Share

Bab 125

last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-29 09:15:53

"Non Anisa, ini minumannya!" Bi Ijah datang, sambil membawa jus yang dipesan Mbak Maya.

"Oh ... rupanya ini pembantumu, Anisa!" Mbak Maya bertanya, sambil menunjuk ke arah muka Bi Ijah.

"Iya ... benar, Mbak, saya ini Bi Ijah, yang menjadi asistennya Non Annisa. Terus ada masalah gitu sama Mbaknya ini, atau Mbak merasa keberatan kalau saya menjadi asistennya Non Anisa? Padahal kan bukan anda, yang kasih makan serta gajinya," terang Bi Ijah.

Ia melawan perkataan Mbak Maya, sambil menyimpan minumannya di meja.

"Ih, songong amat ini babu. Memang bukan aku yang mebayar kamu, babu. Tetapi adik iparku, yang membayarnya," murka Mbak Maya, yang berkata seolah ia sangat peduli dengan Mas Andre. Bahkan ia tidak rela, jika suamiku itu memberikan gaji untuk Bi Ijah.

"Mbak, nggak ada kerjaan banget sampai memikirkan masalah gajiku segala. Padahal nggak ada tuh, hubungannya sama anda. Mau siapa pun yang keluar uang, toh yang memberi upah juga nggak keberatan, memberikannya buat saya." Bi Ijah terus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 126

    Papaku mengusir Mbak Maya dan Mbak Sonia, supaya segera pergi dari rumahku dengan alasan, kalau aku harus beristirahat."Iya, Pak, kami akan pulang. Kalau begitu kami permisi, assalamualaikum," pamit Mbak Maya."Waalaikumsalam," sahut kami bertiga serempak.Mereka berdua sepertinya merasa segan, jika harus membantah perkataan Papa. Padahal sepertinya mereka masih sangat ingin berlama-lama di rumahku, hanya saja mereka segan kepada Papaku itu."Bi Ijah, tolong pastikan mereka berdua supaya benar-benar pergi, dari area perumahan ini! Jangan sampai mereka berdua masih ada di pekarangan rumahku ini," perintah Papa. "Baik tuan, siap laksanakan," sahut Bi Ijah menyanggupi perintah Papa.Bi Ijah pun mengekor Mbak Maya dan Mbak Sindi untuk memastikan mereka berdua pergi dari area rumahku. Bi Ijah pergi dengan cara mengendap-endap, supaya mereka berdua tidak menyangka, kalau mereka sedang di buntuti. Papa sengaja, memerintahkan Bi Ijah untuk memantau kepergian Mbak Sindi dan Sonia, supaya me

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 127

    "Ini namanya, Mas Arya, Bi. Dia tetangga apartemennya Mas Andre," terangku memberitahu Bi Ijah."Oh ... begitu, ya Non. Mas, kenapa tidak langsung ke kantornya Den Andre saja. Soalnya 'kan kalau jam segini, Den Andrenya kerja, Mas!" Bi Ijah memberitahu Mas Arya, kalau Mas Andre tidak ada dirumah. "Iya, Bi, aku juga tau kok, kalau Mas Andre jam segini sedang kerja. Tapi aku datang kesini bulan mau ketemu sama Mas Andre, tetapi aku cuma pengen ketemu sama Anisa sebentar, Bi!" Mas Arya memberitahu Bi Ijah apa maksud kedatangannya tersebut.Alasan kenapa ia mampir ke rumahku, hingga membuat aku terkejut mendengar alasan Mas Andre barusan. "Lho, mana bisa begitu, Mas! Non Anisa inikan sudah bersuami, jadi tidak bisa sembarangan pria datang untuk menemuinya karena takut terjadi fitnah. Kecuali atas izin Den Andre, yang menjadi suaminya. Apalagi Non Anisa sekarang, sedang mengandung buah cinta mereka, jadi dia tidak boleh banyak pikiran." Bi Ijah mengungkapkan apa yang diketahuinya kepada

