Share

Bab 110

Author: Fatimah
last update Last Updated: 2025-02-20 18:03:54

Begitu masuk ke kamarnya, Naira langsung menghempaskan diri ke atas ranjang. Menatap langit-langit dengan mata berat, mencoba mencari cara untuk melepaskan diri dari tekanan ini.

Sean, pertunangan, anak-anak, dan segala ancaman lelaki. Semuanya terasa seperti jerat yang semakin menyesakkan.

Ponselnya bergetar di meja. Dengan ragu, dia meraihnya dan melihat nama Sean muncul di layar.

“Kenapa lagi?” gumamnya sebelum mengangkat panggilan itu.

“Halo?”

“Bagaimana? Apa kamu sudah memikirkan saranku?” Suara Sean terdengar santai, tetapi penuh tuntutan di baliknya.

Naira memejamkan mata, berusaha mengontrol nada suaranya. “Sean, aku belum bisa memutuskan. Anak-anak terlalu kecil untuk dipisahkan dariku.”

“Tapi mereka juga butuh ayahnya, Naira. Kamu tahu itu.”

“Ayahnya bahkan nggak peduli selama ini!” Emosi Naira akhirnya meledak lagi. “Dia nggak pernah datang, nggak pernah bertanya kabar. Dan sekara
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Endah Pratiwi
heeii meera, mak mu ini kandangin deh.. jgn sampe deh jd tunangan sama sean
goodnovel comment avatar
zurnita zurnita
cari aja alur cerita nya , biar cepat and , dah pada bosen pembaca tuk lanjutin baca nya, bsa di nilai dari comen" di kolom ini ,
goodnovel comment avatar
Mumud
baca yg terakhir.gk mau lanjut.gk asyik ahk.bye bye
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 111

    “Nai, ada paket buat kamu!“ Teriakan Meera memaksa Naira beranjak dari tempat kerjanya menuju ruang tengah. Matanya lantas menatap kardus besar di atas meja. Kardus berukuran besar itu baru saja diantar oleh kurir beberapa menit yang lalu. Tulisan nama Sean tertulis jelas di bagian pengirim. Dia membuka kardus perlahan. Di dalamnya. Ada sehelai kebaya warna peach yang elegan, berhiaskan manik-manik berkilauan. Di sampingnya, sebuah kartu kecil bertuliskan, "Untuk calon istriku. Aku ingin kamu terlihat sempurna di hari istimewa kita." Naira mendesah panjang. Dia menutup kardus itu tanpa berniat menyentuh apalagi mencoba kebayanya. Sebuah tanggung jawab besar terasa semakin menekan dadanya. Membuat dirinya merasa sesak. Melihatnya melamun, si kembar berlarian ke arahnya. “Paket apa itu, Mommy?“ tanya Razka. Tangan kecilnya terulur hendak membuka kardus itu. “Paket kebaya Mommy, Sayang. Tapi ng

    Last Updated : 2025-02-21
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 118

    Saat tiba di rumah, si kembar langsung berlari menyambutnya. Naira memeluk mereka erat-erat, seolah menemukan kekuatan baru dari senyum mereka. “Mommy, martabaknya ada kan?“ tanya Razka. “Ada, Sayang,“ jawab Naira sambil mengusap kepala anak bungsunya itu. Sementara Shaka hanya diam saja. “Ayo duduk, kita buka martabaknya sama-sama,“ kata Naira. Shaka dan Razka menurut. Beranjak mengekori Naira ke ruang makan. Tak lama Bu Anya muncul dari dapur sambil membawa secangkir teh hangat. “Bagaimana kebaya lamaranmu, Nai? Sudah pas kan?“ tanyanya. Naira mengangguk, tak ingin membahasnya lebih jauh. “Bunda juga sudah pesankan dekorasi dan catering. Tadi dapat potongan juga, tapi mereka pengen videonya diunggah sama kamu.“ Bu Anya melanjutkan. Naira menahan napas sejenak, menatap wanita itu dengan bimbang dan heran. Kenapa Bu Anya selalu memaksakan kehendak? Apa karena meras paling

    Last Updated : 2025-02-22
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 119

