Sudah hampir 2 minggu Maya pergi dari rumah ini, hati Boy semakin lama semakin gelisah bahkan ia juga ingin pergi sejauh mungkin daripada tinggal bersama Almira.
Melihat cucu kesayangannya bermurung diri membuat Puspa menghampiri untuk menenangkan."Ada apa cucu oma? Kenapa sedih sekali?" tanya Puspa dengan lembut."Maya oma, kenapa Maya tak juga pulang-pulang?" tanya Boy sedih."Namanya seorang istri pasti hatinya sungguh terluka apalagi masalah yang menerpa rumah tangganya bukan masalah biasa melainkan masalah yang sangat berat dan berlangsung seumur hidup, coba kamu posisikan dirimu sebagai Maya, apakah kamu akan sanggup menerima semua ini secara mendadak bahkan sampai nanti anak yang dikandung Almira dewasa? Andai Maya nantinya menerima pasti jauh di lubuk hatinya ia masih sakit, suami yang ia pikir setia ternyata bermain dengan wanita lain," ucap Oma Puspa menegur."Tapi oma kan tau jika semua ini murni jebakan, mana mau BoMelihat ekpresi sedih dari wajah suami kontraknya sebenarnya membuat Maya tidak tega, tapi kali ini Maya harus bertindak tegas karena Boy sudah sangat kelewatan, kehamilan Almira lah yang membuat Maya sulit memaafkan kesalahannya kali ini. Gak mungkin Maya menunggu sampai Almira hamil karena pernikahan kontraknya saja tinggal 3 bulan lagi, mau gak mau Maya harus membiasakan diri mulai sekarang. Membiasakan hidup tanpa gelombang harta dari Boy dan juga dalam bayang-bayang Boy. "Aku gak pernah menyiksamu namun kamu sendiri yang membuat semuanya menjadi merasa tersiksa, kesalahan kali ini sangatlah fatal bagiku," ucap Maya tanpa menoleh sekalipun. "Maaf.. Tapi aku yakin sekali jika Almira tidak hamil anakku, please percayalah May," rengek Boy. "Sudah malam, kamu mau pulang kan? Silahkan, perjalanan ke kota membutuhkan waktu yang lama, jangan sampai besok terlambat masuk kerja," usir halus Maya. "Kamu.. Ka..kamu mengusirku?" ta
Setelah Maya setuju dengan keinginannya, senyum bahagia terpancar diwajah Boy. Betapa leganya karena ketika pulang nanti sudah ada istri yang menemani, setidaknya oma gak harus sampai turun tangan. Kalau pun nanti oma kesini urusannya pasti sudah beda lagi, orang tua Maya kan belum tau kalau anaknya menikah kontrak dengannya, bagaimana nanti kalau oma tiba-tiba datang dan mengatakan dengan polosnya jika ingin mengajak menantunya pulang, apalagi sampai oma nanti mengatakan alasan Maya pulang ke kampungnya karena Boy diduga menghamili mantan kekasihnya, sudah pasti image buruk langsung tergambar diwajah Boy. Belum lagi pengakuan tentang pernikahan, ah sudah pasti akan bertambah runyam. "Makasih May, akhirnya kamu luluh juga," ucap Boy refleks mencium kening Maya dan memeluk. "Pak.. Tolong lepas dan jaga diri bapak," tegur Maya yang sejujurnya hatinya sangat berdegup kencang. "Maaf.. Saya terlalu senang, apa kamu tau May? Kalau sampai aku gak berhasil
Melihat Boy sudah berhasil membawa Maya ke rumah ini lagi membuat Almira sangat kesal, ia mana bisa menjadi satu-satunya ratu di rumah ini jika istrinya saja kembali ke rumah. Ahh Almira sampai bingung harus melakukan cara apa agar Maya marah besar dengan Boy. Setelah dikabarkan hamil, Almira sangat sulit sekali untuk mencari ide-ide liciknya, hal itu membuat Almira kesal bukan main. "Kenapa sih gadis kampung itu harus balik lagi? Udah bagus dia ada dirumahnya dan itu tempat yang pas untuknya, kampung," gumam Almira. "Lagian waktu gak ada istrinya Boy saja gue dicuekin sama Boy apalagi setelah ada istrinya, ah sudah pasti dirinya seperti orang yang tak terlihat disini," gumam Almira lagi. Lalu Almira mendapat ide untuk membuat kedua pasangan itu bertengkar. Ketika Almira turun untuk ke dapur, kebetulan ada Maya disana sedang minum jus dimeja makan, kebetulan yang sangat menyenangkan bagi Almira. "Loh.. Istri sah rupanya sud
