KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 61
"Mama tidak mau kehilangan aku sebagai menantu, kan?" Kali ini Anisa menggoyangkan lengan mama.
"Em, bagaimana, ya?" Mama mendongak dengan tatapan menerawang.
"Bukankah Mama yang sudah memintaku untuk menikah dengan Mas Rey. Aku janji, Ma, setelah ini aku akan hamil lagi. Bahkan, aku rela dicampuri setelah ini agar bisa cepat hamil lagi."
"Jangan gi*a kamu, Nis, wanita yang sedang dalam masa nifas tidak boleh dicampuri,"
"Iya, kah?"
"Iya, lah. Sudahlah kamu memang tidak punya harapan lagi untuk bersama Rey. Mungkin ini salah satu jalan agar kamu bisa pisah dengannya."
"Enggak, Ma. Aku nggak mau hidup sendiri." Anisa menggeleng.
"Sudah kubilang kamu akan mendapatkan lelaki yang lebih segalanya dari dia. Kalau perlu aku akan mencarikan pasangan yang pas untuk kamu dengan membuat pengumuman di seluruh penjuru kota. Ya, semacam sayembara gitu."
"Kok kesannya aku seperti tidak laku s
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 62"Ada apa ini, Rey? Kenapa kamar kamu seperti kapal pecah gini?" tanya Mama melotot."Ma, uang hasil penjualan mobil hilang!" Aku terduduk sambil mengacak rambut kasar. Itu adalah satu-satunya uang yang kami miliki untuk bisa bertahan hidup."Masa sih? Carilah yang benar?""Udah aku cari, tetapi tetap nggak ada. Pasti ada seseorang yang telah mengambilnya.""Kamu, sih, naruh sembarangan." Mama mencoba membolak-balik seprai sehingga makin berantakan seperti kapal pecah."Udah, Ma. Nggak usah nambahi berantakan kamar ini!""Memangnya kamu taruh di mana?""Aku taruh dalam laci itu, tetapi sudah kusimpan dalam tas kresek hitam biar nggak kelihatan kalau uang." Aku menunjuk tempat yang tadinya untuk menyimpan uang dan kini sudah terbuka."Seharusnya kamu suruh Mama yang simpan, pasti aman." Mama kesal."Sudah terlambat, uang itu sudah nggak ada." Aku mengerucutkan bibir d
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 63"Oh, ya? Lalu dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Jangan-jangan kamu yang ambil uangku, ya?" Aku menunjuk muka Gibran. Ya, melihat adikku itu beli sesuatu barang mahal untuk pacarnya itu membuatku teringat dengan uangku yang baru saja hilang. Wajar, kan aku menuduh Gibran yang ambil?"Mengambil uang Mas Rey? Ya ampun, Mas! Memangnya Mas punya uang sehingga bisa menuduhku?" Gibran tertawa lebar sehingga ingin rasanya kutampar wajahnya yang sangat mirip dengan almarhum papa itu."Makanya, Mas, cari kerja biar punya uang. Uang aja nggak punya, malah mengaku kehilangan. Mas mulai stres, ya?""Aku benar-benar kehilangan uang.""Dalam mimpi?" Gibran masih saja tertawa."Enggak, aku baru saja jual mobil, tetapi uangnya sekarang nggak ada.""Serius? Mobil itu sudah dijual? Pantesan aku celingukan mencari keberadaan mobil itu, tetapi nggak ada.""Kamu yang ambil uang
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 64"Aku pergi dulu, ya, Mas!" Bella mencium pipi Gibran kanan dan kiri secara bergantian."Mau kuantar?" tanya Gibran."Enggak, Mas. Aku bisa sendiri, dah!" Bella melambaikan tangan."Sepertinya memang ada yang tidak beres dengan si Bella itu," ucap Mama seperti bergumam sendiri."Gibran, sebaiknya kamu pikir-pikir lagi untuk menikahi Bella. Selain matre, ia juga tidak beres. Mama punya firasat buruk tentangnya.""Sudah berapa kali kubilang, Mama tidak usah ikut campur," ucap Gibran ketus."Terserah kamu, lah.""Ya emang terserah aku." Gibran ngeloyor masuk ke kamarnya."Kalau bukan Gibran, terus siapa yang mengambil uangku, Ma?""Kita pikirkan itu nanti. Sekarang kita ke rumah Ulfa dulu. Aku ingin memberinya hadiah agar ia tahu kalau aku sangat menyayangi dan perhatian pada calon cucu yang ada di dalam rahimnya itu. Kita bawa susu yang diambil Anisa karena ia sekarang
