Share

Bab 60

Penulis: Fatimah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 04:36:49

Hari minggu telah tiba. Naira mematut dirinya di cermin sambil menggaruk kepalanya. Bingung harus mengenakan outfit apa. Hingga akhirnya tangannya terulur menarik blouse polos dipadukan rok umbrella dan hijab segi empat berwarna senada dengan blousenya, yang ternyata sama dengan kaos yang dikenakan Aric. Membuat mereka tampak serasi.

Melihat outfit yang serasi, sebuah ide muncul begitu saja di benak Naira. Buru-buru ia mengeluarkan ponsel dan mengajak Aric berfoto.

Aric tak bertanya ataupun menolak. Ia justru menarik pinggang Naira dengan mesra. Membuat dada perempuan semakin berdesir tak karuan.

Naira membeku seketika saat Aric memperkenalkannya pada ke dua sahabatnya dan pasangan mereka masing-masing. Bukan karena penampilan mereka yang tampak casual dan tampak sek-si, tapi saat tahu kalau mereka itu bukan orang-orang biasa.

Ke dua sahabat Aric, Nares dan Devan berprofesi sebagai dokter. Sementara pasangan masing-masing bekerja di bank. Membuat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Happy Adriana
lanjut thor...makin penasaran...makin seru ceritanya... makasih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 61

    Di sisa perjalanan, Naira hanya diam. Sibuk merangkai rencana. Bukti kecurangan Medina sudah dikantongi. Kini gilirannya, menjatuhkan perasaan Hangga. Memikirkan hal itu, membuatnya mendengkus kasar. "Are you okey??"Suara Aric menginterupsi. Membuatnya lekas menoleh dan tersenyum tipis.“Hmm ... Iam fine, Ric. Hanya agak ngantuk saja,“ jawab Naira. Tapi Aric tak percaya begitu saja.“Kamu pasti mikirin Hangga kan? Takut ketahuan jalan sama aku, kan?“ tebaknya.Naira menggeleng pelan.“No, Ric. Kan aku udah bilang, dia lagi sibuk sama istrinya satu lagi ...“ Naira terdiam sejenak.“Lagian aku sama dia bakalan pisah,“ lanjutnya sambil menepuk mulut. Merutuki dirinya karena tak sadar sudah membuka sesuatu yang ingin dirahasiakannya dari lelaki itu. Mendengar itu, kedua sudut bibir Aric langsung melengkung ke atas. Tapi buru-buru ditarik kembali, takut Naira tersinggung. Padahal dalam hatinya bersorak riang dan b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 62

    Acara berlangsung dengan khidmat. Tak ada yang menitikan air mata saat Adila meminta izin pada kakak perempuannya yang dilangkahinya. Semakin khidmat saat akad dimulai dan adik Adila didapuk menjadi wali. Menggantikan ayahnya yang sudah meninggal dua tahun lalu.“Perlu tisu, Princess?“ tanya Aric sambil memberikan tisu pada Naira yang menyeka air mata dengan tangan.“Makasih, Ric.“Naira menerimanya sambil tersenyum. Melihat keharuan di depan mata, membuatnya tak mampu menahan air mata. Teringat pada sosok sang ayah yang telah tiada. “Sini, biar aku saja.“Aric mengambil kembali tisu yang tadi diberikannya. Kemudian menyeka ke dua sudut mata Naira dengan hati-hati. Membuat perempuan itu tertegun sejenak. Benaknya berkelana jauh. Membayangkan memiliki suami yang seperhatian Aric. Hingga tak sadar, tak jauh darinya, Meera dan Cantika mengabadikan momen manis itu.“Gue nggak yakin, Naira bisa menahan perasaannya. Aric itu selain ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 63

    Setelah memastikan Aric sudah tertidur, pelan-pelan Naira melepaskan tangan kekar itu dari perutnya. Merogoh saku dressnya dan mengeluarkan ponsel yang terhimpit tubuh Aric. Kemudian membuka hijabnya, memotret dirinya dengan Aric.Bukan tanpa alasan, dia melakukan hal itu. Ia akan memperlihatkan foto itu saat waktunya tiba nanti.“Khai ...“ Suara serak Aric membuat Naira gegas meraih hijab. Tapi terlambat, karena Aric segera menahan tangannya.“Kamu cantik banget, Khai.“Aric mengatakannya sebelum menyatukan bibir mereka. Naira hendak mendorong dadanya, tapi Aric justru merapatkan tubuh mereka.“Aku mau shalat.“ Naira berkata saat bibir mereka terlepas. Aric mengangguk, lalu beranjak duduk. Menyerahkan kunci kamar tanpa melepaskan pandangan pada Naira. Membuat perempuan itu salah tingkah dan gegas meninggalkannya.*Hawa dingin yang berembus tak menyurutkan langkah Naira dan yang lainnya untuk barbequ

