Share

Berkah Sedekah

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-25 11:06:20

"Nin, di depan ada tamu." Hanin yang sedang menemani Dipta bermain mengerutkan kening.

"Siapa, Bu?"

"Entahlah, Nin. Katanya ingin bertemu kamu." Mbok Ti duduk di sebelah Hanin.

Hanin tampak berpikir sejenak. Siapa yang bertamu hari minggu? Warung tutup. Dia memang libur setiap sabtu dan minggu, mengikuti hari kerja. Karena memang sasaran pasar warungnya adalah karyawan kantor yang berlokasi di sekitar sana.

"Titip Dipta dulu ya, Bu." Wanita itu akhirnya berdiri, bergegas mengambil jilbab yang dia letakkan di sandaran sofa.

"Umi … Mimimi …." Dipta yang melihat Ibunya seperti akan meninggalkannya langsung bereaksi.

"Dipta, anak shalehnya umi. Di sini sebentar sama nenek, ya?" Hanin sedikit membungkuk, mensejajarkan tingginya dengan badan Dipta.

Bayi berusia sebelas bulan itu mengangguk, sejenak kemudian menggeleng. Membuat Hanin dan Mbok Ti tertawa geli melihat tingkahnya yang menggemaskan.

Dipta sedang lucu-lucunya. Ada-ada saja tingkahnya yang mengundang tawa. Bayi laki-laki itu sudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dini Haryudinita
Bagusss jln ceritanya
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Alhamdulillah .itu jum'at berkah dn juga jadi jualan nya jadi berkah selalu ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Kerjasama Katering

    "Jum'at kemarin, Halim menyampaikan idenya pada tim kami, kemudian langsung kami usulkan pada atasan dan sudah disetujui. Kalau Mbak Hanin tidak keberatan, kami bermaksud ingin menjadi penyumbang tetap untuk kegiatan yang biasa Mbak Hanin lakukan." Sambungnya."Masya Allah." Hanin menutup mulutnya karena terkejut."Kalau mbak Hanin setuju, setiap rabu kami akan mengantarkan biayanya agar kamis Mbak Hanin bisa berbelanja kebutuhan. Dari kami berencana menyumbang dua juta lima ratus setiap minggunya." Halim ikut membantu Arni memberikan penjelasan. Hanin hanya mengangguk-angguk. Antara terkejut dan bersyukur, wanita itu masih berusaha mencerna semua informasi. "Kira-kira bagaimana, Mbak Hanin?" tanya lelaki itu."Alhamdulillah Mbak Arni dan Mas Halim. Tentu saja saya setuju." Hanin tersenyum menanggapi pertanyaan dari Halim."Perihal apa yang membuat saya harus menolak orang yang ingin berbuat baik?"Ucapan Hanin disambut dengan tawa oleh kedua tamunya. "Untuk menyumbang kami member

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Tak Seindah Harapan

    Sita membanting pintu kamar dengan keras kemudian meletakkan laptop dan tas tangannya di atas meja.Wanita cantik itu terlihat sangat kesal.Dimas yang sedang duduk di kasur hanya melirik Sita dengan ujung mata. Lelaki itu menarik napas panjang. Kemudian kembali sibuk dengan ponselnya."Mana Rindu?""Sudah tidur.""Sudah kubilang jangan tidurkan dulu dia sebelum aku pulang! Harus berapa kali kukatakan, Mas?!"Dimas mendengus. Sedikit enggan dia mengalihkan pandangan dari ponselnya. Lelaki itu kemudian menatap istrinya yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang."Kau lihat sekarang sudah jam berapa, Ta?" Dimas menunjuk pada jam dinding berwarna silver dengan bentuk yang sangat unik."Ini sudah hampir jam sepuluh malam! Besok Rindu harus masuk sekolah pagi. Bukankah kita sudah sepakat paling malam waktu tidur Rindu adalah jam sembilan?" sambung Dimas."Lagi pula, apa saja yang kau kerjakan di kantor? Sudah hampir satu minggu ini kau selalu pulang menjelang jam sepuluh malam." Dimas ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Tak Seindah Harapan (2)

