Dia gugup bukan karena suara Zake yang berasal dari ujung seluler. Akan tetapi, yang membuatnya menjadi gugup yaitu, jarak antara dirinya dan pemuda yang menyuruhnya untuk menghubungi Zake terlalu dekat. Pemuda itu seolah-oleh sengaja memperpendek jarak antara dirinya dan dia. Walz dapat merasakan aroma menyegarkan dari tubuh pemuda itu. Dia benar-benar di buat tidak karuan oleh aroma menyegarkan itu.Walz tanpa sadar menundukkan kepala tatkala menyadari jarak antara dirinya dan Hades semakin dekat. Dia sedikit gemetar dan tubuhnya terasa panas saat embusan napas Hades mengenainya. Pikirannya seketika di buat melayang oleh tindakan pemuda itu. Hades tidak mengetahui apa yang ada dalam pikiran wanita cantik itu. Dia mendekatkan dirinya pada wanita itu, karena merasa sedikit kesal terhadap tindakan wanita itu yang lambat. Dia berniat untuk mengambil ponsel peyana muda itu dan mengambil alih pembicaraan. Dia sama sekali tidak memiliki niat buruk apapun terhadap wanita itu. Bagaimanapun
“Yasuda kalau gitu kamu istirahat dulu di sana. Nanti setelah merasa cukup memiliki tenaga. Bantu aku membereskan ruangan ini. Aku tidak ingin kamu pingsan saat bekerja. Bisa-bisa kamu menuduhku dengan pikiran kotormu itu.” Hades berkata dengan sedikit bercanda untuk menghilangkan kecanggungan yang terjadi di antara mereka. Namun, tanpa dia sadari ucapannya itu memiliki efek lain di telinga wanita itu. Walz kembali merasakan rasa malu yang sebelumnya telah menghilang. Wajahnya terasa sangat panas mbak di jemur dibawah terik matahari. Telinganya memerah menandakan betapa kepanasannya dia saat ini. Dia dengan tergesa-gesa melarikan diri dari tempat itu ke sembarang arah. Namun, tanpa disadari dia masuk ke kamar yang semalam Hades tempati. Kamar utama di manor itu. Dia menyembunyikan dirinya di sana. “Sial! Kenapa orang itu mengungkit kembali hal memalukan seperti tadi!” Walz menggerutu dengan kesal tatkala menyembunyikan dirinya. Dia mencoba menenangkan dirinya sambil mengatur napasn
Zake bergegas ke lantai tiga untuk melihat situasi yang terjadi di sana. Tidak lupa dia juga menyuruh anak buahnya untuk membantu membawakan barang-barang pesanan Hades. Yang telah dibelinya di pasar tradisional tadi. Dia sedikit mempercepat langkahnya tatkala menaiki tangga. Namun, tepat setelah sampai di lantai tiga. Dia dibuat tercengang oleh pemandangan yang ada di hadapannya. Dia melihat beberapa barang antik koleksinya berserakan di lantai. “Kenapa kau diam mematung di sana! Kemarilah dan bantu aku mengeluarkan barang-barang ini.” ucap Hades menyadarkan Zake kembali ke dunia nyata. Sambil menunjuk ke tumpukan barang antik.Zake mengikuti ke mana arah jatuhnya telunjuk Hades. Dia kembali dibuat terkejut oleh pemandangan yang ditangkap sudut matanya. Dia membuka mulutnya lebar-lebar tatkala melihat kaligrafi koleksi termahalnya di letakan di begitu saja. Hatinya sangat sakit ketika melihat hal itu. Dia ingin menangis saat ini tetapi, tidak ada satupun air mata yang keluar dari
Zake tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia lekas mematikan panggilan tersebut. Tidak sampai lima menit, orang yang Zake hubungi datang dengan napas terengah-engah. Menilai dari seberapa cepatnya dia menarik napas. Orang itu sepertinya telah berlari untuk sampai ke tempat ini secepat mungkin. Dia menunjukkan senyum sopan tatkala melihat Zake yang sedang menunggunya. “Apa tugas yang akan anda berikan padaku, Tuan! Aku pasti akan melakukannya sebaik mungkin!” Orang itu berkata sambil menepuk dadanya. Zake melambaikan tangannya. “Bukan sesuatu yang besar. Adik perempuanku ingin berbelanja di pasar. Tugasmu adalah mengawalnya dan membawakan barang-barang yang dia beli. Pastikan tidak ada yang berani mengganggu adikku!” Dia berkata dengan nada yang sedikit dikatakan tatkala mengeluarkan paruh kedua perkataannya itu. “Baik, Tuan. Aku dapat menjamin dengan nyawaku sendiri. Tidak akan ada yang berani mengganggu, Nona Muda saat berbelanja.” Orang itu menja