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 64

    “Bro, Lo serius sama Naira?“Aric tersentak mendengar pertanyaan Mahesa yang menatapnya serius. Sejurus kemudian, ia pun mengangguk. Membuat Mahesa menarik napas dalam-dalam.“Perjuangkan dia. Dia layak dibahagiakan.““Iya, Ric. Dan satu ...“ sahut Adila sambil melirik pada Meera, Cantika dan suaminya.“Buat dia jatuh cinta. Buat dia melupakan Hangga, karena dia sedang melakukan misi balas dendam sama Hangga dan kamu sebagai alatnya,“ lanjutnya.Aric terbelalak tak percaya.“Alat? Maksud kalian ...“ “Naira sengaja deketin Lo supaya bisa bikin Hangga sakit hati. Dan ini kesempatan bagus buat Lo. Lo harus bikin dia benar-benar jatuh cinta sama Lo. Dan melabuhkan hatinya pada Lo. Karena kita yakin cuma Lo yang bisa bikin dia bahagia,“ terang Meera.Kedua sudut bibir Aric langsung melengkung lebar. Dengan mantap ia mengangguk dan membulatkan tekadnya untuk merebut Naira dari sisi Hangga.*

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 65

    “Mau mampir dulu?“ tanya Naira basa-basi, saat mereka sudah sampai di depan pagar rumah Naira.Terdiam. Aric berpikir sejenak dan kemudian bergegas turun. Naira pun sontak menepuk kening, merutuki basa-basinya yang ternyata ditanggapi serius.“Ayo turun, Khai!“Mengembuskan napas kasar, Naira pun gegas turun dari mobil dan membiarkan lelaki itu berjalan lebih dulu. Lalu kepalanya sontak menoleh, merasakan ada seseorang di belakang mobil. Tapi perasaan itu segera ditepisnya, saat Aric yang duduk di kursi teras, menyerukan namanya.“Padahal aku cuma basa-basi lho, Ric.“Naira berujar sambil memutar anak kunci. Tapi lelaki itu malah tersenyum semakin lebar dan masuk mendahului Naira.“Khai, aku nginep di sini, ya?“Bola mata Naira seakan mau loncat mendengar ucapan Aric. Dengan cepat, ia menggeleng. Lalu duduk di samping Aric yang menyandarkan punggung.“Pulang sana!“ serunya. Aric yang baru terpejam pun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 66

    Apa yang harus aku lakukan? Naira membatin pilu sambil menyeret langkah. Duduk di pinggiran ranjang. Cukup lama berpikir, ia pun menemukan jalan yang dirasa paling baik.Setelah cukup tenang, Naira merapihkan penampilannya dan kembali menjalankan rutinitasnya.Di gudang, Naira tak menanggapi obrolan atasan dan para rekannya. Begitupun saat jam istirahat tiba. Ia memilih diam di tempatnya, sibuk memikirkan nasib ke depannya. Hingga tak menyadari kehadiran Aric di hadapannya.“Khusyu banget. Ngelamunin apa sih?“Suara Aric menariknya dari lamunan. Naira mendongak, menatap Aric yang tersenyum sambil mengangkat dua kotak nasi. Lalu pandangannya pun lantas mengabut, mengingat banyak hal haram yang dilakukannya dengan Aric. Dalam diam, Naira bertekad akan menjauhi lelaki itu secepatnya. Setelah tujuannya tercapai.“Khairana ...“Aric mengibaskan tangannya di depan wajah Naira. Membuat perempuan ia memalingkan wajah sambil menghela nap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 67

