"KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 54
"Hellow, Mama lupa kalau yang menjadi istri Mas Rey itu aku bukan Ulfa?" tanya Anisa dengan nada tinggi.
"Ulfa memang bukan istri Rey lagi, tetapi dia juga mengandung anaknya, anak yang ada dalam kandungannya itu cucuku juga.""Mama sendiri, kan, yang bilang kalau si Ulfa itu mandul? Kenapa sekarang bisa hamil? Siapa tahu dia hanya pura-pura hamil untuk cari perhatian Mama?"
"Ulfa enggak mandul buktinya sekarang bisa hamil. Sudah, ini buat Ulfa. Kalau kamu mau beli saja sendiri!"
"Oke, oke, aku percaya Ulfa benar-benar hamil, tetapi Mama nggak perlu ngasih dia dusu, dia tinggal ambil di toko, kan?"
"Mama tetap mau ngasih susu ini pada Ulfa. Kamu jangan protes, kalau mau minum susu beli aja sendiri. Kamu, kan punya uang banyak pemberian orang tuamu!" Mama cemberut.
"Yang ada dalam kandunganku ini anak Mas Rey alias cucu Mama, kan?" Anisa menunjuk perutnya.
"Iya." Mama menga
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 55"Nis! Mama datang!" Aku berteriak tanpa mempersilahkan mertuaku itu masuk terlebih dahulu."Nis!" Panggilku sekali lagi."Enggak perlu panggil Ninis." Mama mertua menahan tanganku yang hendak menuju kamar untuk memanggil anaknya itu. Wanita yang sudah melahirkan istriku itu terlihat kesal denganku, ada apa ini?"Tetapi, Ma?" Aku menoleh."Aku ke sini mau bertemu denganmu dan mama kamu bukan mau ketemu Ninis," ucap wanita dengan rambut digelung itu dengan tangan bersedekap. Ninis adalah nama panggilan untuk Anisa--anak kesayangannya."Mau bertemu aku dan Mama? Tetapi ada apa?" tanyaku dengan mengerutkan dahi."Sekarang Mama kamu mana?" tanyanya celingukan.Aku beranjak dan mengetuk pintu kamar Mama agar ia keluar dan menemui besannya."Oh, ada Bu Besan. Kok nggak diambilkan minum, Rey? Anisa mana?" tanya mama tersenyum ramah."Nggak usah basa-basi, saya ke sini juga
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 56"Kami tidak mau menuruti permintaanmu yang konyol itu. Apa yang kamu beri untuk Anisa itu tidak pernah kami ikut menikmatinya secuilpun." Mama menjentikkan jarinya."Kalian harus ganti rugi kalau tidak ..."Kalau tidak apa? Mau bawa anakmu pulang? Silahkan bawa pulang anak yang enggak tahu diri itu!" ucap Mama gusar memotong ucapan Bu Susi--mama mertuaku."Baik, Anisa itu anakku satu-satunya mana rela aku dia harus tinggal dengan suami uang tidak mau menuruti semua permintaannya. Awas, ya, ketika aku bawa pulang nanti, Anisa nggak boleh berkurang, lecet, atau tergores sedikitpun. Datang dalam keadaan mulus, pulang juga harus dalam keadaan mulus juga. Jika sampai ada goresan sedikit saja, aku akan melaporkan kalian ke polisi. Ingat itu!" ucap mama mertua dengan mengacungkan kepalan tangan ke udara."Hei, Bu. Anakmu itu tidak mungkin lecet sedangkan di sini saja ia tidak pernah mau melakukan pekerjaan apapun. Setiap hari hany
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 57"Makanya, Ma. Izinkan aku dan Mas Rey untuk tinggal di rumah kita yang besar itu."Apa? Kenapa aku tidak kepikiran untuk ikut tinggal di rumah Anisa saja, ya? Rumahnya sangat besar dan nyaman."Enggak bisa. Kamu boleh tinggal di rumah itu lagi, tetapi tidak bersama Rey atau mamanya. Mama nggak sudi rumahku ditempati oleh orang lain seperti mereka." Bu Susi bersedekap dan menatap sinis ke arahku dan mama."Ya udah biarkan aku tetap tinggal di sini bersama Mas Rey dan kasih aku uang yang banyak agar bisa makan enak setiap hari.""Kamu harus pulang, Nis. Mama sudah terlanjur kecewa dengan Rey yang ternyata tidak bisa membahagiakan kamu.""Aku bahagia hidup bersama lelaki yang sangat kucintai dan sudah lama kuincar ini, Ma. Masa iya, lelaki yang selama ini kuincar dan kudambakan harus kulepas begitu saja setelah kudapatkan dengan susah payah?" Anisa mencebik."Apa maksudmu selama ini mengincarku?