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 128

    "Jangan dululah, Bi. Karena aku takut, kalau Mas Andre akan bertambah protektif kepadaku nantinya. Pokoknya yang penting aku akan lebih berhati-hati saja," sahutku."Oh ... begitu, ya Non, ya sudah terserah Non saja. Sekarang lebih baik kita ke dalam yuk, Non! Takutnya orang rese lainnya akan datang lagi," ajak Bi Ijah."Iya, Bi. Ya sudah, ayo kita masuk saja!" Aku juga menyetujui, saat Bi Ijah mengajakku untuk segera masuk ke dalam rumah. Kami berdua pun segera masuk masuk ke dalam karena kami takut, jika nanti akan muncul lagi orang-orang yang tidak diharapkan. Aku pun kini duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi, sedangkan Bi Ijah pergi ke dapur untuk menuntaskan pekerjaannya.Semenjak Mbak Maya dan Sindi tahu, kalau aku anak orang kaya. Mereka tidak pernah lagi menjelek-jelekanku, malah terkesan menyanjungku. Aku cuma bisa tersenyum miring, saat melihat perlakuan mereka, yang mendadak betubah hingga seratus delapan puluh derajat tersebut.***"Nis, ngomong-ngomong Papa S

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 129

    "Jadi, sebenernya begini, Non. Bibi tadi tidak sengaja, menguping pembicaraan Mbak Maya lewat telpon! Bibi pikir, kalau ia sedang mengobrol dengan Mbak Sindi. Karena ia selalu bilang, Sin di setiap perkataannya," terang Bi Ijah."Terus apa, yang Bibi dengar dari pembicaraan tersebut? Aku bertanya kepada Bi Ijah tentang apa yang ia ketahui."Jadi begini, Non, ternyata Mbak Maya dan Mbak Sindi itu sedang merencanakan sesuatu. Mereka berdua baik sama Non itu, hanya formalitas belaka, Non," ungkap Bi Ijah. Ia memberitahu sifat Mbak Maya yang sebenarnya. Ungkapan Bi Ijah barusan, membuat aku seakan percaya dan juga tidak percaya."Ah masa sih, Bi, kalau mereka seperti itu?" Aku bertanya balik, kepada Bi Ijah tersebut."Iya, Non, jangan dikasih selamat deh, kalau memang Bibi berbohong." Bi Ijah meyakinkanku, bahwa ucapannya tidaklah main-main."Kok, mereka berdua tetap saja jahat, ya Bi. Aku mengira, kalau mereka berdua sudah pada sadar," kataku merasa kecewa kepada Mbak Maya dan juga Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 130

    "Maya, kamu serius 'kan, mau mengambil hati Papanya Anisa? Biar nanti Andre, aku yang urus dan kamu Arya, kamu tetap dekati Anisa. Kita harus membuat mereka bertiga salah paham satu sama lain, biar gampang memecahkan kebersamaan mereka!" Sindi, mengatur strategi untuk menghancurkan keluargaku"Iya, Sindi, aku mau mendekati Papanya Anisa saja! Toh dibanding Andre, Papanya Anisalah yang paling tajir melintir. Penampilannya juga masih okelah menurutku, ia nggak kalah sama yang muda," ujar Mbak Maya menyetujui."Oke, aku juga setuju dengan pendapat kamu Sonua. Tapi ingat, kalian berdua jangan sampai menyakiti calon istriku!" Mas Arya menimpali, perkataan Mbak Maya dan juga Sindi, serta memperingatkan mereka berdua. Perkataan mereka semua, membuat aku merinding dan serasa ingin muntah. Tetapi untung saja, semuanya itu masih bisa aku tahan. Setelah aku mendapatkan bukti yang aku rasa cukup, aku pun segera pergi dari tempat persembunyianku. Ternyata mereka bertiga berniat akan membuat kelu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 131