    Pov NairaAku tertawa sinis membaca puluhan chat grup WA Bagaskara Family. Grup yang sudah lama kuarsipkan itu, kali ini ribut membahas Mbak Medina. Dua video terakhir yang diberikan Meera, memang melenceng dari perkiraanku. Bukan hanya video saat Mbak Medina mendatangi dukun dan keterangan dari orang-orang sekitar, Meera juga mengirimkan video yang mengharuskanku memberi imbalan lebih. Ternyata diam-diam, Mbak Medina menjalin hubungan dengan lelaki yang kukenal sebagai mantan kekasihnya. Di video itu, Mbak Medina tengah berci uman dengan lelaki yang berstasus suami orang. Bukan hanya beradu bibir, bahkan tangan lelaki itu juga menggerayangi tu buh Mbak Medina. Entah dari mana, orang suruhan Meera mendapatkannya. Aku tak peduli. Karena bagiku, yang penting kedok Mbak Medina terbongkar. Itu saja.Aktifitasku terhenti saat terdengar suara ketukan pintu. Sambil menderap langkah, kuraih hijab instan di sofa ruang tamu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 68

    Setelah proses pemulihan, aku bergegas kembali ke ruang Kenanga. Saat masuk, kulihat Mas Hangga duduk di pinggiran ranjang di samping Mbak Medina yang ternyata belum melahirkan.“Bibi, Paman, Mbak,“ ucapku saat mereka belum menyadari kehadiranku. “Eh, Naira. Sudah selesai, Nak?“Aku mengernyit heran mendengar suara Bibi Tanti yang ramah, tidak seperti biasanya.“Sudah, Bi.“ Aku menjawab sambil menatap Mas Hangga yang mengusap-usap kening dan menggenggam tangan Mbak Medina.“Sudah bukaan berapa, Mbak?“ tanyaku. Tapi Mbak Medina hanya diam saja, mungkin masih marah padaku.“Masih bukaan dua.“ Bibi Tante menjawab sambil tersenyum.Aku membulatkan bibir. Lalu mencoba melihat kembali ke arah Mas Hangga yang kini juga balas menatapku. Melihat raut wajahnya yang tak bersahabat, aku pun segera memalingkan pandangan. Lalu beralih menatap Paman Ismail.“Paman, aku mau langsung pulang saja,“ ucapku.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 161

    Naira tertawa geli sambil geleng-geleng kepala. “Bulan madu kita sudah berakhir, Sayang. Saatnya kembali ke kehidupan yang sebenarnya.” Aric langsung mengerucutkan bibir. Lalu melangkah keluar kamar. Sedangkan Naira lantas membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Sebelum membuka pintu, Aric mengintip dari jendela. Tapi sayang, yang bertamu tak terlihat. Aric pun akhirnya langsung membuka pintu untuk tamu yang tak diundangnya itu. “Assalamualaikum, Bu Hajah Naira!“ Aric disambut suara riang ketiga sahabat Naira. Meera, Cantika dan Adila. “Waalaikumussalam,“ jawab Aric, kikuk sambil tersenyum nyengir. “Eh, sorry, Ric. Kirain kita Naira,“ kata Cantika. “Its oke, no problem. Silahkan duduk dan anggap saja rumah sendiri,“ ujar Aric. “Thanks, Ric.“ Meera, Cantika dan Adila menyahut kompak. “Nairanya mana, Ric?“ tanya Meera sambil menatap interior rumah Aric yang benar-benar berkelas. “Nyonya lagi mandi. Kalian tunggu saja, ya. Kalau mau minum, ambil saja di kulkas,“

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 160

    Aric menoleh, menatap istrinya dengan lembut. “Aku juga nggak akan pernah melupakannya, Khai. Semoga perjalanan ini jadi awal yang baik untuk kita.” Naira tersenyum, merasa hatinya penuh dengan cinta dan syukur. Perjalanan itu tidak hanya mendekatkan mereka kepada Allah, tetapi juga semakin menguatkan cinta mereka sebagai suami istri. Tiba di rumah Aric, si kembar langsung dijemput Hangga. Lelaki itu akan melamar calon istrinya, dan menginginkan si kembar turut hadir di momen itu. Naira dan Aric tak keberatan. Justru Aric merasa inilah waktunya berduaan dengan Naira. Malam pun tiba. Suasana terasa sepi tanpa kehadiran si kembar. Di dapur, Naira berdiri sibuk memanaskan makanan untuk makan malam. Aric sendiri duduk di ruang makan, matanya sesekali melirik ke arah istrinya. Dia merasakan sesuatu yang berbeda malam itu. Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Membangunkan sisi kelelakiannya. “Babe,” panggilnya lembut. “Ya, Sayang?” jawab Naira tanpa menoleh, fokus pada pa

