Di mobil Dinda masih saja melihat-lihat wajahnya di cermin."Lihat apa lagi sih Din??" tanya Andi memperhatikan yang Dinda sibuk merapikan rambutnya."Lebih baik gini atau gini??" Dinda meminta pendapat Andi tentang penampilannya."Tadi udah rapi, ko malah dirusak lagi," komentar Andi."Aku gak pede Ndi," ucap Andi."Hmmmm....." Andi menghela nafas lalu menghentikan mobilnya."Ko berhenti sih??"tanya Dinda bingung."Beresin dulu rambutnya!!" suruh Andi.Dinda pun akhirnya mengikat rambutnya dengan rapi. Sehingga bagian lehernya terlihat begitu jelas yang membuatnya semakin seksi untuk ukuran pria dewasa seperti Andi yang melihatnya.Andi hanya bisa menelan ludah melihat semua itu, pikiran dewasanya sudah bergreliya membayangkan sesuatu yang erotis. "Cantiknya...." lirih Andi.Dinda menoleh padanya."Aku tidak bisa menahannya, maafkan aku Dinda," batin Andi.Ia pun langsung melumat bibir merah Dinda dan memegang leher seksi yang sejak tadi ia incar. Dinda mencoba membrontak melepaskan
Derdddd... Derdddd... diiringi deringan ponsel Andi membuat Andi dan Dinda kaget, mereka pun menghentikan aktivitas seks mereka. Andi pun mengangkat teleponnya. "Hallo Ra..." sapa Andi dengan nada agak terengah. Rara heran kenapa Andi seperti baru saja melakukan aktivitas yang cepe karena nada suaranya yang trengah. "Kamu habis ngapain sih??" tanya Rara. "Ohhh.. enggak habis ngapa-ngapain emangnya kenapa??" Andi yang balik bertanya, ia kaget karena Rara yang tiba-tiba bertanya seperti itu. "Kaya orang habis olah raga deh," jawab Rara curiga. "Aku kaget aja barusan ada kucing lewat jadi injak rem mendadak," balas Andi sambil merapikan pakaiannya. "Ohh... kirain kamu lagi olah raga. Ini udah siang kamu sama Dinda ko belum nyampe??" tanya Rara yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka. Andi menoleh pada Dinda yang sudah berpakaian lengkap kembali. "Ini aku masih di jalan, kita kejebak macet, soalnya tadi aku berangkat agak siang dari rumah dan Dinda juga agak ragu untuk beran
Sampai di pintu utama Dinda menghirup udara segar, seoalah ia baru saja terbebas dari penjara."Dindaaaaa!!!!" teriak seorang wanita dari arah samping.Dia adalah Rara sahabat yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri.Rara langsung mendaratkan pelukannya di tubuh Dinda."Aku kangen banget sama kamu Din...." isak Rara yang terharu melihat kedatangan Dinda."Aku juga sama Ra," balas Dinda sambil menepuk-nepuk pundak Rara.Rara lalu melepaskan pelukannya."Ayo kita ke ruanganku!!" ajak Rara, namun ia menengok ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari seseorang."Cari apa sih Ra??" tanya Dinda yang heran pada tingkah Rara."Kamu sendiri Din??" Rara malah balik bertanya."Enggak.. aku sama Andi. Tuh!!!" Dinda membalikan badannya dan menunjuk ke arah Andi.Terlihat Andi yang turun dari mobil mengenakan kacamata hitamnya dengan stelan jas berwarna cream yang membuat penampilannya semakin menawan."Kalian ko belum masuk?" tanya Andi seraya membuka kacamatanya."Yah nunggu kamu lahh!!