    Mereka berdua pun, langsung menatap layar pipih, yang aku sandarkan ke vas bunga yang ada di atas meja. Aku sengaja melakukannya, supaya mereka berdua bisa bersama-sama melihatnya. Mereka berdua, begitu serius memperhatikan rekaman tersebut. Aku melihat, wajah mereka memerah serta tangan mereka mengepal. Sepertinya mereka merasa kecewa bercampur marah, melihat apa yang tertera di layar handphone tersebut."Kurang ajar sekali, mereka bertiga. Bisa-bisanya mereka mau menghancurkan keluarga kita! Apalagi Si Maya, dia sengaja ingin mendekati Papa, hanya untuk menguras harta bendanya saja. Setelah berhasil menguasai, Anisa akan disingkirkan! Lihat saja nanti, tidak akan aku biarkan itu terjadi. Ayo, siapa diantara kita yang lebih pandai dalam mengatur strategi," sungut Papa.Ia berkata dengan penuh emosi karena melihat vidio tadi."Iya, Pah, Mbak Maya ini tidak bisa dikasih hati, ia malah minta jantung! Lihat saja, apa yang akan aku lakukan untuk kalian bertiga!" Mas Andre pun sama sepert

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 132

    "Lho, kenapa Mbak bertanya begitu? Ya wajar dong, kalau kami ada di sini, orang ini kan rumah Papaku mertuanya Mas Andre. Seharusnya, kami yang bertanya kepada Mbak Maya. Mbak Maya mau ngapain datang ke rumah Papa? Apa Mbak Maya punya kontrak kerja dengan Papa," tanyaku membalikan pertanyaan, kepada Mbak Maya.Pertanyaanku barusan, membuat muka Mbak Maya memerah. Entah menyapa ia begitu, saat mendengar ucapanku barusan. Mungkin karena ia malu, entah karena emosi."Mbak datang kesini, hanya sedang bersilaturahmi saja, Anisa! Nggak apa kan, kalau Mbak berkunjung ke rumah Papamu?" Mbak Maya menjawab pertanyaanku, tetapi ia juga bertanya balik kepadaku. "Ya nggak apalah, Mbak. Selama silaturahmi itu murni, tanpa ada embel-embel." Aku, menyahut ucapan Mbak Maya. "Ya, iya lah, Anisa. Mbak murni kok, cuma mau bersilaturahmi ke rumah Papamu, nggak ada niatan apa pun. Oh iya, ini Mbak bawain kue basah. Itu buatan Mbak sendiri, lho," ujarnya, sambil memberikan satu buah kotak berisi kue basa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 133

    Ia malah bertanya, aku sebenarnya suka atau tidak jika dia berada dirumah Papa. Dan memang sebenarnya, aku tidak suka dengan kehadirannya di rumah Papaku. Apalagi, dengan maksudnya hanya mau merayu Papa. Tapi demi terwujudnya rencana kami, aku pun berpura-pura suka saja kepadanya."Nggak kok, Mbak. Masa iya, aku nggak suka sama ipar suamiku sendiri." Aku menjawab pertanyaannya dari Mbak Maya, sambil berpura-pura menyukai keberadaannya.Setelah itu, kami kembali mengobrol bersama, hingga tidak terasa telah sampai waktu ashar. Sedangkan, Mbak Maya tidak ada ciri-cirinya, akan segera pulang dari rumah Papa. Aku pun berniat tidak mau pulang, jika ia masih berada di rumah ini. Suara adzan ashar pun berkumandang, dari masjid dekat rumah Papa. Mas Andre dan Papa pun pamit untuk salat di mesjid.Sedangkan aku pergi ke kamarku untuk melaksanakan salat, sedangkan Mbak Maya bilang dia lagi datang bulan. Selesai salat, aku kembali ke ruang keluarga. Aku merasa tidak nyaman jika Maya masih berad