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 159

    Aric memperhatikan mereka dari jarak dekat. Dalam diamnya dia merasa bersyukur bisa membawa keluarganya ke Tanah Suci. Bagi Aric, perjalanan ini bukan hanya ibadah, tetapi juga hadiah yang sengaja dipersembahkan untuk istrinya, sebagai bentuk cinta dan pengabdian. Di dalam pesawat, si kembar tertidur di pangkuan Aric. Naira yang duduk di sebelah mereka, memandangi Aric. Melihat wajah Aric yang terlihat damai, Naira lantas melangitkan doa. Memohon agar perjalanan ini membawa keberkahan bagi mereka sekeluarga. ** Tiba di Mekkah, tubuh Naira terasa membeku. Melihat Masjidil Haram dengan segala kemegahannya, dia merasa seperti berada di dunia lain. Tapi saat melihat Ka’bah untuk pertama kalinya, air matanya langsung mengalir deras. “Masya Allah… Aric, ini benar-benar indah. Apa ini nyata? Aku tidak sedang bermimpi kan?” tanyanya dengan suara bergetar. Aric berdiri di sampingnya, mengangguk pelan. “Ini nyata, Khai. Alhamdulillah, kita sampai di sini.” Mereka berjalan me

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 158

    “Ric … ini ….“ Netra Naira berkaca-kaca saat membaca isi surat yang diberikan Aric. Seakan masih tak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya. Naira pun beranjak duduk. Lalu memeluk surat itu erat. “Masya Allah … Alhamdulillah,” gumamnya, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tangannya sedikit bergetar saatmenatap Aric. “Kita … akan umrah?” Aric mengangguk, senyumnya semakin melebar. Lalu memeluk pinggang Naira. “Aku sudah mendaftarkan kita. Kamu, aku, dan si kembar. Semuanya sudah aku atur.” Air mata Naira mengalir perlahan. Hatinya penuh haru dan syukur. Dia kembali mendekap surat itu sambil menatap suaminya dengan pandangan mengabur. “Kenapa kamu selalu tahu cara membuatku bahagia, Ric?” Aric mengusap kepala Naira lembut. “Karena sudah lama aku mencintaimu. Jadi jangan heran kalau aku tahu segalanya. Dan sekarang aku suamimu, Khai. Bahagiamu adalah tugasku.” * “Yang bener Lo, Nai?“ tanya Meera saat Naira mengabari tentang rencana keberangkatan umr

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 157

    “Sudah dulu mesra-mesraannya. Tuh lihat, mereka dari tadi pengen foto bareng kalian,” kata Bu Hania. Naira pun langsung melepaskan tangan Aric dari pinggangnya. Lalu beranjak berdiri. Sementara Aric hanya menghela napas panjang. Lalu ikut berdiri, dan melayani orang-orang yang ingin berfoto dengan mereka. ** Naira berdiri di depan jendela besar yang menghadap langsung ke pantai. Malam begitu tenang, hanya suara deburan ombak yang terdengar, bersenandung lembut seperti ingin menenangkan setiap hati yang mendengarnya. Angin malam pun seakan tak mau kalah menebarkan pesonanya, membawa aroma khas laut, bercampur wangi bunga-bunga tropis yang tumbuh di sekitarnya. Gaun merah panjang Naira bergoyang pelan ditiup angin dari jendela yang sedikit terbuka. Matanya menatap langit bertabur bintang, sesekali bibirnya tersenyum samar, mengingat hari bahagia yang baru saja mereka lalui. “Masih betah menatap laut?” Suara berat nan lembut itu membuat Naira sedikit tersentak. Naira menol

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 156

    “Ya Allah … cantik banget Lo, Nai!” pekik Meera. Dia langsung menghampiri Naira. Menatap penampilan sahabatnya itu dengan takjub. “Iya. Kamu cantik banget, Nai. Nggak heran Aric klepek-klepek sama kamu,“ sahut Adila. “Bener. Mana bodymu oke banget. Enggak kek gue,“ timpal Cantika sambil menatap badannya sendiri. Sejak ikut program KB, tubuhnya memang mengembang tak karuan. “Oh iya, keluarga kamu udah sampai Nai. Mereka pengen ketemu kamu,” kata Bu Anya mengalihkan perhatian Naira dan ketiga sahabatnya. “Keluarga?“ Meera menyahut heran. “Maksudnya Omnya Naira, Bun?“ tanyanya. Bu Anya mengangguk. “Kan dia yang mau jadi walinya Naira. Iya kan, Nai?“ ujarnya. Naira mengangguk. “Kalau gitu, bunda suruh masuk saja ya?“ tanya Bu Anya. “Iya silahkan, Bun.“ Bu Anya pun keluar dari ruang khusus rias itu. Setelah Bu Anya tak ada, Meera langsung menanyai Naira. “Serius Lo undang mereka, Nai?“ tanyanya. “Bukan aku, Meer. Tapi Aric. Kata Aric bagaimanapun, mereka keluarga a

