"Dari kampung oma," jawab Maya lirih seraya menunduk. "Loh memang kenapa kalau dari kampung? Haruskah itu membuatmu malu?" tanya oma heran. "Maya takut nanti oma menjadi malu dan mengira jika suami Maya sudah membuat nama keluarga besar buruk," jawab Maya membuat Oma tertawa keras. "Membuat nama keluarga besar menjadi buruk? Haha.. Kamu mendapat kata-kata itu darimana? Margareth? Masih belum hilang juga sikap arogannya?" cecar oma. "Ti..tidak kok oma," jawab Maya terbata. "Sudahlah oma lebih kenal siapa mertuamu itu, dia seharusnya yang tidak pantas berada di keluarga ini," ucap oma terdengar penuh penekanan dan menyimpan sebuah rahasia. "Maksud oma?" tanya Maya tak mengerti. "Ini rahasia besar yang sudah waktunya oma bongkar semuanya, sudah cukup selama ini anak saya bersama dengan wanita ular," ucap oma geram. Melihat ekspresi amarah diwajah oma Puspa membuat Maya enggan untuk bertanya lebih, lagian ini menyangkut masalah pribadi keluarga suaminya. Maya tak mau ikut campur t
Hari ini Maya merasa sangat suntuk sekali lantaran tak ada kegiatan yang bisa dilakukan, sebenarnya dia ingin bekerja namun apakah nanti dibolehkan oleh suaminya itu. Kebetulan sekali ketika Maya sedang berjalan ke ruang tengah, ia melihat oma Puspa sedang membaca majalah dengan ditemani secangkir cokelat panas. "Hai Oma, Maya ganggu gak?" sapa Maya. "Tidak sayang, duduklah, oma juga senang jika ada yang menemani," jawab oma dengan senyum ramah. "Makasih oma, oh iya emangnya oma suka sekali baca majalah ya?" tanya Maya. "Iya.. Dari dulu oma suka membaca, terlebih majalah fashion, jadi ya meskipun oma sudah berumur tapi tetap harus fashionable dong," jawab oma. Melihat ekspresi yang diberikan oma membuat Maya tertawa kecil, ia merasa oma tidak seperti keluarga suaminya yang cenderung serius dan kaku. "Oma ternyata bisa melawak ya?" tanya Maya sembari tertawa kecil. "Bisa lah, oma ini sudah tua bahkan umur oma sudah tidak muda lagi, kalau oma mengisi hari-hari dengan marah, emos
Dari awal kedatangan oma ke rumah ini sudah membuat Maya merasa heran, setau Maya dimana-mana orang tua akan pulang ke rumah anaknya terlebih dahulu, sedangkan yang dilakukan oma justru sebaliknya, oma lebih memilih pulang ke rumah cucunya, baru beberapa hari kemudian oma meminta untuk diantarkan kemari. Aneh bukan? Rupanya oma tidak suka dengan Margareth, namun apa yang mendasari oma sampai tidak menyukai Margareth?? Sebuah tanda tanya besar ada dipikiran Maya. Tidak mungkin kesalahan kecil dan sepele membuat oma Puspa segitu marahnya, pasti ada sesuatu yang besar dan berakibat fatal yang sudah dilakukan Margareth. "Kamu tau kan kalau oma tidak suka sama mertuamu dari awal dia ingin dinikahi anakku, perasaan seorang ibu sangatlah kuat May, ketika Bowo memperkenalkan Margareth untuk jadi pendamping hidup, seketika oma menentang keras karena oma memiliki firasat tidak enak sama Margareth. Bowo terlalu keras kepala dan mengancam akan kabur dari rumah serta tidak mau mengurus perusahaan
Episode 57- NASIB MARGARETH Melihat amarah yang luar biasa diwajah anaknya membuat oma Puspa juga merasakan hal yang sama, perempuan yang dulu ditentang keras olehnya kini kembali menoreh luka, oma Puspa sampai tak habis pikir dengan menantunya itu, kurang apa anaknya selama ini? Kemewahan, hidup enak, kesetiaan diberikan oleh anaknya tanpa cuma-cuma, anaknya sungguh mencintai Margareth dengan tulus, namun apa yang diterima oleh anaknya? Luka dan penghianatan. "Bawa parasit ini ke mansion, pastikan dia tidak kabur!" perintah oma Puspa lalu berjalan keluar dari tempat maksiat ini. Seumur hidupnya, baru kali ini ia menginjakkan kakinya ke tempat yang penuh akan kemaksiatan ini. Andai mereka terlambat sedikit saja, entah apa yang akan dilakukan menantu dan pria parasit itu. Sesampainya di mansion, Bowo kembali menyeret istrinya dengan brutal dan Margareth tak henti berteriak kesakitan, kebisingan itu membuat Boy juga Maya terganggu dan merasa penasaran lalu mereka sepakat untuk turun