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01

Bab terbaru

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 163. TAMAT

    "Iya, Nis, aku belum kebeli kasur bayinya. Soalnya, kamu tau sendiri keadaan ekonomiku sekarang ini. Mas Bagas saja bekerjanya baru sebulan, itupun karena dibantu oleh suamimu. Makanya, aku belum ada uang buat membeli perlengkapan anakku. Pakaiannya saja, kebanyakan dari kado teman-teman, serta saudaraku." Ratna panjang lebar menceritakan, tentang keadaannya."Ya sudah, insya Allah nanti aku belikan, buat anakmu ya! Kalau saja aku tau kamu belum punya kasur bayi, tadi pasti aku belikan sekalian." Aku berjanji akan membelikan kasur bayi, buat anaknya Ratna."Terima kasih, ya Nis, kamu memang terbaik. Menyesal, aku telah menyia-nyiakanmu, bahkan telah mengkhianatimu." Ratna menyesali, tentang apa yang telah dia lakukan dulu kepadaku."Iya sama sama, Ratna. Ya sudah, Ratna, maaf ya aku nggak bisa lama-lama, soalnya ini sudah malam. Ini aku bawain kado buat anakmu, semoga kamu suka. Aku permisi ya, assalamualaikum," ucapku pamit.Kami pun pamit, kepada Bu Ani dan juga Ratna. Setelah itu

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   162

    "Baik, Non. Terima kasih," ucap Bi Ijah."Baiklah, kami pergi cari kado dulu ya. Kalian tunggu di sini, kalau memang tidak mau ikut," pamitku.Aku pamit, serta meminta mereka untuk menungguku. Setelah itu, aku dan Mas Andre pun pergi dari hadapan asisten serta keponakanku. Kami pergi dari resto, yang ada di swalayan ini. Aku dan Mas Bagas, pergi menuju tempat perlengkapan bayi. Aku pun memilih salah satu yang sekiranya cocok untuk aku jadikan kado untuk anaknya Ratna dan Mas Bagas. Setelah menemukan apa yang sesuai, aku segera membayarnya. Aku juga meminta untuk sekalian dibungkusnya dengan kertas kado. Setelah kado untuk anak Ratna selesai di bungkus, kami berdua pun kembali ke tempat Gio dan juga para asistenku berada. Ternyata mereka telah selesai makan dan sedang menunggu kedatangan kami."Tante, Om, kalian sudah sekesai mencari kadonya?" tanya Gio."Sudah, Gio. Bagaimana? Apa kalian juga sudah selesai makannya," tanyaku."Sudah, Tan. Gio, sudah kekenyangan ini," sahut Gio.Gio

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 161

    "Waw, ini kamarnya lebih bagus, dari kamar Gio yang kemarin, Om. Terima kasih, ya Om Andre, Tante Anisa, kalian berdua memang is the best." Gio begitu senang, saat melihat kamar baru untuknya."Syukurlah, kalau Gio menyukai kamarnya," ucapku."Iya, Tante, Gio seneng banget," sahutnya.Setelah itu, aku membantu Gio membereskan pakaiannya. Aku memasukan baju Gio ke lemari pakaian, yang ada di kamar itu. Sedangkan, Mas Andre membantu membereskan perabotan dari rumah lamanya, yang akan disimpan di rumah ini. Sedangkan, sebagian perabotannya akan disimpan di apartemen. Seusai membereskan pakaian Gio, aku mengajak Gio makan, kebetulan aku telah memesan makanan. Karena aku kasihan, jika harus menyuruh Bi Ijah dan Bi Asih, buat memasak. Sepertinya mereka juga kecapean, setelah membantu pindahan tadi. Jadi biar kali ini aku memesan masakan dari rumah makan padang untuk makan kami semua."Gio, ayo kita makan dulu," ajakku."Iya, Tan," sahut Gio."Mas, ayo kita makan dulu," ajakku, saat melewa