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 65"Mama, tolong aku, Ma!" Aku berlari ketakutan keluar dan menabrak apa saja yang ada di depanku."Ada apa, sih, Rey? Mama lagi mau istirahat ini!""Ma, barusan si Anisa telepon, dia bilang sudah mengambil uang hasil penjualan mobil kita," ucapku dengan terengah-engah."Itu tidak mungkin, Rey. Anisa masih di rumah sakit saat ini.""Apa mungkin itu arwahnya si Anisa, ya, Ma?""Arwah? Maksud kamu?""Siapa tahu di Anisa mati tertabrak mobil kemudian arwahnya marah sama kita karena sudah menyakitinya. Yang aku dengar, ya, Ma, wanita yang mati usai melahirkan akan menjelma menjadi kuntilanak. Hii." Aku bergidik ngeri. Seketika bulu kudukku berdiri."Mulai sekarang kita harus siap-siap diteror oleh si kuntilanak Anisa." Peluhku bercucuran karena takut. Tubuhku gemetar"Reyhan, Reyhan, mana ada kuntilanak. Kita cari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi sebelum membuat kesimp
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 66"Halo, Mas. Setelah kuhitung ternyata uang ini tidak cukup untuk membayar ganti rugi selama di rumah kamu setelah dikurangi untuk biaya rumah sakit tadi." Terdengar suara Anisa dari seberang sana.Tanganku terulur dan gemetar saat mengambil benda yang baru saja memperdengarkan suara wanita yang baru saja kutinggalkan itu."Mas? Kamu dengar aku, kan?""I--iya.""Bagus kalau telingamu masih berfungsi dengan baik. Benar kata Mama, aku harus pisah dengan lelaki brengs*k dan tidak bertanggung jawab sepertimu.""Nis, ka--kamu masih hidup, kan? Dan kamu tidak melakukan panggilan ini dari alam kubur, kan?" tanyaku lirih. Balam bayanganku, si Anisa sudah menjelma menjadi wanita berambut panjang yang memakai baju putih menyentuh tanah dan sedang tertawa menyeringai."Kamu ini ngomong apa, sih, Mas? Dengar, ya. Kamu nggak usah mencari uang itu lagi karena uang itu sudah aman dalam genggamanku." Su
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 67" Jadi, saat kami pergi meninggalkan aku tadi, aku segera menghubungi Mama dengan pinjam ponsel salah seorang perawat di sana. Mama segera menjemputku dan mengantar ke rumah kamu untuk mengambil ponsel dan semua bajuku. Awalnya aku hanya ingin mengambil apa yang kupunya karena tidak mungkin meninggalkan pakaianku yang bagus-bagus itu sama kamu. Kesenengan kamu nantinya, bisa dijual dan masih bisa laku dengan harga tinggi karena semua pakaianku adalah baju branded. Mama bilang kalau kamu sudah jual mobil, aku carilah uang itu. Dan beruntungnya aku, kamu tidak segera pulang sehingga aku leluasa mencarinya hingga akhirnya ketemu di laci."Ah, sepulang dari rumah sakit, kami memang tidak langsung pulang melainkan mampir makan dulu. Kini aku hanya bisa menyesali diri kenapa tadi begitu terburu-buru saat mengantar Anisa ke rumah sakit sehingga tidak sempat mengunci pintu. Pantas saja Anisa bisa dengan mudah masuk dan menggondol uangku.&
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 68"Ayo, Rey, buka ponselnya!" Mama menggoyangkan lenganku."Buat apa?""Tanya Mbah Google!""Nih, biar Gibran aja yang cari!" Aku mengulurkan ponselku pada Gibran."Eh, kok, aku? Enggak. Aku nggak mau ikutan stres seperti kalian. Mana ada paranormal yang bisa ngasih ilmu begituan." Gibran mengibaskan kedua tangannya."Sepertinya benar kata Mama. Aku juga ingin tahu apakah nanti Ulfa bisa menerimaku kembali atau tidak? Oke, aku harus tanya Google di mana paranormal itu tinggal." Aku tersenyum dan menarik kembali ponsel yang sudah ditolak Gibran."Mas, please jangan mengada-ada!" Gibran menangkupkan tangan di dada."Kamu nggak usah khawatir, Gi. Nanti kalau aku sudah bisa meramal masa depan, akan kukasih tahu seperti apa kehidupan kamu dengan Bella nantinya. Apakah akan bahagia atau tidak? Apakah dia wanita setia atau tidak? Jadi, kamu bisa persiapan dari sekarang. Tak kusangka Mama punya ide ce