    Sejak saat itulah Sita selalu meributkan hal-hal yang kadang dianggap sepele oleh Dimas. Bahkan wanita itu kadang mengabaikannya tanpa sebab. Apakah luka yang dibuatnya terlalu dalam? Sebesar itukah kesalahannya hingga Sita pantas tak menghormatinya?Bunyi pintu kamar mandi ditutup membuat Dimas membuka mata. Pikirannya yang tadi melayang-layang ke banyak hal telah kembali seutuhnya."Kau sudah makan, Ta?""Sudah. Tadi aku makan di kantor. Delivery." Sita mulai menyalakan pengering rambut. Wajahnya terlihat lebih segar setelah keramas.Dimas menarik napas panjang. Kapan lagi dia bisa menikmati masakan rumahan? Dulu hampir setiap hari dia menikmati masakan Hanin. Wanita itu benar-benar pintar meracik bahan makanan. Lidah Dimas selalu dimanjakan oleh masakan Hanin yang pasti enak.Lelaki itu menatap Sita yang tengah duduk di meja rias. Dia paham, dari dulu Sita tidak bisa memasak, bahkan dari dulu juga sikap Sita kadang sulit dikendalikan. Semua itu terasa ringan saja baginya. Tetapi m

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Gadis-gadis Kampung

    "Mbak Hanin, ini ayam bakarnya kurang lima. Tadi saya hitung jumlahnya seratus lima belas potong." Lili, gadis manis yang baru saja putus sekolah karena kekurangan biaya itu melapor pada Hanin.Hanin yang sedang menumis sayur kangkung menoleh pada Lili. Keningnya berkerut. Bukannya semalam saat Saldi membantu mengungkep ayam jumlahnya sudah pas? Atau adik laki-lakinya itu salah hitung karena sudah mengantuk? Hanin sibuk menduga-duga dalam hatinya."Hen, coba ini dipegang sebentar. Mbak mau lihat ayam bakar." Hanin meminta tolong pada Henti yang sedang memotong sayuran untuk lalap."Mbak, kotaknya dimana? Biar saya lipet-lipet sekarang saja. Saya sudah selesai mengaron nasi." Salma menunjuk kukusan besar dari bambu berisi nasi yang masih mengepul."Coba lihat di depan, tanya Lina. Kalau tidak salah kemarin Mbak taruh di dekat meja prasmanan warung." Hanin menjawab sambil berjalan ke tempat Lili.Ini hari pertama Hanin menyiapkan makanan untuk katering harian di kantor Arni dan Halim. A

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Hanin dan Dimas

    "Sudah beres semua ya ini? Bisa Mbak tinggal?" Tanya Hanin pada ketiga gadis yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing itu."Sudah, Mbak. Ini tumis kangkung juga sudah matang. Setelah ayam bakar Lili matang, kami bisa mulai memasukkan semua dalam kotak yang sedang dilipat Salma." Henti menjawab pertanyaan Hanin.Hanin mengangguk. Wanita itu menyeka keringat dipelipisnya menggunakan sapu tangan yang sengaja dia kantongi."Baiklah kalau begitu. Mbak tinggal ke depan dulu ya? Mau mengecek persiapan warung yang sedang dikerjakan Lina."Lili, Henti dan Salma kompak menggangguk bersamaan. Hanin terkekeh kecil melihat gerakan kepala mereka yang seragam.'Ya Allah, berkahilah semua pekerjaan kami hari ini. Semoga kegiatan ini menjadi jalan rezeki bagi kami semua. Bantu hamba agar bisa meneruskan rezeki darimu pada yang lain melalui hamba.' Hanin membatin sambil menatap ketiga gadis yang sedang bekerja dengan cekatan itu.Wanita itu berhenti sebentar di kamar Dipta saat akan menuju ruang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Makan di Warung Hanin

    "Permisi, Mas. Saya mau bayar." Salah satu pembeli yang baru saja selesai makan menyapa Dimas."Oh, iya, maaf. Silahkan." Dimas sedikit gelagapan mempersilahkan. "Pakai lauk apa tadi, Mbak?" Hanin tersenyum ramah."Biasa." Wanita berbaju kantoran itu tersenyum lebar."Kalau begitu harganya juga biasa." Hanin ikut tersenyum.Pembeli ini salah satu langganan tetapnya. Sejak dia membuka warung enam bulan yang lalu, hampir setiap hari kerja dia makan di warungnya."Ini kembaliannya, Mbak."Pembeli itu mengangguk kemudian berlalu.Hanin sedikit kaku menoleh pada Dimas yang masih berdiri di sebelah meja kasir. Beruntung sebelum kekakuan di antara mereka bertambah, salah satu rekan kerja Dimas menghampiri."Bos, ambil di sana makannya." Lelaki berbaju kemeja warna biru itu memegang pundak Dimas."Maaf ya, Mbak. Teman saya ini biasa makan di resto mahal. Sekalinya kami ajak makan di sini, dia sepertinya agak bingung cara memesan menu." Rekan kerja Dimas terkekeh, yang disambut senyum oleh Ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Saat Teman Memuji Mantan