"Hari ini kamu gak usah ngajar dulu deh!!" pinta Rara yang sepertinya ingin mengajar Dinda untuk jalan-jalan. "Lho memangnya kenapa??" tanya Dinda. "Kita baru saja ketemu Din, kamu gak mau melepas rindu sama aku. Kita jalan-jalan oke!!" ajak Rara. "Emang boleh??" tanya Dinda. "Kata siapa gak boleh, ini sekolah aku bebeas dong!! jawab Rara. Dinda pun mengangguk mantap. "Ya udah ayokkk!!" ajak Dinda pada sahabatnya itu. Mereka pun akhirnya pergi dari sekolah. "Kita ke mall aja yuk!!" ajak Dinda. "Okehh dehh siappp." Rara yang langsung tancap gas menuju mall. Seperti kebanyakan wanita lainnya Rara dan Dinda pergi berbelanja mengitari mall tanpa lelah. "Ini bagus gak?" tanya Rara.Dinda lalu memejamkan satu matanya tangannya pun mulai membidik tubuh Rara."Cocok sekali dengan tubuh kamu," komentar Dinda."Oke deh..." Rara pun memasukan baju tersebut pada keranjangnya.Mereka pun kembali memilih baju yang lainnya. Saat sedang memilih baju tiba-tiba ada seorang lelaki yang tidak
Penampilan Dinda kali ini jelas membuat Rangga benar-benar terhipnotis. "Kenapa kamu gak dari dulu berpenampilan seperti itu sih Din?? Kalau aja sejak dulu kamu seperti itu aku bisa saja mempertimbangkan untun meninggalkanmu dulu!!" sesal Rangga saat melihat penampilan Dinda yang begitu aduhayyy menggoda iman Rangga kembali."Fasha saja kalah!!" ledek Rangga pada istrinya."Ahhhh Dinda, lihat saja aku juga tidak akan menyerah!! Kita belum bercerai!!" batin Rangga tersenyum bahagia karean dia sadar belum mengajukan perceraian pada Dinda saat itu.Sepanjang perjalanana pulang wanita yang ada di bayanganya hanyalah Dinda."Dia begitu berani mengenakan pakaian seprerti itu," ucap Rangga sambil membayangkan keseksian tubuh Dinda.***Sampai di rumah ia mendapati Fasha dengan perut besarnya."Huhh Si Gendut!!" kesal Rangga."Apa kamu bilang??? Gendut??? Aku tuh lagi hamil anak kamu Rangga!!!" hal itu terdengar oleh Fasha sehingga membuatnya kesal."Engga siapa juga yang bilang kamu gendut,
"Din kamu gak papa kan??" tanya Rara saat mereka duduk di cafe mall. Dinda yang melamun akhirnya tersadar saar mendengar pertanyaan dari Rara. "Tenang aja aku gak papa ko Ra, aku udah persiapkan hati aku saat bertemu Rangga," jawab Dinda. "Aku cuma khawatir aja trauma kamu kambuh lagi," balas Rara yang khawatir pada sahabatnya ini. "Ra.. kamu tenang aja, aku sudah pernah diinjak harga dirinya oleh Rangga kali ini aku gak akan goyah lagi oleh laki-laki yang sudah menghancurkan hidupku dan keluargaku." Dinda yang tidak akan pernah melupakan rasa sakitnya saat dulu Rangga membuangnya demi perempuan penjilat seperti Fasha. "Syukur deh kalau kamu baik-baik aja!!" Rara yang selalu care pada Dinda karena dia adalah sahabat dekatnya. "Oh iyah Din... by the way kamu juga berubah banyak ko menurut aku," Rara yang mengalihkan topik pembicaraan. "Berubah apanya sih?? Jadi ultramen??" canda Dinda. Dia sekarag sepertinya bisa lebih terbuka dan diajak bercanda. "Dasar kamu deh..." ucap Rara.
Sepulang melepas rindu dengan sahabatnya Dinda merebahkan tubuhnya di kasur. "Hari yang cukup melelahkan," ucap Dinda yang kemudian memejamkan matanya.Sebenarnya Dinda sendiri merasa asing dengan dirinya saat ini, apa lagi untuk kejadian tadi pagi di mobil Andi.Dinda bangun dan mengusap seluruh mukanya."Din kamu tuh sebenarnya sedang apa??" batin Dinda.Dinda berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Mukanya terlihat begitu kusut.Ibu Harti datang menghampiri putrinya."Kamu kenapa sih Nak, mukamu kusut sekali kaya lagi banyak pikiran??" tanya Ibu Harti.Dinda tersenyum meskipun cukup malas untuk memberikan sebuah senyuman."Dinda gak papa ko Bu," ucap Dinda yang langsung menghampiri Ibunya dan memeluk beliau.Dekapan seorang Ibu adalah tempat ternyaman untuk melepas penat dan keruwetan yang sedang ia hadapi saat ini."Ini kan hari pertama kamu masuk kerja, pasti semuanya terasa aneh kan, lama-lama juga pasti akan terbiasa." Ibu Harti memberi se
Keesokan paginya Andi kembali menjemput Dinda."Pagi Bu..." sapa Andi pada Ibu Harti yang membukakan pintu."Nak Andi," balas Ibu Harti.Dinda yang mendengar kedatangn Andi langsung memeriksa ke luar."Kamu ko jemput aku lagi sih??" tanya Dinda."Memangnya kenapa???" tanya Andi balik."Yahh gak usah lah, ngerepotin aja!!" jawab Dinda."Gak papa aku kan sekalian ikut sarapan di sini," imbuh Andi. Ia sebenarnya berusha mengalihkan rasa canggungnya."Iyah gak papa ko Nak Andi bebas pokonya buat Nak Andi mah. Anggap aja rumah sendiri." Ibu Harti yang memang memang sudah menganggap Andi seperti putranya sendiri karena kebaikan Andi selama ini."Tuhh kan kata Ibu juga bebas dong!!" Andi yang merasa dibela oleh Ibu Harti.Dinda yang cemberut kembali masuk kamar untuk merapikan penampilannya."Apaan sih Andi malah jemput lagi," gerutu Dinda yang sedang menyisir rambutnya.Setelah selesai semuanya Dinda langsung pergi ke ruang makan untuk ikut sarapan."Besok gak usah jemput lagi!!" perintah D