    “Gue kira Lo bakalan sama Aric, Nai. Sumpah!“ Cantika berbisik sambil melirik pada Sean yang menatap ke arah mereka. “Aku juga, Nai. Kupikir sama Aric, tapi kok malah sama yang lain sih? Dia sama-sama oke. Tapi kok feeling aku nggak enak ya?“ timpal Adila. Cantika mengangguk setuju. “Kalian doakan saja, ya,“ sahut Naira. “Kamu juga jangan lupa istikharah, Nai. Ingat! Belajarlah dari pengalamanmu dengan Hangga dulu,“ ujar Adila. Naira mengangguk. Setelah itu, dia menyuruh kedua sahabatnya untuk menikmati hidangan yang sudah tersedia. Mengingat dia punya misi yang sangat penting. “Mereka ngomong apa?“ Belum sempat Naira beranjak, Sean menghampirinya dengan wajah keruh. “Cuma ngucapin selamat aja,“ jawab Naira. “Oh ya? Mereka nggak ngomong yang aneh-aneh kan? Kok aku merasa mereka itu tukang Hasut ya? Mereka itu tipe pembawa pengaruh aneh,“ cetus Sean sambil melirik Adil

    Last Updated : 2025-02-22
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 120

    Seketika, sebuah ide melintas di benaknya. Dia akan menyalin beberapa bukti pesan itu di ponselnya sendiri. Dengan hati-hati, Naira memotretnya dan mengirimnya ke email pribadinya. Tak lupa menghapus jejaknya. Setelah selesai, dia mematikan ponsel itu. Lalu menyimpannya di kotak sepatu yang sudah tak terpakai. Dia tahu, Sean pasti akan menyadari sesuatu jika ponselnya hilang. Sementara itu, di apartemennya, Sean sedang mengobrol dengan kedua orangtua. Tak jauh berbeda dengan Bu Anya dan Rio. Mereka juga membahas acara pernikahan nanti. “Gimana untuk persiapan pernikahan kamu nanti? Mau menyiapkan sendiri atau bareng-bareng sama Naira?“ tanya Pak Atma. “Bareng-bareng dong, Pi. Ini kan pernikahan mereka berdua,“ sahut Bu Annisa. “Ya kirain aja mau dihandel sendiri. Papi rasa Naira bakalan seneng-seneng aja kalau nggak ikut dilibatkan di persiapan pernikahan kalian,“ ujar Pak Atma. “Bukan masalah

    Last Updated : 2025-02-23
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 121

    Naira terduduk di pinggiran ranjang usai Sean keluar dari kamarnya. Tangannya masih bergetar, dan napasnya terasa berat. Setelah terdengar deru suara mobil Sean semakin jauh, Naira pun lantas mengambil kardus sepatu yang didalamnya terdapat ponsel Sean. “Cepat atau lambat Dia pasti tahu kalau akulah pelakunya,“ gumamnya sambil menatap ponsel ponsel Sean. “Aku harus menitipkannya di tempat yang aman,“ sambungnya. “Tapi dimana? Siapa yang bisa kupercaya? Tak mungkin aku menitipkannya di Adila, Cantika apalagi Meera. Mereka punya kesibukan masing-masing.“ Naira memijat lembut kepalanya yang dibalut hijab. Lalu tiba-tiba saja satu nama melintas begitu saja di pikirannya. “Aric? Haruskah aku menitipkannya pada Aric?“ Naira bergeming cukup lama. Setelah berpikir berulang-ulang, dia pun langsung mengirim pesan pada lelaki itu. [Ric, can you help me?] Centa

    Last Updated : 2025-02-23
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 122

    Waktu berjalan lambat. Naira duduk di ruang tunggu dengan tatapan kosong, mulutnya terus berkomat-kamit melafalkan doa. Rio mondar-mandir di depan pintu, sesekali mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosi yang membuncah. Alisa terus memeluk Naira, mengusap punggungnya untuk memberikan kekuatan. Sementara Meera hanya diam, tenggelam dalam rasa bersalah yang tak tertahankan. Pun dengan Bu Anya. Setelah hampir tiga jam, pintu ruang tindakan akhirnya terbuka. Aric keluar dengan pakaian operasi masih melekat di tubuhnya. Ekspresi wajahnya serius, menunjukkan kelelahan yang amat sangat. “Bagaimana anak-anakku, Dok?” Naira langsung berdiri, tubuhnya gemetar. Aric menarik napas dalam sebelum menjawab. “Atharrazka stabil. Luka di dadanya sudah kami tangani, dan dia sekarang sedang dalam masa observasi. Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Naira men

    Last Updated : 2025-02-23
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 123