    "Kamu kenapa, Dim? Begitu mendengar janda langsung merah begitu wajahmu." Reno tertawa lebar."Bro! Tidak mungkinlah Dimas tergoda. Kurang sempurna apa lagi si Sita? Cantik, badannya bagus, pintar, karirnya sukses. Beuh …." Helpin terkekeh menanggapi ucapan Reno."Ah …." Reno melambaikan tangan."Akuilah. Kita-kita ini, sebagai lelaki yang sibuk seharian di kantor, membutuhkan tempat beristirahat saat pulang. Kurang apa si Dimas? Jabatan bagus, gaji besar. Apakah harus Sita bekerja juga?" tanya Reno yang hanya dijawab Dimas dengan mengangkat bahu."Jujurlah, Dim. Pasti istri cantikmu itu tidak bisa melayanimu dengan sepenuh hati, kan? Karena begitu pulang ke rumah, dia juga dalam keadaan lelah," sambung Reno.Dimas hanya diam. Tidak menanggapi omongan Reno. Pura-pura sibuk dengan isi piringnya. Dalam hati dia membenarkan semua omongan rekan kerjanya itu. Dia butuh tempat pulang.Dulu saat pulang dari kantor, ada yang menyambutnya dengan senyuman, menatap penuh kerinduan. Makan malam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Gunjingan di Kantor

    "Baiklah, rapat hari ini kita cukupkan sampai di sini. Masih ada pertanyaan?" Hadyan, General Manager perusahaan Langkah Berjaya mengedarkan pandangan."Pak …." Rani, General Affair perusahaan mengangkat tangan."Ya, Ran?" Hadyan mengangguk."Untuk perwakilan berangkat ke Lombok minggu depan siapa yang dikirim dari perusahaan, Pak? Biar saya siapkan dari sekarang. khawatir penuh penginapan di sana, karena kasus pandemi sudah mulai berkurang. Apalagi acaranya akhir pekan.""Dalam rangka apa itu?" Hadyan mengerutkan kening."Oh, iya." Sedetik kemudian lelaki itu memukul keningnya pelan."Presentasi penawaran ekspor dengan perwakilan cabang luar negeri ya?" Hadyan tertawa kecil.Rani mengangguk sambil tersenyum. Sementara karyawan wanita yang lain "mesem-mesem" melihat Hadyan tertawa.Lelaki itu memang tampan. dia seorang duda yang ditinggal meninggal oleh istrinya tiga tahun lalu. Sejak saat itu Hadyan seolah menutup hati dari lawan jenis. Dia trauma kehilangan. Rasa sakit ditinggalkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28

Bab terbaru

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   TAMAT

    "Lagi mikirin apa, Yang?" Suara lembut Hadyan membuat Hanin mengalihkan pandangan dari bunga sakura yang sedang mekar.Musim Semi.Sepanjang jalan dan taman-taman dipenuhi oleh bunga sakura yang sedang mekar. Bermacam warna menyemarakkan suasana. Merah muda pudar, putih, kuning muda, merah menyala dan masih banyak lagi.Indah.Mata Hanin tidak lepas dari hamparan bunga di depannya. Ini pengalaman pertamanya melihat bunga sakura dan merasakan musim semi di Jepang."Jangan terlalu serius. Nanti dedek di perut ikutan pusing, loh."Hanin tertawa mendengar ucapan Hadyan. Wanita itu mengelus kepala Hadyan yang sedang menciumi perutnya yang masih rata. Kehamilannya baru menginjak usia lima belas minggu."Kamu mau kuliah, Yang?" Hadyan menatap mata Hanin setelah puas "bercengkrama" dengan calon bayi di dalam perut Hanin."Kuliah? Apa aku bisa mendapatkan beasiswa seperti mas?" Hanin mengernyitkan keningnya."Biaya tidak masalah. Toh bisnis resto kita di Indonesia sebentar lagi akan peresmian

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Akhir yang Tragis

    Hujan gerimis mengiringi pemakaman Dimas. Payung-payung hitam bertebaran memenuhi area pemakaman. Tepat sebelum papan penutup kuburan diletakkan, rekaman suara Dimas telah terkirim ke nomor telepon Hanin di Jepang.Saldi dan Mbok Ti ikut mengantar Dimas ke peristirahatan terakhirnya. Saldi akhirnya bersedia mengirimkan rekaman suara yang berisi permintaan maaf Dimas kepada kakaknya.Isak tangis terus terdengar dari Mama Desi. Wanita itu beberapa kali pingsan saat proses pemakaman Dimas. Pun dengan Rindu. Mata gadis remaja itu terlihat sembab. Dia berusaha keras agar terlihat tabah. Semua demi ibunya, Sita.Perlahan Rindu mulai mengerti apa yang terjadi pada ibunya. Meski begitu, dia tidak membenci Sita. Walau bagaimana pun, dia pernah merasakan Sita sangat menyayanginya. Rasa sayang pada ibunya tidak berkurang sedikit pun, walau dia tahu kadang Sita tak bisa mengenalinya."Mas Dimas." Sita berbisik lirih.Rindu memeluk ibunya. Ini pertama kali Sita bersuara sejak mengetahui Dimas tela

