Sesuai yang pembicaraan lewat telepon kemarin, Melissa Fung benar-benar membawakan laporan keuangan pabrik selama tiga bulan terakhir. Dengan dalih melakukan makan siang bisnis, Melissa dan David bertemu di sebuah restaurant sushi yang terkenal di Hong Kong.
David belum menyentuh satupun sushi yang dipesan olehnya. Dia lebih tertarik untuk mengamati laporan itu sambil menyeruput santai teh hijaunya–dihadapan Melissa. Sesekali dia mencuri pandang kepada Melissa yang tengah menyantap sushinya.
“Lahap sekali …” bisik David melihat betapa Melissa begitu menikmati setiap potongan sushi yang masuk ke mulutnya, “maaf kalau aku lancang. Tapi, apakah akhir-akhir ini anda sedang melakukan diet?”
Melissa Fung terkejut mendengar perkataan David. Dia mengernyitkan dahinya menatap anak muda yang matanya kini sudah kembali fokus pada lembaran-lembaran laporan ditangannya.
“A–aku tidak sedang diet. Untuk apa aku diet? Bera
Betapa mudahnya menguasai sebuah perusahaan jikalau karyawannya sudah terlebih dahulu dikuasai. Aksi Margareth menyusup sebagai trainer karyawan di Huangjia Petroleum membuahkan hasil yang sudah lebih dari cukup.Sekitar 20 orang karyawan perusahaan tersebut telah mengundurkan diri dan kini mereka sedang di rumahkan untuk satu bulan kemudian baru mulai aktif bekerja kembali di perusahaan baru -Lim Group. 20 orang tersebut terdiri dari berbagai bidan keahlian yang telah di dapatkan dari hasil training dan interview yang dilakukan oleh Margareth.“Bagus. Kau telah memilah usia para karyawan tersebut sesuai dengan yang aku inginkan. Jadi, ada berapa orang karyawan yang bisa kita andalkan untuk pekerjaan lapangan?” tanya Margareth hari ini setelah penjelasan cukup panjang yang dilakukan oleh wanita yang kini selalu berdandan rapi itu.“Ada sekitar lima orang karyawan. Sebelumnya dua orang diantara mereka ditempatkan hanya sebagai bagian administras
Cecilia dan Alex Chen tiba di bar dan langsung diarahkan menuju lantai tempat digelarnya pesta. Alex Chen orang yang paling bersemangat untuk bertemu kembali dengan David dan melaporkan perkembangan proyek di laut tengah.Sementara itu Cecilia tak seantusias biasanya. Apalagi dia melihat ada beberapa karyawan yang tak biasa menonjol baginya terlihat begitu menikmati pesta.“Sejak kapan para karyawan menjadi berbaur seperti ini?” gumam Cecilia, “David telah melakukan banyak perubahan di kantor Lim Group sepertinya.”Gelak tawa terdengar kala Alex Chen membuka pintu ruangan tempat David dan pria-pria lainnya berkumpul. Melihat kedatangan Alex dan tentu saja Cecilia, David segera berdiri dan menyambut mereka dengan hangat.“Nah – mari kita semua berkenalan,” ucap David kepada 5 orang pria yang tampaknya sudah tak canggung lagi dengan sosok David Lim, “yang pertama, Tuan Chen–beliau dan timnya lah yang mel
Jeritan wanita-wanita di dalam bar serta teriakan seorang pria menyerukan nama David Lim seketika mengejutkan Cecilia yang tengah menikmati langit malam dari balkon bar. Wanita itu hendak berjalan menerobos kumpulan orang-orang yang merapatkan diri ketakutan, tapi kakinya terhenti kala melihat David Lim yang berjalan mendekati pria bersenjata api itu. “Pengecut! Hanya ini ide yang terpikirkan oleh kalian? Kenapa harus bersusah payah membawa senjata api untuk menangkap orang sepertiku?” ucap David dengan langkah yang berusaha untuk tetap terlihat menyakinkan. “Tangkap dia!” seru itu lagi. Pertarungan sengit pun dimulai. David berusaha mengusai area dengan separuh tubuhnya yang mulai sulit dikendalikan akibat pengaruh alkohol. Dua orang sekaligus melayangkan pukulan ke wajah dan perut David Lim. Dengan mudahnya pria itu menghalau pukulan demi pukulan yang dilayangkan kepadanya dengan tangan kosong. Percuma saja berlatih setiap malam ditemani sinar
