Melihat suaminya berada di luar dan kemungkinan sebentar lagi akan mengetuk pintu, membuat Margareth menjadi cemas. Ia takut suaminya sengaja datang kemari untuk memakinya. Benar saja, baru juga Margareth menduga, kini suara ketukan pintu terdengar. Margareth bingung harus bersikap bagaimana apalagi masalah yang sedang mereka hadapi sangatlah pelik. Antara membukakan pintu atau membiarkan membuat Margareth bimbang, sebelum suaminya mengetuk pintu, Margareth sempat mundur beberapa langkah namun setelah itu Margareth kembali maju karena mau gak mau suaminya harus segera ditemui. Hampir saja Margareth ingin membukakan pintu, terdengar suara Ella menanyakan Bowo. "Maaf nih pak, anda siapa ya dan kenapa dari tadi saya dengarkan anda mengetuk pintu rumah ibu Margareth? Ada keperluan apa?" tanya Ella penasaran. "Perkenalkan saya Bowo Yudhistira, saya suami dari ibu Margareth Yudhistira, saya datang kesini ingin bertemu dengannya," jawab Bowo dengan tenang dan senyum. "Astaga.. Pria tampa
Hari yang sudah ditunggu pun telah tiba, kebetulan hari ini adalah hari ulang tahun Margareth dan Bowo berencana ingin mengadakan acara kecil-kecilan yang dihadiri keluarga inti saja, berarti nanti di pesta ulang tahun Margareth kedatangan Maya juga Boy. Oma Puspa sudah tidak sabar untuk membuka tuntas semua aib menantunya itu, sungguh sangat memuakkan selama ini ia pendam aib menantunya seorang diri. Kalau bukan karena keutuhan rumah tangga anaknya, mana mau oma Puspa memilih menyimpan aib busuk Margareth. Sama saja dirinya melindungi dan mendukung aksi keji Margareth selama ini. Pesta diadakan cukup meriah dan keluarga pun datang tanpa ada satu pun yang absen. Boy tak hentinya mengucap syukur karena orang tuanya kembali utuh, hatinya sungguh bahagia. Dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya kalau kedua orang tua yang selalu terlihat harmonis itu tiba-tiba bercerai, membayangkan sudah cukup menyakitkan bagi Boy.
"Kemauan? Kamu bertanya apa mau saya? Simpel saja, katakan dengan jujur semua bukti yang sudah saya pegang, klarifikasi semuanya, jangan lagi main kucing-kucingan dengan anak saya, kasihan dia, setia dengan wanita yang salah dan tak tau rasa bersyukur!" sindir oma Puspa penuh penekanan. "Tapi itu semua tidak benar, ini fitnah!" tolak Margareth dengan badan bergetar. "Hahaha fitnah? Perlu saya panggil Roy kesini?" tantang oma Puspa dan Margareth kaget bukan main. Jika Roy nantinya datang kesini, kesempatan untuk mengelak semuanya sirna sudah, ia sudah pasti jatuh miskin. Tak ada ampun lagi untuknya, ya itu sudah pasti. Ia tidak mau kembali hidup susah. "Jika dari awal saya bilang tidak berarti ya tidak mom, tolong jangan terus menerus memaksa saya mengatakan apa yang sebenarnya tidak benar," protes Margareth. "Baiklah.. See," jawab Margareth menelpon seseorang, hati Margareth semakin gelisah, ia tak tau siapa yang sedang ditelpon mertuanya itu. Kalau pun Roy, ya mana mungkin? Lal
Sudah sepekan Bowo dirawat dirumah sakit dan kian hari kondisinya semakin memburuk, semua keluarga sangat cemas dengan Bowo. Margareth juga tak kalah cemas nya karena penyebab suaminya seperti ini karena dirinya. Yang diharapkan Margareth ialah jangan sampai oma Puspa tau ini, ia tidak mau angkat kaki dari rumah mewah yang sudah mengangkat derajatnya. Bowo kembali ke rumah sakit dan oma Puspa melayangkan tuduhan seperti itu malah membuat Boy kini menjaga jarak dengan mamahnya sendiri, rasa kecewa dan sedih melanda diri Boy. Kecewa karena mamahnya tak sebaik yang ia kira, padahal selama ini Boy menjalani rumah tangga berpacu pada keharmonisan kedua orang tuanya, ya meskipun disadari olehnya jika pernikahan yang dijalani hanyalah sebuah kontrak. "Boy.. Kamu marah sama mamah?" tanya Margareth sedih. "Pikir sendiri mah, tolong beri ruang antara aku dengan papah," jawab Boy ketus dan Margareth tak bisa berbuat lebih, ia membiarkan anaknya bers