“A-aku hanya … aku!” Walz tiba-tiba menjadi gugup sekarang. Dia telah melupakan semua kata-kata yang telah disusunnya saat di perjalan. Hingga membuatnya tidak tahu harus menjawab pertanyaan Hades seperti apa. Dia menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. Wajahnya terasa sangat panas. Hades melihat wanita yang salah tingkah itu. Dia ingin marah tetapi, dia tidak tega memarahi wanita itu. Bagaimanapun wanita itu telah menunjukkan perhatian padanya. Dan lagi dia memang membutuhkan pakaian untuk ganti. Dia terdiam sesaat sebelum menghela napas pelan, lalu menunjukkan senyum lembut di wajahnya. “Baiklah, aku tidak akan menyalahkanmu tentang hal ini lagi. Terima kasih karena telah membelikanku pakaian. Aku memang membutuhkan pakaian ini.”“Sebaiknya kamu istirahat dulu saja. Aku yakin kamu pasti sangat kelelahan setelah bekerja keras hari ini. Biar nanti aku suruh Zake untuk membelikan bahan-bahan lainnya yang kuperlukan.” Hades menunjukkan si
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Langit pun berangsur-angsur gelap. Hades melirik ke segala arah. Memperhatikan setiap tanaman yang baru saja selesai ditanam olehnya. Hades lekas menyudahi aktivitasnya itu. Dia masuk kembali ke manor. Namun, sebelum naik ke kamarnya yang ada di lantai tiga. Dia mem membersihkan dirinya terlebih dahulu di lantai bawah. Tidak lupa dia juga mengganti pakaian dengan yang baru, pemberian dari Walz. Entah kenapa dia merasa senang tatkala menggunakan pakaian pemberian wanita itu. Mbak seorang remaja yang baru pertama kali mendapatkan hadiah dari lawan jenis. “Wanita itu benar-benar pandai memilih pakaian!” Hades bergumam sambil memperhatikan dirinya di depan kaca. Setelah mengganti pakaiannya, Hades turun ke lantai satu. Dia menyuruh Walz membuatkan secangkir kopi untuknya. Lalu kembali ke lantai atas dan duduk di tepi balkon, menikmati indahnya pemandangan langit malam, Kota Brazing. Beberapa menit kem
Hades memperhatikan semuanya dengan sedikit kerutan di wajahnya. “Syarat pertama yang harus kalian lakukan yaitu berjanji setia padaku. Seperti yang kalian lakukan kali ini. Dan syarat kedua, kalian harus menuruti apapun yang aku perintahkan. Bagi siapapun yang melanggar salah satunya. Aku akan memberikan hukuman yang setimpal.” Nada yang keluar dari setiap kata mengandung ketegasan yang tidak terbantahkan. “Apa kalian sanggup menjalankan kedua syarat tersebut!” “Kami sanggup menjalankan kedua syarat tersebut, Tuan!” Zake menjawab tepat setelah Hades menyelesaikan perkataannya. Mewakili kehendak semua orang. Hades tersenyum puas mendengar perkataan Zake. “Quest, ambilkan aku air satu teko.” Quest menganggukkan kepala lalu bangkit dari tempatnya berlutut. Dia berjalan ke arah dapur setelah membungkuk badannya. Tidak berselang lama dia kembali dengan seteko air dan beberapa gelas diatas nampan. Dia berjalan dengan hati-hati lalu menaruh teko tersebut di atas meja yang ada di hadapa