“Bajingan! Dia pria yang dulu menduduki posisi David Lim, kan? Mau apa dia? Berengsek!!” Eden tak dapat menyembunyikan amarahnya. Dia juga tak akan memberi ampun seandainya saat ini David sedang dalam posisi berbahaya.“Kau tahu dibawa kemana David oleh orang-orang itu?” tanya Eden, mata merahnya menatap Cecilia buas.“Aku–aku tidak tahu pasti. Aku hanya mendengar Jeremy mengatakan sebuah bangunan tua. Tapi aku tidak tahu di mana …” Cecilia hampir menangis kala mengatakannya. Tatapan Eden serta situasi yang ada jelas membuatnya sangat tertekan.“Sial! Bangunan tua? Hanya itu petunjuknya? Ada puluhan bangunan tua di Hong Kong! Aaarrgghhh!” Eden menggaruk kepalanya kasar.“Tenang dulu, Eden! Kita semua dalam keadaan bingung. Kau tidak lihat wajah Cecilia sudah pucat begini? Aku akan mencari informasi barang kali ada orang yang melihat kepergian mereka dari tempat ini. Sementara itu, aku mint
Eden menghitung dalam hati dengan cepat. Lebih dari lima belas orang menodongkan senjata api kepadanya. Dia merasa menyesal kenapa terlalu percaya diri kelaur dari mobil tanpa membawa senjata apapun. Padahal dia bisa saja membawa salah satu perkakas mobil yang terbuat dari besi sebagai senjata.“Pengecut!” Eden berteriak melawan ketakutannya, “maju satu persatu, kita berkelahi sebagai lelaki!”Teriakan Eden tersebut berhasil memancing satu orang pria berotot serta berbadan besar melempar senjata apinya dan berjalan cepat mendekati Eden. Satu tinjunya diarahkan tepat ke wajah Eden yang kalau tidak cepat-cepat Eden menghindar, pasti sudah membuat wajahnya hancur.“Kurang ajar!” pria berotor itu berteriak kesal karena Eden bisa mengelak dengan mulus dari tinjunya.Pria itu mengulangi gerakan yang sama, melayangkan tinjunya kali ini diarahkan ke perut Eden. Sebuah serangan yang sangat mudah ditebak oleh mata Eden yang terla
Eden tak dapat menyembunyikan dirinya lebih lama lagi. Kini dua orang pria berbadan besar itu menyergap masuk ke ruangan tempat David disekap. Terdengar teriakan mengaduh yang kencang. Tampaknya pertarungan langsung dimulai di dalam sana.Eden berlari kalap, “David Lim!” teriaknya panik.“Kenapa berteriak? Bantu aku menyingkirkan tubuh-tubuh berlemak ini!” seru David yang telah berhasil mengalahkan kedua orang itu entah dengan jurus apa.“Kalau kau sudah kembali jadi sekuat ini, kenapa bisa sampai dibawa kabur ke gedung tua?” tanya Eden heran.“Aku tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi. Hal terakhir aku rasakan, ada sengatan yang begitu kuat di punggungku. AKH!” David mengeryitkan dahinya, dia baru menyadari lagi rasa sakit di tubuh bagian belakangnya itu.“Kita harus cepat pergi dari sini sebelum langit terang benderang,” ujar Eden mengingatkan David untuk jangan berlama-lama.&l
David menodongkan senjata api ke arah preman yang merobohkan pintu kamar Eden. Sementara itu Eden masih berupaya menyingkirkan pintu yang menindih tubuhnya. Malangnya, sebelum sempat dirinya terbebas dari pintu kayu itu, preman yang telah merobohkan pintu itu menekan tubuh Eden dengan sebelah kakinya.“Menyingkir dariku beruang madu!” erang Eden mengatai postur preman itu yang tinggi besar.“Mundur! Kecuali kau mau merasakan peluru ini menembus jantungmu,” sentak David saat preman itu mulai mengarahkan lagi kakinya menedang Eden.“Hahaha … tikus kecil sepertimu berani sekali menantangku!” Preman itu mengepalkan tangannya di depan dada. Dibandingkan dengan ukuran tangannya, David menjadi semakin menyadari kalau preman tersebut berpostur dua kali lebih besar dari postur tubuhnya.“AAHH! Banyak omong!” David berteriak sambil menarik pelatuk senjata apinya.Sebuah peluru terlepas dari sarangnya, me
“Mau apa kau datang ke tempat ini, anak kampung? Jangan banyak lagak mentang-mentang sudah jadi boss besar. Dulu saja kau berhasil dikalahkan oleh anak buahku. Sekarang malah datang menantang ke markas kami. Hahaha!!” gelegar tawa pria yang berjalan semakin mendekatinya itu seketika mengingatkan David pada ketua preman yang dulu mengacak-acak pasar Kai Xin.David memicingkan matanya. Dengan cepat dia menangkap tato elang yang terlukis di leher pria itu. Dia tak menyangka sebelumnya kalau preman-preman itu ternyata komplotan besar. Mereka pasti selama ini berprofesi sebagai pembunuh bayaran atau semacamnya.“Aku tidak takut! Satu lawan satu–jangan jadi pengecut yang beraninya keroyokan!” seru David dengan amarahnya yang tertahankan, teringat aksi mereka saat menghancurkan pasar.Tak heran kalau kini mereka begitu membenci David Lim, karena ladang pungli mereka kini berkurang satu. Apalagi dulu mereka hampir setiap hari mendatangi pas