Didalam kamar tak hentinya Bowo menginterogasi istrinya dengan pria itu dan berulang kali juga Margareth selalu mengelak dan memiliki berbagai macam alasan. "Aku tanya sekali lagi, siapa pria yang bersamamu dan hubungan kalian sudah sejauh apa?" tanya Luis penuh penekanan dengan tatapan tajam. "SUDAH AKU JAWAB BERULANG KALI JUGA JIKA DIANTARA AKU DENGANNYA TIDAK ADA HUBUNGAN APAPUN, KAMI TIDAK SENGAJA BERTEMU DISANA LALU DIA MENAWARKAN DIRI UNTUK MENEMANI DAN MEMPERKENALKAN MINUMAN LAKNAT ITU, BARU SAJA AKU MENCOBANYA SEDIKIT TAPI KALIAN SUDAH DATANG MEMBUAT KACAU SEGALANYA, AKU MALU SEKALI!!! MALU!!!" bentak Margareth membela diri. "MINUMAN LAKNAT? HAHAHA.. NYATANYA KAMU MENIKMATI MINUMAN ITU, JIKA KAMU BARU PERTAMA MENCOBA HARUSNYA KAMU MEMBERIKAN REAKSI MUAL ATAU BAHKAN MUTAH, SEDANGKAN TADI? KAMU DENGAN LELUASA MEMINUMNYA HINGGA TANDAS, AKU TIDAK BODOH MARGARETH!!!" bentak Bowo. "KALAU KAMU TIDAK BODOH KENAPA SIKAPMU TADI SEPERTI ORANG BODOH, HA!!! APA KAMU GAK MEMIKIRKAN HARG
Roy sudah dibawa oleh orang suruhan oma Puspa di sebuah gudang yang jauh dari pemukiman, disana hanya ada satu bangunan villa megah namun sudah tidak terawat, kesan angker tersemat pada tempat itu. Roy yang melihatnya saja bergidik ngeri dan jujur saja perasaannya sangat gelisah, akankah ia berakhir menyedihkan ditempat ini? Ataukah nanti ia akan di buang untuk santapan hewan buas yang menghuni rumah ini. "Duduk!!" perintah orang suruhan oma Puspa lalu mengikat tangan dan kaki Roy dengan sangat kencang. "APA YANG MAU KALIAN LAKUKAN?" bentak Roy marah. "Lihat saja nanti!! Diam dan jangan berisik," ucap orang suruhan Oma Puspa sambil tersenyum smirk lalu meninggalkan Roy seorang diri di ruangan yang sangat pengap dengan lampu remang-remang. Lalu orang suruhan itu menghubungi oma Puspa untuk mengkonfirmasi jika target sudah tiba di lokasi. Kebetulan oma juga sedang perjalanan menuju kesana dengan supir pribadi Boy. Membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai disana dan setibanya disana, oma
Boy juga Bowo khawatir karena tidak melihat oma Puspa setelah kejadian tadi, berulang kali ponsel oma dihubungi namun tak juga diangkat. Perasaan khawatir juga cemas menyelimuti mereka apalagi hari hampir pagi, pukul 04.00 WIB oma belum juga pulang. Mereka takut terjadi sesuatu dengan oma Puspa. Boy memanggil beberapa pekerja dan menanyakan apakah mereka tau dimana oma Puspa, kebetulan salah satu pembantu ada yang tau kepergian oma dengan supir pribadi Boy. Hal yang sangat mengejutkan bagi Boy, untuk apa oma pergi ditengah malam bahkan sampai menjelang pagi belum juga pulang?? Berulang kali Boy mencoba menghubungi supir pribadinya namun sama saja, ponsel supir pribadinya juga tidak aktif. Sebuah kebetulan yang sangat mengkhawatirkan, pikiran yang tidak-tidak melayang bebas dipikiran Boy juga papahnya. Melihat raut gelisah diwajah Boy juga papah mertuanya membuat Maya harus bisa menenangkan, berbagai cara Maya coba untuk mencairkan suasana namun sayang sekali hal tersebut tidak memp
"Duh aku harus tidur dimana nih? Mana yang yang ada dikantong dikit doang, laper lagi," batin Margareth gelisah. Sepertinya kegelisahan yang dirasakan Margareth terbaca oleh sopir taksi yang ditumpanginya, apalagi ini sudah pagi hari namun Margareth tak juga menunjukkan mau kemana. "Bu, ini jadinya mau kemana?" Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Margareth kebingungan, apa iya dirinya harus pulang ke rumah orang tuanya? Semoga saja mereka masih mau menerima. "Ke Jalan Flamboyan blok B nomor 5 ya pak," "Baik bu," jawab supir taksi lalu melajukan mobil dengan perlahan. Tepat dirumah orang tuanya Margareth, ia turun dengan perasaan gelisah, bimbang dan juga takut, semua perkataan yang dulu pernah dilontarkan pada keluarganya sekarang harus ia telan bulat-bulat dan mengikis rasa malu. Rumah orang tuanya masih sama ketika terakhir kali Margareth menginjakkan kaki di sini, apalagi sekarang ada beberapa bunga dan tanaman hias yang membuat rumah orang tuanya semakin hidup dan asri. "
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san