Sementara itu di sisi lain tempat. Tepatnya di sebuah bangunan yang terlihat megah. Terlihat sekitar tiga puluh orang pria berpakaian rapi dengan jas hitam yang melekat di tubuh masing-masing sedang mengadakan pertemuan yang sangat besar. Orang-orang itu memasang ekspresi yang sangat serius di wajahnya. “Aku tidak percaya ada orang yang memiliki kekuatan seperti itu di kota ini. Apa kalian sengaja mengarang cerita untuk mengalihkan hukuman dariku!” ucap seorang pria berbadan kekar dengan wajah dingin. “Tuan Yap. Aku mengatakan yang sebenarnya. Orang itu benar-benar memiliki kekuatan yang sangat besar!” ucap orang lain sambil memasang ekspresi ketakutan di wajahnya. Dia mengingat kembali adegan di mana dirinya dibuat tidak berkutik oleh pemuda itu. Dia menunjukkan bekas luka akibat pukulan yang dilancarkan oleh pemuda itu.Mendengar laporan tersebut Yap merenung untuk waktu yang lumayan cukup lama. Dia tidak merasa takut sedikitpun tatkala mendengar laporan dari bawahannya. Dia jug
Julian menghindari serangan itu dengan sedikit memiringkan tubuhnya ke samping. Dia mengerahkan semua kekuatan yang ada di dalam tubuh, mengumpulkannya di tangan kanan yang sudah mengepal kencang. Dia menyerang Gribson menggunakan semua kekuatan yang telah terkumpul. Hingga membuat pria itu terpental beberapa meter ke depan. Tubuh Gribson melayang di udara untuk beberapa waktu sebelum menabrak dinding diiringi suara gedebuk kencang. Adegan tersebut membuat semua orang yang ada di sana tercengan. Mereka semua diam membatu dengan mulut yang terbuka lebar, untuk beberapa saat. Sebelum salah satu dari mereka berteriak panik setelah kembali sadar ke akal sehatnya. “Tuan!”“Tuan Gribson!”Semua orang lekas menghampiri Gribson yang memuntahkan seteguk darah segar. Raut wajah mereka semua terlihat sangat panik. Ada sebuah ketakutan di sorot mata orang-orang itu. Mereka takut Gribson terluka parah karena serangan barusan.“Tuan … apa kau baik-baik saja?” tanya salah satu anak buah Gribson d
Julian menunjukkan seringai dingin di wajah tatkala menatap tajam ke arah pria yang menendangnya itu. Dia bangkit dari tempatnya tergeletak. Lalu menyerang para pria itu. Dia mengerahkan semua kekuatannya. Berniat melumpuhkan salah satu lawan dengan sekali serangan. “Mati-lah kau sialan!” Orang yang dikunci tidak sempat menghindari serangan Julian. Bagaimanapun Julian menyerang pria itu dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pergerakan Julian benar-benar sangat lincah dan cepat serangannya juga sangat kuat. Hingga menyebabkan pria itu terpental beberapa meter ke belakang. Tubuh pria itu berhenti mundur setelah menabrak tembok yang ada di luar kamar. Pria itu ambruk ke lantai lalu memuntahkan seteguk darah segar. Sesaat dia menatap ngeri ke arah Julian sebelum kehilangan kesadarannya.Adegan tersebut mengejutkan semua orang yang ada di sana. Mereka sedikit merasa takut sekarang. Namun, ketakutan itu hanya terjadi beberapa saat. Salah satu dar
Namun, siapa sangka rencana indahnya harus tertunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Dia sudah menyetujui bergabung dengan Hades. Dia tidak tahu Hades akan membiarkannya pensiun kapan dan dia juga tidak tahu berapa besar uang yang akan diterimanya nanti.Saat ini di dalam rumah, Julian sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Dia hanya memasukan beberapa pakaian yang diperlukan saja. Tidak lupa dia juga memasukan senjata yang miliknya ke dalam tas. Dia sudah selesai memgemas barang-barangnya dan bersiap pergi meninggalkan rumah ini secepat mungkin. Dia sudah merasakan kejanggalan di tempat ini. Oleh karena itu dia yakin bahaya akan menyimpanya, jika terlalu lama tinggal di tempat ini. Namun, ketika dia akan melangkahkan kakinya. Sudut matanya secara tidak sengaja melihat sebuah foto seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun bersama seorang anak kecil berusia tiga tahun. Foto itu terlihat sangat kusam, seolah-olah foto itu diambil sudah sejak lama.