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 155

    “Kalau Om mau melamar jadi Papi kalian … kira-kira bakalan kalian terima nggak?“ Mendengar pertanyaan Aric, Shaka dan Razka sontak saling pandang. Lalu keduanya menatap Aric lekat-lekat. “Om Dokter beneran mau jadi Papi kita?“ tanya Razka. “Ya.“ Aric tersenyum. “Aku sih setuju, Om. Yang penting Om nggak pisahkan kita dari Mommy,“ kata Shaka. Dalam benaknya masih tercetak jelas bagaimana upaya Sean memisahkan mereka dari Naira. “Mana bisa begitu. Kalau Om jadi Papi kalian, ya kita harus sama-sama. Dimanapun, kapanpun, dengan kondisi apapun, Om harus selalu sama kalian,“ jawab Aric. Shaka tersenyum samar. “Jadi gimana?“ lanjut Aric. “Aku setuju. Asalkan Om bisa bikin Mommy cantik setiap hari,” jawab Razka. Aric mengernyit tak paham. “Mommy itu cantik kalau tersenyum, Om. Jadi Om harus bisa bikin Mommy tersenyum setiap hari,“ ujar Shaka, seakan tahu arti kerutan di wajah Aric. “Oh … begitu ya?“ Aric mangut-mangut. “Kalau begitu, bantu Om bikin Mommy kalian selalu ter

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 154

    Setelah resepsi pernikahan Hilma selesai, Aric pun lantas mengantar Naira pulang. Mobil yang mereka tumpangi, meluncur perlahan di jalanan yang ramai lancar. “Kamu lelah, Babe?“ tanya Aric sambil melirik Naira yang bersandar di kursi dengan mata terpejam. “Lumayan. Tapi aku happy, kok,“ jawab Naira sambil membuka matanya dan tersenyum tipis. Aric ikut tersenyum. “Aku lebih bahagia darimu, Babe. Karena akhirnya aku bisa mengenalkan perempuan yang kucintai pada Daddy, Ibu, dan semua keluarga,“ katanya. Naira menatapnya beberapa saat tanpa mengerjap. “Kamu tahu? Sudah lama sekali aku menantikan momen ini. Mengenalkanmu pada seluruh keluarga, dan mengatakan pada mereka kalau kamu lah satu-satunya perempuan yang tak lekang menempati hati ini,“ ujar Aric lagi. Mata Naira memanas seketika. Walau terasa berlebihan, tapi ucapan Aric benar-benar membuatnya terharu. “Kamu lebay ih,“ kelakarnya sambil pura-pura tertawa. Menyamarkan genangan air yang menggantung di pelupuk matanya. Aric i

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 153

    “Hah? Serius?“ pekik Hilma hampir berteriak, suaranya cukup menarik perhatian tamu terdekat.“Kenapa?“ Aric terkekeh melihat reaksi Hilma. Hilma menggeleng. Lalu menatap Pak Frans dan Bu Hania yang ikut bahagia melihat Aric akhirnya mendapatkan cintanya.“Apapun yang terjadi di antara kalian, ibu sama Daddy ikut senang karena akhirnya kalian bisa bersama,“ ujar Bu Hania.“Iya kan, Mas?“ Dia menatap Pak Frans yang langsung mengangguk.“Aku juga ikut senang, Bu. Tapi—“Ucap Hilma, tapi terhenti saat tiba-tiba saja Aric membisikkan sesuatu padanya. Hilma sesekali melirik pada Naira, lalu mengangguk.“Makasih, Bocil!“ seru Aric sambil beranjak ke sisi Naira.“Kamu tunggu dulu di sini, ya!“ serunya.“Memangnya kamu mau ke mana?“ Naira menatapnya penasaran.“Ada perlu sebentar,“ jawab Aric. Naira mengangguk ragu. Sambil menunggu Aric, dia pun lantas menyalami Hilma. Tak lupa mendoakan yang terbaik untuk calon iparnya itu. Setelah itu dia menyalami Pak Frans dan Bu Hania, yang langsung meme

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status