    “Ada apa, Bun?“ tanya Rio, melihat Bu Anya yang tampak melamun di depan laptop. Bu Anya menoleh, lalu menggeleng pelan. “Nggak ada apa-apa. Cuma ini katanya hape Sean hilang. Tadi Annisa minta rekaman cctv kemarin, tapi ternyata nggak ada. Kira-kira siapa ya yang matiin cctv-nya?“ ujarnya dengan nada penasaran. “Mungkin tukang dekor, Bun,“ jawab Rio. “Masa sih?“ Bu Anya tampak tak percaya pada asumsi Rio. “Bisa jadi nggak sengaja. Tapi hari ini gimana? Udah tersambung lagi?“ Rio bertanya sambil membuka rekaman cctv. “Yang hari ini udah nyala lagi. Ini ada pas kita berangkat tadi,“ lanjutnya sambil menunjukan rekaman cctv saat mereka hendak berangkat. “Tau lah. Nanti bunda coba tanya ke Naira,“ kata Bu Anya sambil beranjak berdiri. “Kok tanya Naira sih, Bun? Apa hubungannya?“ Rio mengerutkan dahi.

    Last Updated : 2025-02-23
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 124

    Suasana di ruang PICU hanya dihiasi suara detak mesin yang memonitor kondisi Shaka. Tubuh mungilnya terbaring lemah, dengan selang dan kabel yang berserakan di sekitar tempat tidur. Naira tak pernah merasa begitu hancur seperti saat ini. Tangannya gemetar menyentuh kaca, seakan sedang menyentuh anaknya. Sementara air mata terus mengalir di pipinya. “Shaka … mommy di sini, Nak,” bisiknya dengan suara parau. “Mommy nggak akan pergi, jadi kamu juga harus bangun, ya? Mommy mohon …” Sedangkan di sisi lain, Razka yang baru dipindahkan dari ruang perawatan mulai membuka matanya perlahan. Kelopak matanya bergerak, tubuh kecilnya tampak menggeliat. “Adek sudah bangun, Sayang?“ Rio yang bertugas menungguinya, buru-buru menghampirinya. Dia merunduk, mengusap rambut dan menatap wajah pucat putra angkatnya itu. “Razka, Sayang …“ “Ayah … Abang mana?“ Razka merespon sambil mengerjap beberapa kali.

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 154

    Setelah resepsi pernikahan Hilma selesai, Aric pun lantas mengantar Naira pulang. Mobil yang mereka tumpangi, meluncur perlahan di jalanan yang ramai lancar. “Kamu lelah, Babe?“ tanya Aric sambil melirik Naira yang bersandar di kursi dengan mata terpejam. “Lumayan. Tapi aku happy, kok,“ jawab Naira sambil membuka matanya dan tersenyum tipis. Aric ikut tersenyum. “Aku lebih bahagia darimu, Babe. Karena akhirnya aku bisa mengenalkan perempuan yang kucintai pada Daddy, Ibu, dan semua keluarga,“ katanya. Naira menatapnya beberapa saat tanpa mengerjap. “Kamu tahu? Sudah lama sekali aku menantikan momen ini. Mengenalkanmu pada seluruh keluarga, dan mengatakan pada mereka kalau kamu lah satu-satunya perempuan yang tak lekang menempati hati ini,“ ujar Aric lagi. Mata Naira memanas seketika. Walau terasa berlebihan, tapi ucapan Aric benar-benar membuatnya terharu. “Kamu lebay ih,“ kelakarnya sambil pura-pura tertawa. Menyamarkan genangan air yang menggantung di pelupuk matanya. Aric i

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 153

    “Hah? Serius?“ pekik Hilma hampir berteriak, suaranya cukup menarik perhatian tamu terdekat.“Kenapa?“ Aric terkekeh melihat reaksi Hilma. Hilma menggeleng. Lalu menatap Pak Frans dan Bu Hania yang ikut bahagia melihat Aric akhirnya mendapatkan cintanya.“Apapun yang terjadi di antara kalian, ibu sama Daddy ikut senang karena akhirnya kalian bisa bersama,“ ujar Bu Hania.“Iya kan, Mas?“ Dia menatap Pak Frans yang langsung mengangguk.“Aku juga ikut senang, Bu. Tapi—“Ucap Hilma, tapi terhenti saat tiba-tiba saja Aric membisikkan sesuatu padanya. Hilma sesekali melirik pada Naira, lalu mengangguk.“Makasih, Bocil!“ seru Aric sambil beranjak ke sisi Naira.“Kamu tunggu dulu di sini, ya!“ serunya.“Memangnya kamu mau ke mana?“ Naira menatapnya penasaran.“Ada perlu sebentar,“ jawab Aric. Naira mengangguk ragu. Sambil menunggu Aric, dia pun lantas menyalami Hilma. Tak lupa mendoakan yang terbaik untuk calon iparnya itu. Setelah itu dia menyalami Pak Frans dan Bu Hania, yang langsung meme

