Jeritan wanita-wanita di dalam bar serta teriakan seorang pria menyerukan nama David Lim seketika mengejutkan Cecilia yang tengah menikmati langit malam dari balkon bar. Wanita itu hendak berjalan menerobos kumpulan orang-orang yang merapatkan diri ketakutan, tapi kakinya terhenti kala melihat David Lim yang berjalan mendekati pria bersenjata api itu.
“Pengecut! Hanya ini ide yang terpikirkan oleh kalian? Kenapa harus bersusah payah membawa senjata api untuk menangkap orang sepertiku?” ucap David dengan langkah yang berusaha untuk tetap terlihat menyakinkan.
“Tangkap dia!” seru itu lagi.
Pertarungan sengit pun dimulai. David berusaha mengusai area dengan separuh tubuhnya yang mulai sulit dikendalikan akibat pengaruh alkohol. Dua orang sekaligus melayangkan pukulan ke wajah dan perut David Lim.
Dengan mudahnya pria itu menghalau pukulan demi pukulan yang dilayangkan kepadanya dengan tangan kosong. Percuma saja berlatih setiap malam ditemani sinar
“Bajingan! Dia pria yang dulu menduduki posisi David Lim, kan? Mau apa dia? Berengsek!!” Eden tak dapat menyembunyikan amarahnya. Dia juga tak akan memberi ampun seandainya saat ini David sedang dalam posisi berbahaya.“Kau tahu dibawa kemana David oleh orang-orang itu?” tanya Eden, mata merahnya menatap Cecilia buas.“Aku–aku tidak tahu pasti. Aku hanya mendengar Jeremy mengatakan sebuah bangunan tua. Tapi aku tidak tahu di mana …” Cecilia hampir menangis kala mengatakannya. Tatapan Eden serta situasi yang ada jelas membuatnya sangat tertekan.“Sial! Bangunan tua? Hanya itu petunjuknya? Ada puluhan bangunan tua di Hong Kong! Aaarrgghhh!” Eden menggaruk kepalanya kasar.“Tenang dulu, Eden! Kita semua dalam keadaan bingung. Kau tidak lihat wajah Cecilia sudah pucat begini? Aku akan mencari informasi barang kali ada orang yang melihat kepergian mereka dari tempat ini. Sementara itu, aku mint
Eden menghitung dalam hati dengan cepat. Lebih dari lima belas orang menodongkan senjata api kepadanya. Dia merasa menyesal kenapa terlalu percaya diri kelaur dari mobil tanpa membawa senjata apapun. Padahal dia bisa saja membawa salah satu perkakas mobil yang terbuat dari besi sebagai senjata.“Pengecut!” Eden berteriak melawan ketakutannya, “maju satu persatu, kita berkelahi sebagai lelaki!”Teriakan Eden tersebut berhasil memancing satu orang pria berotot serta berbadan besar melempar senjata apinya dan berjalan cepat mendekati Eden. Satu tinjunya diarahkan tepat ke wajah Eden yang kalau tidak cepat-cepat Eden menghindar, pasti sudah membuat wajahnya hancur.“Kurang ajar!” pria berotor itu berteriak kesal karena Eden bisa mengelak dengan mulus dari tinjunya.Pria itu mengulangi gerakan yang sama, melayangkan tinjunya kali ini diarahkan ke perut Eden. Sebuah serangan yang sangat mudah ditebak oleh mata Eden yang terla
Eden tak dapat menyembunyikan dirinya lebih lama lagi. Kini dua orang pria berbadan besar itu menyergap masuk ke ruangan tempat David disekap. Terdengar teriakan mengaduh yang kencang. Tampaknya pertarungan langsung dimulai di dalam sana.Eden berlari kalap, “David Lim!” teriaknya panik.“Kenapa berteriak? Bantu aku menyingkirkan tubuh-tubuh berlemak ini!” seru David yang telah berhasil mengalahkan kedua orang itu entah dengan jurus apa.“Kalau kau sudah kembali jadi sekuat ini, kenapa bisa sampai dibawa kabur ke gedung tua?” tanya Eden heran.“Aku tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi. Hal terakhir aku rasakan, ada sengatan yang begitu kuat di punggungku. AKH!” David mengeryitkan dahinya, dia baru menyadari lagi rasa sakit di tubuh bagian belakangnya itu.“Kita harus cepat pergi dari sini sebelum langit terang benderang,” ujar Eden mengingatkan David untuk jangan berlama-lama.&l
David menodongkan senjata api ke arah preman yang merobohkan pintu kamar Eden. Sementara itu Eden masih berupaya menyingkirkan pintu yang menindih tubuhnya. Malangnya, sebelum sempat dirinya terbebas dari pintu kayu itu, preman yang telah merobohkan pintu itu menekan tubuh Eden dengan sebelah kakinya.“Menyingkir dariku beruang madu!” erang Eden mengatai postur preman itu yang tinggi besar.“Mundur! Kecuali kau mau merasakan peluru ini menembus jantungmu,” sentak David saat preman itu mulai mengarahkan lagi kakinya menedang Eden.“Hahaha … tikus kecil sepertimu berani sekali menantangku!” Preman itu mengepalkan tangannya di depan dada. Dibandingkan dengan ukuran tangannya, David menjadi semakin menyadari kalau preman tersebut berpostur dua kali lebih besar dari postur tubuhnya.“AAHH! Banyak omong!” David berteriak sambil menarik pelatuk senjata apinya.Sebuah peluru terlepas dari sarangnya, me