Tak terasa kini usia kandungan Almira sudah memasuki bulan ke 2 dan itu artinya perjanjian pernikahan Maya dan Boy akan berakhir sebulan lagi, waktu yang berjalan sangat cepat. Hari ini Maya berniat ikut ke kantor suaminya karena Maya merasa kesal terus menerus satu rumah dengan Almira yang ada saja ulahnya. Mendengar Maya ikut ke kantor membuat Almira tak mau kalah, ia juga akan ikut meskipun diperbolehkan atau tidak, Almira tak akan peduli. Sebelum mereka berangkat, Almira berdandan secepat mungkin agar tidak tertinggal, setelah selesai barulah ia menunggu di ruang tengah. "Aku ikut dong, aku juga bosan dirumah," rengek Almira menghampiri Maya dan Boy. "Jangan mulai deh Al," tegur Boy kesal. "Aku bosan sekali, boleh ya sekali-kali ikut, aku udah dandan loh, sayang dong kalau dirumah aja," rengek Almira tanpa merasa sungkan dengan Maya. "Ada ya didunia ini wanita macam kamu, gak tau diri!" sindir Maya. "Heh!! Jan
Setelah operasi berjalan dengan lancar, kini Almira sudah kembali ke kamar inap, tanpa ia sadari jika disana ia ditemani oleh mamahnya, bukan lagi dengan Boy. "Ma.. Mamah?" ucap Almira kaget dengan suara lirih karena efek bius akibat operasi. "Bagus kamu ya, diam-diam keluar dari rumah taunya hamil! Anak siapa yang kamu kandung, ha?" bentak Ika sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. "Mamah tau dari siapa?" tanya Almira. "Tau dari dokternya, mamah yang mengambil keputusan buat menyelamatkan kamu ketimbang anak tak jelas siapa bapaknya!" bentak Ika. "Mah.." ucap Almira ingin berteriak namun tak punya tenaga sama sekali, alhasil perutnya merasa sangat kesakitan. Melihat Almira merintih kesakitan membuat Ika tak tega, ia membantu Almira dengan membaringkan anaknya. Dalam hati ada rasa penyesalan mengapa ia tak bisa sabar dan menunggu anaknya lekas sembuh dulu, namun memang semua ini terlalu mendadak untuknya, Almira belum
Hari demi hari telah dilewati Almira dengan baik bahkan ia menunjukkan peningkatan yang signifikan, setelah dirasa semuanya baik, besok akhirnya Almira diperbolehkan pulang. "Alhamdulillah mah besok Almira sudah boleh pulang," ucap Almira senang. "Mau pulang kemana?" tanya Ika ketus. "Pulang ke rumah mah," jawab Almira. "Setelah kamu lempar kotoran ke muka mamah, sekarang masih ingin pulang? Kemana kamu selama ini? Kenapa kamu sembunyikan kehamilanmu? Kenapa tidak bercerita pada mamah? Sebenarnya kau anggap apa mamahmu ini? Ha??" cecar Ika mengeluarkan semua keluh kesahnya. "Mah.. Almira ingin sekali cerita sama mamah tapi menunggu waktu yang tepat mah, tujuan Almira pergi dari rumah bukan untuk lari dari masalah, namun Almira mencari aman mah," ucap Almira sendu. "Apa katamu? Cari aman? Mencari keamanan dengan siapa yang kau maksud?" tanya Ika penasaran. "Dengan Boy mah, selama ini Almira tinggal d
Hari ini Boy juga Maya berencana untuk liburan bersama ke pulau dewata Bali, disana Boy akan mengungkapkan isi hatinya kepada Maya. Kali ini Boy sudah merencanakan semuanya dengan matang dan Boy berharap semua berjalan dengan manis dan lancar. "Pagi May," sapa Boy melihat muka bantal istri kontraknya yang menggemaskan. "Pagi juga," jawab Maya lalu menguap. "Hari ini ada kejutan untukmu," ucap Boy mengedipkan mata. "Kejutan? Apa?" tanya Maya penasaran. "Tadaaaa… ini dia, silahkan di unboxing," jawab Boy memberikan box kecil dengan hiasan pita sebagai pemanis. Ketika Maya membuka isinya, dirinya dibuat heran dengan dua buah tiket yang bertuliskan salah satu hotel yang terkenal mewah di Bali. Lalu Maya menatap Boy sebagai kode agar dijelaskan. "Bingung? Jadi begini, akhir-akhir ini kan keluarga bahkan rumah tangga kita sempat gak baik-baik saja tuh, sekarang semuanya kan sudah selesai satu persatu
Setelah berpelukan cukup lama, baik Boy maupun Maya saling tersipu malu, tak terasa pernikahan kontrak yang mereka jalani berakhir dengan jatuh cinta yang sesungguhnya, memang Maya sudah lama memiliki rasa dengan suami kontraknya itu namun Maya tersadar bahwa antara dirinya dengan Boy bagaikan langit dan bumi yang mana tak akan mungkin bisa bersatu. "Kamu mau membereskan barangmu? Itu lemari untukmu dan sebelah untukku," tanya Boy memecah kesunyian. "Lemarinya besar sekali? Sedangkan aku membawa pakaian hanya sedikit," jawab Maya kebingungan. "Gak papa.. Letakkan saja barangmu disana, kita bisa disini selama yang kamu mau," ucap Boy tersenyum manis. "Benarkah? Lalu kerjaanmu bagaimana?" tanya Maya memastikan. "Kamu lupa kalau suamimu ini bos bahkan suamimu ini punya banyak orang kepercayaan yang bisa kapan saja handel perusahaan, sekali-kali seorang bos gak harus bekerja terus dong, ada anak buah gunanya buat apa? Toh mereka jug
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san