"Apa?! Yang benar kamu, Fio!" Mayang menyemburkan minuman yang sudah masuk ke dalam mulutnya ke arah Fahri.Lagi-lagi Fahri kedapatan sialnya gara-gara membahas perihal Ayra si mantan istri yang pernah mengisi hidupnya beberapa tahun kemarin. "Astaga kenapa setiap ada adegan sembur menyembur selalu ke aku sih arahnya. Kenapa gak sekalian sambil komat kamit mbah dukun baca mantra. Ups. Kok malah nyanyi sih!" Fahri bergumam sembari menepuk pelan bibirnya itu. Hampir saja Fiona tergelak jika tidak ingat ada Mayang yang sudah memerah wajahnya di hadapannya itu. "Hust, kamu ini sembarangan aja kalau ngomong. Minta maaf sana!" sentak Fiona sembari melotot ke arah Fahri. Fahri pun hanya cengar-cengir dan garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Hehehe maaf ya, Tante, Fahri hanya bergurau saja jangan dimasukkan ke hati ya, Tan, rapi boleh ko masukin ke jantung. Eh." ". Kamu nemu dia di mana sih, Fio? Kok modelnya absurd begitu. Kamu itu cantik, kaya juga berpendidikan tapi kenapa mau-mauny
Setelah dirasa mereka mendapatkan ide cemerlang sunggingan senyuman sinis pun terbit di bibir mereka masing-masing. ***Tiga bulan sudah berlalu, dan jadwal pernikahan antara Ayra dan Ibra akan segera digelar. Ibra sangat antusias sekali dengan acara yang akan membuatnya menjadi raja dan ratu sehari nanti. Ibra sudah tidak sabar menanti hari itu tiba. Di mana hari yang akan membuat statusnya dari duda abadi berubah menjadi suami seorang Ayyara Kartika. Dan setelah masa iddah Ayra berakhir, Ibra juga Ayra memutuskan untuk menentukan tanggal pernikahan mereka yang akan digelar sekitar seminggu lagi dari hari ini. "Sayang, kamu sudah siap kan untuk fitting baju hari ini?" tanya Ibra pada Ayra. Sekarang ini keduanya tengah berada di dalam mobil yang sama karen ibra memang sempat menjemput Ayra barusan kar3na sebelumnya mereka sudah berjanjian. "Yups, aku sangat siap. Yaudah yuk berangkat takutnya sudah ditunggu sama yang lain."Ibra tersenyum menanggapi keantusiasan dari Ayra untuk mela
Blush ….Wajah Ayra memerah bak kepiting rebus. Ingin sekali ia menutupinya dengan jas yang tersampir di kursi belakang yang tadi sempat dipakai oleh Ibra. "Hey, kok diam? Benarkan yang aku katakan? Kamu sudah mulai menaruh hati padaku? Oh atau tebakanku ini salah ya? Jadi aku terlalu kepedean ya?" "Eh enggak kok, Mas, apa yang Mas katakan itu adalah benar. Mungkin benar kata pepatah jawa mengatakan witing tresno jalaran soko kulino.""Yah kamu benar. Tapi aku suka sama kamu sejak pertama berjumpa. Jadi kalau sama aku ucapan pepatah itu tidak berlaku bukan?""Jadi selama ini Mas Ibra memata-mataiku?" tanya Ayra dengan polosnya. Hal itu membuat Ibra tergelak hingga ia meneteskan air mata sangking trpingkalnya dengan keluguan Ayra. "Iiihhh kalau saja sudah sah pasti kamu aku uyel-uyel deh." Ibra mencubit kedua pipi Ayra gemas sehingga membuat wanita itu mengerucutkan bibirnya karena kesal. "Mas ini sakit tau! Apaan sih!" "Hahahah maaf-maaf habisnya aku gemes sama kamu. Gini ya Saya
"Tentu saja karena ini." Ibra memainkan jari telunjuk dan jempolnya yang ia gesek dan mengartikan satu kata yakni, duit. Ayra mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum sangat manis sekali. Ia merasa terharu nyatanya ia tidak salah pilih calon suami. Ibra sosok yang sangat bijaksana. Dia tidak pandang bulu dalam menetapkan kebenaran. Ayra benar-benar bersyukur akhirnya dipertemukan oleh Ibra dan sebentar lagi akan menyandang status sebagai istrinya. Ayra berharap jka ia benar-benar berjodoh dengan Ibra. "Terus kan Fiona ini anak kamu yah. Jadi, sudah barang tentu dong kalau kelak ia akan mewariskan harta seluruh milikmu." "Belum tentu." Ucapan Ibra membuat Ayra mengerutkan dahinya. "Maksud kamu? Kalau bukan untuk Fiona lantas untuk siapa lagi? Lagian dia anak kamu jelas harta waris jatuh ke tangan dia.""Tidak harus juga dan tidak wajib. Kaau Fiona mendapatkan harta dari aku bukan warisan namanya tapi hibah.""Eh, kok bisa?""Mungkin kalau kamu tahu kebenarannya kamu akan terkej
