.” Luna berubah antusias, pasalnya dia pernah diajari oleh mamanya.“Aku akan membuatkannya Bi.” “Mau Bibi bantu?” Luna menggeleng dan dia dengan cekatan memasak sup ikan salmon untuk Sean. Tak lama, sup salmon buatan Luna matang dan dia membawanya ke kamar Sean.“Sean...” Tok tok tok.“Sean, aku sudah siapkan
“Maafkan aku Luna!” Sean yang sudah membawa Luna ke kamar dan membuang bikininya akhirnya berhenti begitu melihat Luna menangis. Dia menyambar selimut untuk ia gunakan menyelimuti tubuh Luna. “Maaf membuatmu takut.” Sean mengecup kening Luna dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya. “Maafkan aku ya Sayang.” Dia sampai tidak berhenti meminta maaf sambil menarik Luna ke dalam pelukannya. “Harusnya aku yang minta maaf padamu. Aku menghianatimu Sean.”Sean tak berkomentar apapun karena memang dia juga sangat patah hati saat tahu hal itu dari orang suruhannya. “Apa kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi?” Luna mengangguk dengan antusias. “Aku janji.” “Meski Jeremy akan mengancam membawa Xander darimu?” “Dia sudah membawa Xander sekarang dan aku tahu kalau dia tidak ada niat untuk mengembalikannya padaku.” Sean mengangguk setuju. “Jeremy itu sangat licik, kamu harus ingat itu.” “Aku tahu Sean, tapi sekali lagi aku sangat lemah jika soal Xander.