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 58"Aku tidak akan meninggalkan Mama.""Mas Rey, apa-apaan kamu? Aku ini istri kamu kenapa malah mama yang menjadi prioritas?" Anisa cemberut."Aku mau tinggal di rumah kamu asalkan bersama Mama." Aku merangkul wanita yng sudah melahirkanku itu. Kulihat matanya berkaca-kaca melihatku telah memilihnya."Itu tidak akan terjadi.""Ayolah, Mas. Tinggalkan Mama, di sini kan masih ada Gibran?" tanya Anisa dengan nada tinggi."Rey, aku tidak mau tinggal bersama Gibran. Aku bersumpah kamu tidak akan bahagia jika meninggalkan Mama," ucap mama lirih sambil terisak.Bagai guntur di siang bolong mendengar ucapan mama barusan. Aku tahu ucapan yang keluar dari mulut seorang ibu adalah keramat. Aku tidak mau ambil risiko dengan tidak mengindahkan ucapan wanita yang sudah melahirkanku itu.Bisa saja ucapan mama menjadi kenyataan. Aku tidak akan hidup bahagia hidup bersama Anisa di rumah mewahnya.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 59"Aduh, sakiiit, Ma!" Anisa meringis sambil memegangi perutnya.Aduh bagaimana ini?"Rey, tolong, dong, kok malah diam aja?" Teriak mama mertua dengan gusar. Ia membungkuk dan meletakkan kepala Anisa di pangkuannya."I--iya, gimana cara nolongnya?" Aku mengacak rambut kasar dan memejamkan mata. Aku takut melihat darah."Kita bawa ke rumah sakit, ayo." Bu Susi memegang lengan Anisa.Tubuh Anisa gemetar, matanya berair karena menahan sakit yamg teramat sangat, sementara aku masih kebingungan tidak tahu apa yang harus kulakukan, pun dengan Mama."Sakitt, Ma?" Anisa mencengkeram tangan Bu Susi dengan kuat sebelum akhinya matanya tertutup rapat."Nis, Nis, kamu kenapa?" Bu Susi terlihat panik dan menepuk anak perempuannya itu."Ayo, cepat keluarkan mobilnya!" seru Bu Susi."Mobil apa?" Aku memasang wajah bloon dan garuk kepala yang tidak gatal."Kamu memang lelaki tidak berguna. Ya,
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 60"Sekarang bukan saatnya untuk menyesali diri, Anisa bagaimana itu?" Mama yang masih berdiri menunjuk Anisa. Ia tidak berani mendekat karena mamaku itu juga takut dengan yang namanya darah."Ini semua gara-gara kamu, Rey?" Tunjuk Bu Susi."Lho, kok aku?""Ya jelas, lah. Coba kalau kamu ngasih uang yang banyak sama Anisa, tentu aku tidak akan mengajak Anisa pergi dari sini dan insiden ini tidak perlu terjadi." Bu Susi mendengkus kesal."Sudah kubilang debatnya kita lanjutkan nanti saja. Ayo sekarang bawa Anisa ke rumah sakit." Titah Mama.Bu Susi memberikan kunci mobilnya padaku dan kami segera meluncur ke rumah sakit.***"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Kami bertiga menyongsong seorang pria berkacamata yang keluar dari ruangan Anisa yang baru saja mendapatkan pertolongan setelah menunggu waktu yang cukup lama."Pak, Bu, yang sabar, ya?" jawab dokter.Bu Susi sudah tidak sabar ingi
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 61"Mama tidak mau kehilangan aku sebagai menantu, kan?" Kali ini Anisa menggoyangkan lengan mama."Em, bagaimana, ya?" Mama mendongak dengan tatapan menerawang."Bukankah Mama yang sudah memintaku untuk menikah dengan Mas Rey. Aku janji, Ma, setelah ini aku akan hamil lagi. Bahkan, aku rela dicampuri setelah ini agar bisa cepat hamil lagi.""Jangan gi*a kamu, Nis, wanita yang sedang dalam masa nifas tidak boleh dicampuri,""Iya, kah?""Iya, lah. Sudahlah kamu memang tidak punya harapan lagi untuk bersama Rey. Mungkin ini salah satu jalan agar kamu bisa pisah dengannya.""Enggak, Ma. Aku nggak mau hidup sendiri." Anisa menggeleng."Sudah kubilang kamu akan mendapatkan lelaki yang lebih segalanya dari dia. Kalau perlu aku akan mencarikan pasangan yang pas untuk kamu dengan membuat pengumuman di seluruh penjuru kota. Ya, semacam sayembara gitu.""Kok kesannya aku seperti tidak laku s