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 69"Yah, aku pikir kamu benar-benar sayang padaku sebagai saudara? Ternyata ada maunya." Aku cemberut."Ini juga sebagai tanda sayang, Mas! Ya, udah sana berangkat, sudah lapar ini." Gibran mengusap perutnya yang keroncongan."Iya, tetapi nggak bisa cepet, ya. Kami mau ke rumah Ulfa dulu." Aku memasukkan uang ke dalam saku tanpa dimasukkan ke dalam dompet terlebih dahulu. Malu bawa dompet, tetapi isinya cuma dua puluh ribu plus sisa uangku yang tadi kubawa. Seandainya tahu Anisa mau datang, susah pasti uangnya akan kubawa semuanya."Beliin dulu, Mas. Mbak Ulfa jam segini juga masih di toko." Gibran melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Aku malas bolak-balik, nanti aja biar sekali jalan, hemat waktu dan biaya. Kalau sudah tidak tahan, makan aja apa yang ada di rumah.""Sebenarnya aku juga sudah kangen dengan masakan Mbak Ulfa yang enaknya nggak kalah sama masakan restoran. Apa aku ikut kalian aja, y
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 105"Benarkah ini Anisa? Kenapa jadi seperti ini?" Mama membelai kedua pipi wanita berwajah sayu itu. Lalu mama mundur beberapa langkah dan menurunkan tangannya dari pipi Anisa dan berbalik. "Terus kenapa kau membawanya ke sini, Rey? Bukanlah tadi kamu bilang mau ke rumah Ulfa? Kenapa malah dia yang kamu bawa pulang?"Aku berjalan menuju jendela dan menatap keluar. "Aku tadi memang ke rumah Ulfa dan ternyata Ulfa memintaku datang karena ingin meminta bantuanku untuk membawa pergi Anisa dari sana." "Jadi, Anisa ini juga dari rumah Ulfa?" tanya mama dengan nada tinggi. "Iya, Ma. Anisa datang dan ingin membawa pergi anak kami," ucapku. Aku berbalik dan berjalan ke meja lalu mengambil minuman dan menenggaknya. "Apa kamu bilang? Dia mau ganggu cucu Mama? Tetapi bayi itu nggak apa-apa, kan?" tanya mama panik. Aku menggeleng. "Cucu Mama baik-baik saja, tetapi Ulfa takut jika Anisa datang ke sana kapan saja ia mau. Makanya ia memintaku untuk menikahinya lagi.""Apa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 104Anisa diam saja berada dalam boncengan motorku. Tubuhnya terasa sangat ringan saking kurusnya. Aku bahkan tidak merasa ada perbedaan ada orang di belakangku atu tidak. Sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam. Aku memintanya untuk memeluk pinggangku dengan erat karena takut ia jatuh tanpa kusadari. Punggungku terasa hangat karena ia menempelkan kepalanya di sana dan entah kenapa aku membiarkan saja itu terjadi. Kuturunkan ia di jalan dan membiarkan ia begitu saja, tetapi saat melihat betapa memprihatinkan dia dengan tubuh kurus dan mata sayu membuatku tidak tega. Nuraniku tersentuh apalagi saat ia menatapku penuh harap untuk tidak meninggalkannya sendirian. Setelah kupikir-pikir, Ulfa benar, bagaimana pun juga wanita di belakangku ini pernah mengisi relung hatiku meski hanya sebentar. Iya, sebagai lelaki, aku masih punya perasaan. "Kita pulang ke rumahku saja, ya?" ucapku lembut. Entah kenapa, aku merasa masygul melihat dia yang sekarang. Iya, sejak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 103"Mama lihat sendiri, kan? Kalau bukan aku yang ingin ke sana, tetapi Ulfa sendiri nyang sudah memintaku, bahkan ia sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mantan suaminya yang tampan ini." Aku mengusap kerah bajuku sambil tersenyum simpul. Ulfa, Ulfa, membayangkan bertemu denganmu saja sudah membuatku senang. Kau memang candu bagiku. Mama hanya memutar bila mata. "Mama yakin, Ulfa memintamu datang karena ada sesuatu." Aku tersenyum, "pasti ada sesuatu lah, Ma. Kalau enggak ada buat apa pakai telfon segala? Sampai dua kali lagi. Sudah, ya, Ma. Aku berangkat dulu dan tunggu kabar baik dariku." Aku maju dan meraih tangan mama lalu menciumnya bolak-balik lalu beralih mencium pipinya kanan kiri. Beginilah perilaku orang yang sedang jatuh cinta meski hanya dengan mantan. Aku berangkat tanpa bisa mama cegah. Untunglah motor Gibran ada di rumah sehingga aku bisa pinjam. Sepanjang perjalanan, senyuman Ulfa terus terbayang di pelupuk mata. Tidak sabar r