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 152

    Naira memutar bola matanya, tak ingin memperpanjang obrolan. Dia tahu betul, kalau Aric sudah punya rencana, sulit baginya untuk mengubah keputusan lelaki itu. “Taksinya sudah datang. Ayo, Babe!“ seru Aric sambil mengambil alih koper Naira. Naira pun mengikutinya dengan bibir mengerucut. Sejujurnya dia ingin pulang ke rumahnya. Lalu bertemu si kembar. “Kenapa cemberut terus?“ tanya Aric saat di perjalanan menuju hotel. “Aku kangen si kembar,“ jawab Naira sendu. “Maaf, ya. Tapi ini juga demi kelancaran segalanya. Setelah dari acara Hilma, kita langsung ke rumahmu. Aku akan meminta izin langsung sama si kembar,“ sahut Aric. Naira menghela napas panjang. “Oke deh.“ Pagi cukup cerah saat Naira sibuk mematut dirinya di cermin. Jika biasanya dia mengenakan gaun buatannya sendiri, kali ini Naira mengenakan gaun berwarna pastel yang dua hari lalu dibeli Aric. Gaun itu tampak elegan, menawan tapi tak mencolok. Ukurannya pun begitu pas di tubuh Naira. “Kok deg-degan ya?“ gu

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 151

    “Ric, kenapa?“ Naira kembali bertanya. Aric kembali mengusap wajahnya. “Malam ini dan seminggu ke depan, kamu tidur di sini ya?“ katanya. “Sama kamu?“ tanya Naira. “Maunya sih begitu,“ jawab Aric sambil membuang napas “Tapi no! Aku mau nginep di apartemen temanku saja, Babe. Aku nggak yakin bisa menahan diri kalau dekat-dekat terus sama kamu,“ jawab Aric. Seketika hati Naira dipenuhi haru. “Kamu …“ “Aku nggak yakin bisa menjaga diri kalau berada di dekatmu, Khai. Sekarang hanya ini yang bisa aku lakukan sebelum kita halal,“ ujar Aric. Seketika air mata Naira mengalir. Bukan air mata sedih, tapi haru. “Kok nangis? Sedih nggak aku sentuh?“ kelakar Aric. Naira langsung mengerucutkan bibirnya. “Baru aja aku terharu, eh kamu malah bikin kesel,“ katanya. Aric pun tertawa lepas. “Udah masuk jam makan siang. Kita cari makan dulu, yuk!“ ajak Aric. “Boleh. Tapi shalat dulu, ya!“ balas Naira. “Oke.“ ** Aric membawa Naira ke sebuah restoran halal langganannya. Sebe

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 150

    “Nggak! Aku nggak mau!“ seru Aric dengan mata melotot.Mendengar penolakan Aric, dunia Naira seolah runtuh. Naira menghela napas sejenak, lalu berbalik hendak meninggalkan Aric. Tapi sedetik kemudian, Aric menarik tangannya dengan kencang hingga Naira jatuh ke pelukannya.Naira mengerjap pelan. Dahinya sedikit mengerut, mencerna apa yang sebenarnya diinginkan Aric.“Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Khai? Tadi kamu bilang membutuhkanku, mencintaiku, tapi kenapa tiba-tiba tiba-tiba kamu bilang ingin bersahabat denganku? Jangan main-main dengan hatiku, Khaira!“ serunya tegas dengan suara tertahan.“Aku nggak main-main, Ric. Aku hanya ….“ Naira tak mampu menyelesaikan perkataannya.“Aku nggak mau kalau hanya jadi sahabatmu, Khai. Aku bosan jadi sahabatmu. Dari SMP sampai setua ini, tak bisakah aku menjadi pendamping hidupmu, Khai? Memilikimu seutuhnya?“ Aric menatap Naira lekat-lekat. Naira menelan salivanya susah payah. Lidahnya terasa kelu, tak tahu harus berkata apa lagi setelah men