Di belahan bumi lain. Terlihat sebuah rumah sederhana nan nyaman dengan halaman depan yang lumayan cukup luas. Sekiranya muat untuk di tepati dua mobil. Tidak jauh dari sana sebuah kendara beroda empat melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi. Mobil itu secara tiba-tiba berhenti melaju tepat di halaman depan rumah sederhana itu diiringi dengan suara decitan ban yang menggema di sana. Tidak berselang lama. Seorang pria berusia dua puluh sembilan tahun dengan wajah yang lumayan cukup tampan dan pakaian yang rapi turun dari mobil tersebut. Pria muda itu tidak lain adalah Julian. Penampilannya saat ini sangat jauh berbeda. Berbanding terbalik saat dia berada di Manor Baker. Julian terlihat bagaikan seorang ceo muda yang sangat sukses. Dia terlihat sangat keren dan tampan. Dia mendapatkan mobil mewah dan baju mahal itu tadi saat meninggalkan Manor Baker. Di perjalanan dia secara tidak sengaja melihat beberapa tuan muda yang sedang menindas seora
Setelah beberapa saat berjalan ketiganya melihat sebuah kedai sederhana. Kedai itu terbilang cukup sepi pengunjung, hanya ada sekitar sepuluh orang yang sedang menikmati makanan di sana. Menilai dari pakaian yang dikenakan oleh para pengunjung itu. Ben dan kedua orang lainnya dapat menilai bahwa orang-orang yang sedang makan itu adalah warga sekitar.Ketiga berjalan masuk ke dalam kedai lalu memesan enam belas porsi makanan bungkus dan tiga porsi untuk mereka santap di sana. Tidak butuh waktu lama makanan yang Ben pesan di sajikan di depan meja. Lalu ketiganya menyantap makanan itu dengan sangat lahap. Beberapa saat kemudian ketiga orang itu telah selesai memakan makanan mereka. Lalu mereka bangkit dan membayar semua makanan yang mereka pesan. Mereka bertiga tidak tinggal di sana lebih lama lagi. Mereka kembali melanjutkan perjalan dengan tergesa-gesa. Bagaimanapun teman-teman mereka sedang menunggu kedatangan makanan itu. Perjalanan yang Ben dan dua tem
Sekitar tiga puluh menit kemudian, ketiganya mulai kelemahan. Mereka berjalan cukup jauh dari tempat sebelumnya. Namun, mereka masih belum menemukan satupun kedai makan di sekitar sana. Hal itu membuat ketiganya merasa kesal dan putus asa. Saat mereka akan memutuskan untuk kembali ke tempat. Salah satu dari ketiganya melihat sekelompok orang yang sedang berbincang tidak jauh dari sana. “Ben, coba lihat kesana!” ucap orang itu sambil menunjuk ke arah orang-orang yang sedang berkumpul itu.Ben dan satu orang lagi melihat ke arah yang di maksud. Pandangan keduanya mengikuti kemana arah jari teman mereka. Seketika mereka berdua menjadi bersemangat. Mereka terlihat seperti seseorang yang berjalan di padang pasir dengan suhu panas delapan puluh derajat dan melihat sungai yang airnya sangat jernih. “Sebaiknya kita tanyakan pada mereka di mana kedai makan terdekat.” Ben berkata sambil tersenyum bahagia.“Itu yang kumaksud!” ucap orang per