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 62"Ada apa ini, Rey? Kenapa kamar kamu seperti kapal pecah gini?" tanya Mama melotot."Ma, uang hasil penjualan mobil hilang!" Aku terduduk sambil mengacak rambut kasar. Itu adalah satu-satunya uang yang kami miliki untuk bisa bertahan hidup."Masa sih? Carilah yang benar?""Udah aku cari, tetapi tetap nggak ada. Pasti ada seseorang yang telah mengambilnya.""Kamu, sih, naruh sembarangan." Mama mencoba membolak-balik seprai sehingga makin berantakan seperti kapal pecah."Udah, Ma. Nggak usah nambahi berantakan kamar ini!""Memangnya kamu taruh di mana?""Aku taruh dalam laci itu, tetapi sudah kusimpan dalam tas kresek hitam biar nggak kelihatan kalau uang." Aku menunjuk tempat yang tadinya untuk menyimpan uang dan kini sudah terbuka."Seharusnya kamu suruh Mama yang simpan, pasti aman." Mama kesal."Sudah terlambat, uang itu sudah nggak ada." Aku mengerucutkan bibir d
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 105"Benarkah ini Anisa? Kenapa jadi seperti ini?" Mama membelai kedua pipi wanita berwajah sayu itu. Lalu mama mundur beberapa langkah dan menurunkan tangannya dari pipi Anisa dan berbalik. "Terus kenapa kau membawanya ke sini, Rey? Bukanlah tadi kamu bilang mau ke rumah Ulfa? Kenapa malah dia yang kamu bawa pulang?"Aku berjalan menuju jendela dan menatap keluar. "Aku tadi memang ke rumah Ulfa dan ternyata Ulfa memintaku datang karena ingin meminta bantuanku untuk membawa pergi Anisa dari sana." "Jadi, Anisa ini juga dari rumah Ulfa?" tanya mama dengan nada tinggi. "Iya, Ma. Anisa datang dan ingin membawa pergi anak kami," ucapku. Aku berbalik dan berjalan ke meja lalu mengambil minuman dan menenggaknya. "Apa kamu bilang? Dia mau ganggu cucu Mama? Tetapi bayi itu nggak apa-apa, kan?" tanya mama panik. Aku menggeleng. "Cucu Mama baik-baik saja, tetapi Ulfa takut jika Anisa datang ke sana kapan saja ia mau. Makanya ia memintaku untuk menikahinya lagi.""Apa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 104Anisa diam saja berada dalam boncengan motorku. Tubuhnya terasa sangat ringan saking kurusnya. Aku bahkan tidak merasa ada perbedaan ada orang di belakangku atu tidak. Sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam. Aku memintanya untuk memeluk pinggangku dengan erat karena takut ia jatuh tanpa kusadari. Punggungku terasa hangat karena ia menempelkan kepalanya di sana dan entah kenapa aku membiarkan saja itu terjadi. Kuturunkan ia di jalan dan membiarkan ia begitu saja, tetapi saat melihat betapa memprihatinkan dia dengan tubuh kurus dan mata sayu membuatku tidak tega. Nuraniku tersentuh apalagi saat ia menatapku penuh harap untuk tidak meninggalkannya sendirian. Setelah kupikir-pikir, Ulfa benar, bagaimana pun juga wanita di belakangku ini pernah mengisi relung hatiku meski hanya sebentar. Iya, sebagai lelaki, aku masih punya perasaan. "Kita pulang ke rumahku saja, ya?" ucapku lembut. Entah kenapa, aku merasa masygul melihat dia yang sekarang. Iya, sejak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 103"Mama lihat sendiri, kan? Kalau bukan aku yang ingin ke sana, tetapi Ulfa sendiri nyang sudah memintaku, bahkan ia sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mantan suaminya yang tampan ini." Aku mengusap kerah bajuku sambil tersenyum simpul. Ulfa, Ulfa, membayangkan bertemu denganmu saja sudah membuatku senang. Kau memang candu bagiku. Mama hanya memutar bila mata. "Mama yakin, Ulfa memintamu datang karena ada sesuatu." Aku tersenyum, "pasti ada sesuatu lah, Ma. Kalau enggak ada buat apa pakai telfon segala? Sampai dua kali lagi. Sudah, ya, Ma. Aku berangkat dulu dan tunggu kabar baik dariku." Aku maju dan meraih tangan mama lalu menciumnya bolak-balik lalu beralih mencium pipinya kanan kiri. Beginilah perilaku orang yang sedang jatuh cinta meski hanya dengan mantan. Aku berangkat tanpa bisa mama cegah. Untunglah motor Gibran ada di rumah sehingga aku bisa pinjam. Sepanjang perjalanan, senyuman Ulfa terus terbayang di pelupuk mata. Tidak sabar r