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 160

    "Iya, Den," sahut Bi Asih serta Bi Ijah serempak."Bibi, sini," ajakku.Mereka berdua pun menghampiriku, sedangkan Bi Asih datang menghimpiriku, sambil menarik kopernya."Non, banyak betul orang yang mengangkut barangnya ya." Bi Ijah berkomentar, tentang pengangkut barang."Iya, Bi, Mas Andre bilang, supaya barangnya cepet selesai diangkutnya. Kalau barangnya sudah selesai diangkut, rumahnya mau sekalian dibersihkan, serta dirapikan sama mereka. Soalnya lusa Mas Wira dan keluarganya akan datang untuk menempatinya." Aku menjelaskan kepada Bi Ijah, alasan Mas Andre sampai meminta banyak orang untuk mengangkut barangnya tersebut."Oh, jadi begitu, ya Non," sahut Bi Ijah.Ia baru mengerti, dengan apa yang aku sampaikan."Iya, Bi, seperti itu," sahutku."Pasti rumah ini di kontraknya mahal ya, Non? Soalnya rumahnya saja semewah dan sebesar ini," tanya Bi Asih.Ia menanyakan soal harga sewa rumah orang tua Mas Andre tersebut."Lumayanlah, Bi, buat tabungannya Gio. Mas Wira, mengontak rumah

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 159

    "Iya, Om, Gio ikut sama Om Andre saja. Biarkan rumah ini, di tempatin sama Om Wira," sahut Gio, ia menyetujui ajakan Mas Andre.Rumah peninggalan orang tua Mas Andre ini, sudah ada yang mengontrak. Rumah ini di kontrak oleh Mas Wira, ia merupakan rekan kerja Mas Andre. Sedangkan Gio akan di bawa oleh kami, ke Rumah tempat tinggal kami. Karena selain Gio sebatangkara, Gio juga sekarang merupakan anak angkatku."Den, kalau rumah ini, sudah ada yang mengontrak, terus Den Gio dibawa Den Andre, berarti Bibi sekarang sudah tidak dibutuhkan lagi, ya Den. Berarti Bibi harus pulang kampung," ucap Bi Asih."Bi Asih, Bibi tidak perlu khawatir. Biarpun rumah ini sudah ada yang ngontrak, serta Gio dibawa ke rumahku. Bibi tetap boleh bekerja denganku kok, Bibi Asih nanti bisa membantu pekerjaan Bi Ijah di rumahku. Apalagi nanti Anisa mau lahiran, pasti Bi Ijah kerepotan, kalau bekerja sendiri. Jadi Bi Asih bisa bekerja di rumahku bersama dengan Bi ijah, Bibi mau kan bekerja denganku? Biar nanti k

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 158

    "Gio sayang, kamu yang sabar ya. Kamu harus ikhlas, dengan apapun yang terjadi. Gio jangan sedih, masih ada Om dan Tante, yang akan merawat serta menyayangi Gio." Mas Andre menenangkan Gio, serta memeluknya erat."Ya sudah, lebih baik sekarang kita pergi ke tempat kejadian, atau langsung ke rumah sakit." Papa memberi saran, supaya kami segera melihat keadaan Mbak Maya."Kita langsung ke rumah sakit saja, Pah. Tadi, polisinya bilang, mereka sudah langsung di bawa ke rumah sakit umum empat lima." Mas Andre memberitahu, rumah sakit tempat Mbak Maya berada. Kami semua pergi, menuju rumah sakit umum empat lima untuk mengurus jenazahnya Mbak Maya. Sepanjang perjalanan, Gio terus menangis. Aku pun sudah mencoba menbujuknya, tetapi tetap saja ya menangis. Sesampainya ke rumah sakit, kami menuju tempat resepsionis rumah sakit. Kami, menanyakan keberadaan Mbak Maya, yang korban kecelakaan tadi. Setelah, mendapatkan informasi, kami segera menuju ruangan, yang di tunjuk oleh resepsionis tadi.