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Wafat

    "Pakai hatimu, Sal. Apakah masih pantas disaat seperti ini kau membahas kesalahan Dimas? Dimas sekarat! Dimana hati kalian hingga tega menghukum orang yang sudah tidak berdaya?" Papa Roy akhirnya bersuara. Telinganya panas mendengar anaknya terus menjadi bulan-bulanan Saldi sejak tadi."Jangan bicara masalah hati, Pak Roy. Perlu saya ambil kaca agar kalian tahu siapa yang lebih tega? Dimana hati kalian saat melihat anakku dicampakkan dalam keadaan hamil besar? Susah payah dia hadir di persidangan, berharap hati Dimas terketuk melihat perutnya yang membuncit!" Mbok Ti mengusap air matanya yang mengalir."Itu masa lalu! Dimas dan Hanin bahkan sudah berdamai. Tidak perlu diungkit lagi! Apa susahnya hanya berbicara melalui telepon?" Papa Roy mengepalkan tangan."Ini bukan perkara susah atau mudah, Om." Saldi menggeleng tidak percaya."Saya kira anda bisa berpikir lebih dewasa. Ternyata sikap kekanakan Mas Dimas menurun dari anda." Saldi tertawa kecil."Ini masalah perasaan. Apakah kalian

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Dimana Hati Kalian?

    "Kecelakaan tunggal yang terjadi pada hari Selasa, sekitar jam setengah sembilan malam di Daan Mogot, menyebabkan pengemudinya koma dan masih belum sadarkan diri hingga saat ini.""Nasib tragis menimpa rumah tangga D Dan S. D yang saat ini koma, dulunya seorang karyawan di salah satu perusahaan ternama sebagai kepala divisi IT sebelum mengalami kecelakaan tunggal selasa lalu. Sementara istrinya, S, pernah menjabat sebagai General Manager di salah satu perusahaan sebelum kini mengalami gangguan jiwa.Pasangan yang seharusnya sangat ideal andai semua musibah tidak terjadi. Apakah ini karma karena mereka membangun rumah tangga di atas tangis seorang istri yang tengah membawa titipan di rahimnya?"Kecelakaan yang dialami Dimas menjadi pemberitaan nasional baik di televisi maupun media cetak. Bagaimana tidak, setelah video viral Sita melabrak Hanin beberapa tahun yang lalu mendapat reaksi yang sangat meledak di masyarakat.Kini, berita tentang kecelakaan yang dialami Dimas serta Sita yan

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Tragedi Menyakitkan

    "Siapa kamu, datang dan pergi sesukamu? Kakak dan keponakanku bukan mainan. Kau tinggalkan saat bosan, kemudian kau datangi lagi saat kau ingin memainkannya." Suara Saldi terdengar berat. Membuat Dimas mengerutkan keningnya. "Kau tahu? Dipta sakit berhari-hari karena kehilangan sosok yang sangat ingin diakui sebagai ayah. Apa kau benar-benar tidak ada waktu walau hanya sekedar melakukan panggilan video barang sejenak? Anak lelaki itu merindukan kehangatan pelukan dan senda gurau seorang ayah. Tetapi, kau dimana? Kau abai dengan hal itu. Entah lupa atau sengaja melupakan. Hanya Allah yang maha mengetahui rahasia hati.""Aku minta maaf untuk semua itu, Sal. Aku datang kemari berusaha untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah kulakukan pada kakakmu dan Dipta.""Apa yang ingin kau perbaiki? Semua sudah terlanjur rusak saat kau torehkan luka berkali-kali pada hati kakakku. Kau adalah gambaran seorang suami dan seorang ayah yang gagal. Tidak cukup kau sakiti ibunya saat hamil, kau tamb