Dia sama sekali tidak khawatir Julian akan melarikan diri dari genggamannya. Dia yakin pria itu akan kembali ke manor secepat mungkin. Bagaimanapun sebelumnya dia sudah membuat pengaturan untuk menjadikan Julian dan teman-temannya yang lain sebagai buronan Sakte King. Hades yakin setelah informasi dagang Sakte King dibocorkan ke dunia luar dan Zake melakukan semuanya sesuai dengan apa yang dia perintahkan. Saat itu juga Sakte King akan bergerak cepat memburu semua orang yang mengungkapkan informasi tersebut. Bagaimanapun di sana terdapat salah satu informasi yang sangat sensitif bagi Sakte King. Informasi tersebut yaitu tentang keluarga-keluarga yang menjadi target Sakte King berikutnya. Hades percaya dengan bocor informasi tersebut ke publik. Sakte King akan membersihkan para penghianat itu. Mereka akan memburu Julian dan yang lainnya.Dan setelah Julian mendengar tentang semua informasi tersebut. Julian pasti akan merespon dengan cepat. Dia a
Hades menyadari kecanggungan yang Julian rasakan saat ini. Dia berjalan santai ke arah pria itu lalu menepuk pelan pundaknya. “Percayalah bergabung denganku bukanlah pilihan buruk!” Dia berkata dengan santai untuk memecahkan kecanggungan saat ini. Julian hanya mengangguk-anggukkan kepala tanpa mengatakan sepatah katapun. “Ikutlah denganku. Aku akan mengajakmu menyaksikan betapa kuatnya pasukan yang kumiliki. Meskipun sekarang mereka tidak dapat dibandingkan dengan Sakte King. Akan tetapi, cepat atau lambat. Mereka akan mengungguli sakte itu.” Hades berkata dengan penuh keyakinan. Dia berjalan ke tempat di mana anak buahnya sedang berlatih. Dengan Julian yang mengikutinya dari arah belakang. Sejauh ini Julian tidak berkomentar apapun. Dia hanya mengikuti Hades sambil memperhatikan sekeliling. Dia memperhatikan dekorasi mewah pada bangunan ini. Meskipun manor itu tidak semewah dan semegah Sakte King. Akan tetapi, manor i
Zake sangat bersemangat sekarang. Dia yakin dapat mengalahkan Sakte King dengan memanfaatkan informasi ini. Bagaimanapun informasi tersebut sangat lengkap. Berkas itu tidak hanya memberikan informasi tentang struktur Sakte King. Akan tetapi, keluarga dan kekuatan keluarga yang mendukung dan menjadi musuh Sakte King juga tercatat dalam berkas tersebut. Zake siap menerima perintah Hades untuk mengumpulkan semua keluarga yang menjadi musuh Sakte King. Dan membujuk keluarga-keluarga itu untuk bergabung dengan Hades. Menjatuhkan sakte itu dari puncak kejayaannya di kota ini. “Aku siap melakukan apapun yang Anda perintahkan, Tuan. Aku memiliki hubungan yang baik dengan tuan muda dari keluarga-keluarga yang menjadi musuh Sakte King.” Zake berkata dengan raut wajah berseri-seri.Hades hanya menunjukkan senyum tipis tatkala mendengar perkataan Zake yang penuh semangat. Dia hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun, untuk beberapa waktu. Namun, tersirat sebuah kekecewaan dari sorot matanya