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 157

    "Baik, Anisa, kami menyetujuinya," ucap mereka bertiga serempak."Bagus ... kalau begitu, silakan kalian tandatangani surat perjanjian, yang dibawa oleh Pak Danu!" Mas Andre memerintahkan mereka bertiga untuk menandatangani surat perjanjian.Setelah mendengar perintah dari Mas Andre, mereka bertiga pun menandatangani surat, yang disodorkan oleh Pak Danu. Bahkan mereka tandatangan tanpa membacanya terlebih dulu."Oke, kalian bertiga sekarang telah menandatangani surat perjanjian ini. Jadi jika kalian melanggar, maka kalian harus menerima akibatnya," ujar Papa.Ia menegaskan kepada mereka bertiga, tentang konsekuensinya jika melanggar surat perjanjian tersebut."Iya, Mas, kami sudah paham kok." Mbak Maya berkata, mewakili kedua temannya."Kalau begitu, kalian bertiga segera tinggalkan rumah Papaku! Tetapi biarkan Gio bersama kami," perintahku."Iya, Anisa, kami akan pergi. Tetapi maafkanlah semua kesalahan kami. Aku takut, jika umurku tidak akan lama lagi. Aku titipkan Gio kepada kalian

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 156

    "Ya, jelaslah aku tau, Mbak. Karena, aku sendiri yang merekam Vidio ini." Aku oun berterus terang kepada Mbak Maya, sebab ku tidak takut dengan ancamannya."Oh ... jadi kamu yang telah merekamnya, Anisa? Kok kamu tega banget sih, padahal niatku baik ingin merawat Papamu dan menjadi ibu sambung buat kamu." Mbak Maya berkelit, ia tetap tidak mau mengakui kesalahannya.Mbak Maya, tetap tidak merasa bersalah, walaupun sudah ada bukti yang jelas nyata. "Sudahlah, Mbak, nggak perlu mengelak lagi! Sebab emua bukti juga sudah jelas dan itu murni, bukan rekayasa ataupun editan, seperti yang Mbak Maya bilang tadi." "Kalau memang benar, kami yang melakukannya, terus kamu mau apa Anisa? Kamu mau memenjarakan kami, silakan, kalau itu maumu, kami tidak takut. Kami akan meminta bantuan pengacara kami, buat mengurus kasus ini." Sindi berkata dengan sangat jumawa."Ok, kalau begitu. Ayo, Pah, kita bawa saja mereka ke kantor polisi. Toh kita sudah mengantongi bukti yang kongkrit. Ayo kita bawa mereka

  • KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN   Bab 155

    "Oh, jadi kamu mau menikah sama aku, hanya karena ingin menguasai hartaku, ya Maya? Setelah semuanya kamu miliki, aku akan ditendang dari kehidupanmu. Enak sekali mimpimu itu, kamu nggak perlu cape kerja, tapi ingin hidup enak. Mimpi kamu Maya," ujar Papa dengan dada emosiPadahal dari awal Papa sudah tahu, tentang niat Mbak Maya tersebut. Namun, ternyata Papa tetap saja terpancing emosinya, apalagi orang yang berniat jahat tersebut bernada^^ di depan mata."Itu nggak bener, Mas. Semua ini hanya fitnah, dari orang yang ingin merusak rencana pernikahan kita. Aku beneran sayang sama kamu dan juga anakmu Nisa, Mas. Aku ingin menjadi istri dan ibu sambung yang baik untuk kalian. Kamu jangan terpengaruh, oleh vidio editan serta murahan model begini, dong Mas! Aku sungguh sayang sama kamu dan juga Nisa," ucap Mbak Maya sambil tergugu. Sungguh pandai Mbak Maya ini, akting yang ia perankan juga luar biasa memukau."Sudahlah, Maya, kamu nggak usah mengelak lagi! Sudah jelas-jelas terbukti, k

DMCA.com Protection Status