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Mendatangi Rumah Hanin

    "Kalian boleh tutup mulut serapat mungkin. Tetapi kupastikan aku akan mengusut tuntas kasus ini! Tidak akan hidup tenang orang yang sudah membuat hidup istriku hancur!" Dimas menatap sekitar.Rani langsung menarik Dimas keluar dari ruangan. Dia tidak mau suami sahabatnya itu semakin berbicara yang tidak-tidak."Dim, lebih baik fokus saja pada pengobatan Sita. Sudahi semua hal yang membuat keributan ini. Hal ini bisa memperburuk kondisi Sita."Dimas berdecak sebal saat mendengar omongan Rani."Beri aku gambaran orang seperti apa Hadyan, Ran.""Hah?! Hadyan?" Rani bingung kenapa tiba-tiba Dimas membahas Hadyan."Ada kemungkinan dia terlibat dalam menyabotase Sita dengan menyebarkan video itu. Kata Levy, Hadyan mengetahui perihal video itu sebelum tersebar. Sebagai seorang atasan, seharusnya dia memerintahkan pada bawahannya untuk menghapus video itu. Anehnya lagi, lelaki itu memilih tutup mulut saat Sita mengamuk dan menuduh Hanin yang menyebarkankannya."Rani menggeleng sambil menarik

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Melabrak Hadyan

    "Bu Levy, ada tamu." Security memberitahu Levy yang sedang sibuk dengan setumpuk dokumen dan laptop di depannya."Tamu? Siapa, Pak?" Levy mengernyitkan kening sambil melirik jam di tangannya. Siapa yang bertamu sesore ini? Sepuluh menit lagi bahkan adzan maghrib akan berkumandang."Namanya Pak Dimas, katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Orangnya menunggu di ruang tunggu tamu." Security menjawab sambil pamit undur diri.Levy mengangguk pada security. Hatinya mendadak sedikit ciut. Ada apa gerangan Dimas kemari? Apa benar lelaki itu tahu dia yang pertama kali menyebarkan video Sita melabrak Hanin di warung?"Levy?"Levy terkejut saat mendengar ada yang menyebut namanya"Eh, Dim?" Sedikit tergagap dia mengangkat kepala, menatap Dimas yang tiba-tiba sudah berdiri di depan mejanya."Bisa bicara sebentar?" Dimas bertanya dengan tatapan tajam."Maaf. Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." Levy meletakkan tangan pada tumpukan dokumen di atas meja "Ini hal penting.""Maaf

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Amarah

    "Lebih baik Bu Sita untuk sementara dibawa ke RSJ, Pak. Selain karena kondisinya yang sangat tidak stabil dapat membahayakan dirinya dan orang lain, juga agar saya lebih mudah memonitor respons pasien terhadap pengobatan dan terapi."Setelah berembuk beberapa saat, mereka mengambil keputusan untuk sementara Sita akan dirawat di rumah saja. Mereka akan meningkatkan penjagaan agar wanita itu tidak melakukan hal-hal yang membahayakan."Awas saja kalah kau sampai kembali pada Hanin, Mas! AKU AKAN MENCINCANG WANITA MISKIN ITU DENGAN KEDUA TANGANKU!"Sontak semua yang ada di kamar terkejut. Sita yang tadinya diam dan terlihat sangat terkendali saat ada psikiater yang datang mendadak kumat lagi.Entah mengapa, sepertinya rumah ini menyayat kembali lukanya yang mulai sembuh beberapa waktu yang lalu. Trauma itu sempurna kembali. Menelikung dan mempengaruhi alam bawah sadar Sita.Wanita itu mengamuk membabi buta. Menyerang siapa saja yang mencoba menahan gerakannya. Dia bahkan mencakar tangan R

  • KAU RUJUK AKU MERAJUK   Keributan

    "Ta." Bu Rita langsung maju dan memeluk Sita yang terlihat sangat kalap. Dia memberontak, berusaha melepaskan diri dari pelukan Bu Rita melemparkan bantal dan menghempas-hempaskan tubuhnya di ranjang.Dimas langsung menghubungi psikiater yang dulu merekomendasikan Sita agar menjalani pengobatan jauh dari tempat yang bisa membangkitkan traumanya. Sementara Mama Desi memeluk Rindu yang menangis sesenggukan melihat keadaan ibunya."Mohon maaf menyebabkan keributan ya, Pak, Bu." Mama Desi sekilas menangkap suara Papa Roy. Tadi memang terdengar ada yang mengucap salam. Mungkin tetangga yang merasa terganggu karena teriakan Sita."Pak Roy kapan pulang? Itu kenapa teriak-teriak?" Salah satu tetangga bertanya. Ada sekitar lima orang bapak-bapak dan ibu-ibu yang berkerumun di depan rumah. Mereka heran karena rumah yang setahu mereka kosong selama beberapa bulan ini, mendadak menjadi ramai karena suara teriakan."Baru saja sampai, Pak." Papa Roy menjawab sambil tersenyum."Sita masih gila ya?"

DMCA.com Protection Status