“Mau apa kau datang ke tempat ini, anak kampung? Jangan banyak lagak mentang-mentang sudah jadi boss besar. Dulu saja kau berhasil dikalahkan oleh anak buahku. Sekarang malah datang menantang ke markas kami. Hahaha!!” gelegar tawa pria yang berjalan semakin mendekatinya itu seketika mengingatkan David pada ketua preman yang dulu mengacak-acak pasar Kai Xin.David memicingkan matanya. Dengan cepat dia menangkap tato elang yang terlukis di leher pria itu. Dia tak menyangka sebelumnya kalau preman-preman itu ternyata komplotan besar. Mereka pasti selama ini berprofesi sebagai pembunuh bayaran atau semacamnya.“Aku tidak takut! Satu lawan satu–jangan jadi pengecut yang beraninya keroyokan!” seru David dengan amarahnya yang tertahankan, teringat aksi mereka saat menghancurkan pasar.Tak heran kalau kini mereka begitu membenci David Lim, karena ladang pungli mereka kini berkurang satu. Apalagi dulu mereka hampir setiap hari mendatangi pas
Suatu pagi yang berkabut, kala dirinya masih menjadi Daniel Yuwan, dia menemukan sepucuk surat di meja makan bersama dengan semangkuk Biang-biang ming kesukaannya. Daniel membaca selembar surat yang ditinggalkan baginya itu sambil menyantap sarapannya yang masih hangat.Dalam surat tersebut memang tak disebutkan tentang harta karun yang terpendam atau semacamnya. Kalimat demi kalimat yang tertuliskan di sana hanya menyebutkan kalau Daniel tak boleh sama sekali menggeser tempayan besar yang berada di dapur, sekalipun isi tempayannya sudah kosong.“Siapa kalian sesungguhnya?” otak Daniel yang kini telah menjadi David Lim berputar penuh tanda tanya.“Maksudnya kau mau tahu profesi kami?” pria tua itu kembali bersuara.“Apapun itu, cepat katakan! Siapa kalian?” David hampir kehilangan kesabarannya lagi.“Kami bagian dari kelompok elang emas. Kelompok pembunuh bayaran yang merajai tanah Asia. Kedatangan kami di
Cecilia tak dapat tidur semalaman. Tubuhnya yang lelah memaksanya untuk berbaring di ranjang yang empuk dan menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut. Tapi kenyamanan yang bisa diciptakan dari perpaduan antara ranjang dan selimut itu pun gagal membuatnya tertidur.Dalam benak Cecilia, berputar bayangan antara David Lim dan Jeremy Lee bergantian, berulang-ulang. Dia membalikkan badannya ke kanan lalu ke kiri, seperti itu terus hingga matahari naik ke langit dan tersenyum mengejek kegundahan hatinya.“HAH! Ternyata sulit sekali mencintai pria yang benar-benar mancintai dengan tulus. Aku kira kisahku dengan Jeremy akan berbeda, tapi ternyata malah lebih tragis. Apa aku memang bukan seorang wanita yang layak untuk dicintai?” Cecilia menutup wajahnya dengan bantal.Cecilia adalah sosok wanita muda yang kerap kali membuat iri wanita lain yang seusia dengannya. Bagaimana tidak, keluarga Cecilia bukanlah keluarga tersohor seperti keluarga Han. Dia hanyalah an
Eden terus dihujani dengan peluru yang dilontarkan dari senjata api sang pria tua yang dengan cekatan terus mengisikan peluru ke senjatanya–hingga tiada habis-habisnya. Dia membungkuk, berguling hingga merangkak menghindari puluhan peluru yang mengincarnya.“Eden!” David berteriak dari balik dinding–dia baru saja selesai mengisi ulang senjata di pungutnya dari preman-preman yang berhasil dia kalahkan.“Bodoh! Cepat selamatkan dirimu! Aku tak mau memiliki boss selain dirimu! Cepat pergi!” teriak Eden, kini dirinya sudah berada cukup dekat dengan kedua orang tua itu.Wanita tua yang dipanggil ‘mama’ itu seketika menyadari kemunculan David dari balik dinding. Wajahnya kini tak terlihat lagi seperti seseorang yang menaruh kasih sayang kepada anak yang telah dibesarkannya bertahun-tahun.Sebuah peluru terlepas dari sangkarnya dan melesat lurus mengarah pada David yang masih menimbang-nimbang apa yang harus