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 149

    “Jadi gimana, Nai? Lo masih belum ketemu Aric?“ tanya Meera. Malam itu, sepulang dari rumah sakit, Naira melakukan video call dengan ketiga sahabatnya. “Belum, Meer.“ Naira menjawab lesu dengan mata berkaca-kaca. “Si Erlangga nggak ngerjain Lo kan, Nai?“ sahut Cantika. Naira mengangkat bahu. “Keknya sih enggak. Cuma emang kebijakan rumah sakitnya ketat. Andai punya nomor Aric, pasti nggak bakalan sesusah ini,“ keluhnya. Ke tiga sahabatnya saling melirik. Merasa iba pada Naira. Melihat seberapa besar effort perempuan itu mengejar cintanya. “Lo nggak punya nomor Erlangga juga?“ tanya Meera. “Enggak, Meer.“ Naira menghela napas berat. “Terus gimana? Kamu masih mau di situ atau gimana?“ tanya Adila. Naira terdiam sejenak. “Aku … belum tahu.“ Naira tak mau mengatakan kalau tabungannya menipis. Dia takut ke tiga sahabatnya itu turun tangan membantunya. Setelah panggilan video call berakhir, Naira berbaring miring sambil memeluk guling. Memikirkan apa kiranya langkah yang harus di

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 148

    Naira duduk di tepi ranjang hotelnya, menatap ke luar jendela yang berembun. Udara terasa menusuk, meski penghangat ruangan menyala. Langit di luar tampak kelabu, menandai musim gugur yang nyaris berakhir. Dia menarik nafas panjang, menyentuh kaca jendela dengan ujung jarinya, menyeka embun tipis yang menghalangi pandangannya. Trotoar di bawah sudah mulai ramai. Orang-orang berjalan terburu-buru, membungkus diri dengan mantel tebal, seolah tak sabar ingin menghindari dingin. Dari kejauhan, Naira melihat sekelompok burung kecil berterbangan, mencari tempat berlindung. Pemandangan itu membuatnya termenung. “Musim salju hampir tiba,” gumamnya pelan, sambil memeluk tubuhnya sendiri. Pagi itu terasa berbeda, bukan hanya karena udara yang dingin, tetapi juga karena hatinya yang masih bertahan dalam kegelisahan. Ada harapan kecil yang terus dia jaga, meski perlahan mulai meredup. Setelah mengisi perut, Naira kembali ke rumah sakit dengan semangat baru. Dia yakin, hari kedua akan berbe

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 147

    Waktu berlalu, Naira sibuk menyiapkan keberangkatannya. Dia sudah memesan tiket pesawat, hotel selama di sana, mencari tahu tentang rumah sakit tempat Aric bekerja, dan memastikan semua kebutuhan si kembar terpenuhi.“Mommy nggak bakalan lama kan ke luar negerinya?“ tanya Razka saat Naira meminta izin sebelum menidurkan mereka.Naira mengangguk sambil membelai rambut putra Razka dan Shaka bergantian.“Insya Allah, paling lama seminggu, Sayang. Selama mommy pergi, kalian jangan bertengkar, harus saling mengayomi,“ kata Naira.“Kalau aku sih oke, Mom. Tapi entah tuh Razka. Selama ini dia kan yang suka bikin ulah lebih dulu,“ sahut Shaka.Naira tertawa kecil, meski matanya mulai berkaca-kaca. Sedih sebenarnya harus meninggalkan si kembar. Andai punya tabungan lebih banyak, pasti dia akan mengajak mereka serta.“Pokoknya kalian jangan bertengkar. Abang harus mengayomi Adek, dan Adek harus hormat sama Abang.”“Siap, Mommy.“**Hari keberangkatan pun akhirnya telah tiba. Naira berdiri di ba

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 146

    Naira menatap mantan suaminya. Dia sama sekali tak marah. Setelah melihat tanggung jawab Hangga pada si kembar, rasa sakit lagi di hati seolah enyah entah kemana. Dia justru mendoakan yang terbaik untuk lelaki itu. “Selamat ya, Mas. Semoga kali ini Mas Hangga benar-benar bahagia. Aku harap dia juga jadi pelabuhan terakhir buat Mas.” “Aamiin,” jawab Hangga sambil tersenyum. “Terima kasih, Nai. Doa kamu berarti banget.” Hangga pun menyuruh si kembar meminta izin pada Bu Anya. Tanpa membantah, Shaka dan Razka langsung masuk menghampiri Bu Anya yang sedang memasak di dapur. Sedangkan Hangga memandang Naira dengan tatapan serius. Ada sesuatu yang sangat ingin dia tanyakan pada Naira. “Ngomong-ngomong, gimana hubungan kamu sama Aric? Aku dengar kalian dekat lagi?” Naira balas menatap Hangga dengan satu alis terangkat. Lalu tertawa kecil sebelum akhirnya menghela napas dan menggelengkan kepala. “Nggak, Mas. Jangankan dekat … yang ada Aric malah pindah ke luar negeri. Aku ngga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status