"Lho, kamu apa enggak tahu siapa nama kepanjanganku?" Ayra menggeleng karena memang dia tidak tahu nama kepanjangan aslinya Ibra. "Ck! Masa udah calon istri dan sebentar lagi akan menikah masih belum tahu siapa nama asliku.""Nama aslimu Ibrahim Dirgantara kan? Kan kemarin pas di ijab kabulnya Fiona sama Fahri mereka memakai nama itu.""No no no, itu bukan namaku." Ayra semakin mengerutkan dahinya mendengar ucapan Ibra. "Lalu? Siapa memangnya nama kepanjanganmu?""yakin mau tahu?" "Hemm katakanlah, Mas.""Mau tahu aja apa mau rau banget?" "Ck! Mas jangan bercanda dong. Orang lagi serius juga. Buruan ah ngomong kasih tahu yang sebenar-benarnya. Bukankah suami istri tidak boleh ada yang dirahasiakan?""Iya-iya cintaku, my honey bunny sweety. Jadi, nama asliku itu Ibraham Dirgantara sedangkan nama Bapak kandung Fiona Ibrahim Dirgantara. Dari sini kamu sudah mengerti maksudnya kan?" "Ibraham Dirgantara sama Ibrahim Dirgantara. Maksud kamu, kamu punya kembaran dan kembaranmu itu orang
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUNamun, saat kaki keduanya baru saja masuk ke dalam butik milik Mayang itu ada suara yang membuat langkah keduanya terhenti. "Ck! Kalian yang mau menikah tapi kami yang susah! Dasar benalu!" Siapa lagi kalau bukan suara si Mayang kutu kupret itu. Ayra mencenberutkan wajahnya saat Mayang mengatakan kalau Ayra dan Ibra itu benalu. "Benalu? Siapa yang kamu maksud benalu?" tanya Ibra dengan nada datar. Wajahnya pun sudah terlihat tidak bersahabat. "Eh Mas bukan begitu maksudnya. Yang aku maksud benalu ya wanita yang ada disamping Mas bukan Mas.""Kau menghina Ayra sama saja menghinaku. Sebentar lagi dia akan jadi kakak iparmu. Seharusnya kamu itu menghargai.""Ck! Aku gak akan pernah bisa menerimanya sebagai kakak ipar dan bagian dari keluarga kita. Tidak akan pernah! Sampai kapan pun.""Yasudah kalau begitu sangat terpaksa aku menghentikan pesan baju pengantin dan seragam pernikahan di sini." "Lho kok begitu. Kan Mas sudah janju mau pesan di butikk
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUSekarang silahkan angkat kaki dari rumahku karena aku ada janji bertemu dengan calon suamiku!" "Ayra ayolah, aku tahu kau masih sangat mencintaiku. Kau mendekati Papi mertuaku hanya ingin balas dendam kan? Kalau begitu aku punya penawaran yang bagus untukmu. Aku rasa kamu pasti sangat menyukainya. Gimana? Apa mau dengar apa penawaranku itu padamu?" Karena Ayra penasaran akhirnya Ayra mempersilahkan Fahri untuk mengatakan apa maksud ucapannya itu. "Katakan tidak usah bertele-tele karena aku tidak punya banyak waktu." "Baiklah sepertinya kamu sudah tidak sabar dan aku sangat yakin kalau kamu pasti setuju dengan penawaranku ini. Karena …" "Cepatlah katakan karena aku tidak punya banyak waktu!" sela Ayra karena jengah mendengar Fahri yang terkesan berbelit-belit. Bukannya apa-apa karena Ayra memang sudah ada janji dengan Ibra untuk makan malam pukul 19.00 WIB nanti dan Ayra belum mandi juga bersiap-siap semua gara-gara Fahri. "Bagaimana kalau kamu
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUAku sangat yakin itu, baiklah aku akan bersabar menunggu saat itu tiba hingga pada akhirnya kamu dan aku kembali bersatu menjadi sepasang suami istri yang saling mencintai. Ah, sempurnanya hidupku jika memiliki dua istri yang sangat berguna bagi kehidupanku. Aku akan menjadi seorang raja yang sesungguhnya. Hahahahah!" gumam Fahri dengan senyum yang mengembang sempurna di kedua sudut bibirnya. Drrtt ….Drtttt ….Ponsel milik Fahri bergetar, ia pun sedikit terkejut dan mengambil ponsel yang ia letakkan di dalam laci dashboard mobil yang ditumpanginya Sejak berada di rumah Ayra tadi, Fahri memang belum mengecek ponselnya sama sekali. Ia mengerutkan dahinya dan ternyata Fiona ada menghubunginya hunga 50x panggilan dan itu sukses membuat Fahri terbelalak. "Astaga si monster kutub telepon bisa mampus aku kalau dia tahu sku di sini. Duh kenapa bisa lupa matikan hape sih kan tadi kalau kumatikan bisa alasan habis baterai. Ck!" Fahri mendesah. Ia frustasi