Dahulu kala, sebelum Margareth menikah dengan Bowo dan masuk ke dalam keluarga Yudhistira, Margareth sudah menjalin kasih dengan pria yang sangat ia sayangi, yaitu Roy. Bahkan dirinya sampai kehilangan akal sehat dengan menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginan kekasihnya itu, memang Roy dari keluarga berada namun semua harta yang ia miliki dirampas oleh mamah tirinya yang ternyata dia adalah Puspa. Mertua Margareth saat ini, dahulu papahnya Roy ditinggal meninggal oleh istrinya karena sakit jantung. Hingga akhirnya beberapa tahun kemudian papahnya Roy memperkenalkan wanita yang disebut akan menjadi pengganti mamahnya, waktu itu usia Roy masih berusia 7 tahun. Penolakan yang dilakukan Roy tak membuat papahnya goyah dan tetap menikahi Puspa yang notabene seorang janda tanpa anak. Di usia pernikahan yang ke 2 tahun akhirnya Puspa dinyatakan hamil, rasa bahagia menyelimuti mereka namun tidak dengan Roy, kabar mamah tirinya hamil lagi semakin membuatnya membenci Puspa, ia takut k
Semua perkataan Margareth benar adanya, ketika resmi menikah dan menjadi nyonya Yudhistira hidupnya penuh kebebasan, Bowo membebaskan istrinya untuk melakukan apapun yang disuka asalkan tidak melewati batas. Sebenarnya Bowo memang pria yang bertanggung jawab juga baik, apalagi setiap hari selalu saja ada yang membuat hati Margareth bahagia. Banyak cara yang dilakukan Bowo untuk menyenangkan hati istrinya. Tak mau menunda kehamilan terlalu lama, Margareth positif hamil, kabar membahagiakan itu membuat seluruh keluarga Yudhistira bahagia, namun tidak dengan Puspa. Ia memiliki firasat lain jika menantunya itu ada hubungan dengan yang lain, benar saja, Puspa meminta bantuan orang kepercayaannya untuk mencari tau apakah menantunya ada main api? Tanpa butuh waktu lama orang kepercayaan Puspa memberi kabar jika dalam waktu dekat ini Margareth kedapatan berjalan dengan seorang pria. "Margareth.. Sini," panggil Puspa yang sedang berjalan di batu kerikil kolam ikan. "Iya mom," jawab Margare
Flashback masa lalu orang tua Roy. Hari ini menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi Roy juga papahnya karena telah kehilangan wanita sebaik dan sesabar mamahnya Roy, Mitha. Beberapa bulan sebelumnya Mitha sempat mengeluh sakit dibagian dada, tepatnya jantung bahkan untuk bernafas pun rasanya sesak sekali, semakin lama rasanya semakin sesak hingga Mitha tak sanggup lagi menahannya. Akhirnya dengan paksaan papahnya Roy, Rudi barulah Mitha mau dibawa ke rumah sakit. Disana baru terungkap semuanya jika selama ini Mitha mengidap jantung bahkan saat ini kondisinya sangat kritis, dokter pun menyarankan untuk dipasangkan ring pada jantung Mitha, awalnya Rudi menolak keras, ia tak bisa membayangkan bagaimana nanti sakitnya jika setiap bernafas harus tertahan oleh ring, namun semua ini sudah keputusan final, tak ada pilihan lain, jadi dengan terpaksa Rudi menyetujui. Proses pemasangan ring berjalan dengan lancar, kini kondisi Mitha sudah membaik bahkan bisa berkomunikasi dengan lancar, han
"Melihat sikap Puspa yang semakin hari semakin buruk bahkan terpampang jelas jika ia hanya mengincar hartaku saja, setidaknya aku harus waspada dan melangkah lebih cepat, aku harus menyelamatkan harta yang sudah susah payah aku kumpulkan, jangan sampai habis ditangan wanita itu, ada Roy yang lebih berhak menerima, karena semua kekayaan ini ada sebelum menikah dengan Puspa," batin Rudi. Disaat yang sama, Puspa menggeledah ruang kerja suaminya untuk mencari berkas penting seperti sertifikat rumah, buku tabungan, deposito dan benda berharga lainnya, setidaknya harus dia duluan yang mendapatkannya sebelum Rudi menyadari, Puspa harus bergerak lebih cepat untuk mengubah semua aset milik Rudi menjadi miliknya dan nantinya akan diwariskan pada Bowo. "Aku gak mau menjadi janda miskin, dulu memang kehidupanku pas-pasan namun jangan sampai terjadi pada anakku, dia harus hidup enak meskipun harus dengan cara licik, toh saat ini aku istrinya jadi aku berha
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san