Tahun ajaran baru di mulai. Dengan kepindahan Dirandra ke Bandung tidak serta merta membuat orang tua dan adiknya tinggal di Garut, semua mengikutinya. Dirandra meminta Tanti untuk mulai magang di kantor cabangnya yang baru. Dirandra beralasan Tanti harus belajar sebelum benar-benar terjun memulai usahanya sendiri, sedangkan kedua orangtuanya tentu saja tidak bisa berjauhan dengan anak-anaknya.
Kenzo dan Asoka tampak sudah rapi dan siap memulai kegiatan belajar mengajar. Mereka sudah menunggu sang ayah dengan duduk di teras depan
Janu menegakkan tubuhnya kemudian berdiri di samping Asoka, anak itu menatap Asoka dari ujung kaki sampai kepalanya.“Asoka kenapa sakit?” tanya Janu dengan perhatian.“Nggak
Burhan bangkit dari sandarannya di tepi meja dan meremas kedua bahu putranya.“Kau ini putra Ayah yang pintar, pasti kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Menangkan kembali hatinya dan berhentilah memberikan harapan pada wanita-wanita yang selama ini kamu temui. Jika sampai saudara Kamini tahu, sudah pasti tamat riwayatmu, kau sama sekali tidak bisa mendekati Kamini.” Burhan menunduk dan mencium puncak kepala putranya.
Setelah memastikan kedua anaknya tidur Dirandra segera menuju kamarnya sendiri. Ia segera membersihkan diri dan hanya mengenakan celana piyama berwarna biru laut yang dulu dibelikan oleh Kamini ia duduk diatas ranjang bersandar pada kepala ranjang. Tangannya membuka laci nakas dan mengambil potret Kamini dalam bingkai kaca. Foto yang pernah ia ambil saat Kamini sedang hamil besar.Dirandra mengusap foto tersebut dengan penuh kerinduan. Lama ia menatap foto Kamini.
Apa yang sudah dilakukan oleh Kamini membuatnya marah, kecewa sekaligus ada kehangatan yang menyusup relung hatinya. Ia merasa dilema antara ingin terus menaruh amarah dan menuduh Kamini telah mencuranginya dengan menutupi kenyataan ada anaknya yang lain tetapi disisi lain ia juga merasakan kelegaan ia bisa memiliki celah mendapatkan Kamini kembali melalui putranya tentu saja.Ingat Diran perbuatan dan perkataanmu dahulu juga tidak termaafkan. Pria arogan, pemarah!
Kamini mendengkus ia masih kaget dengan sentuhan hangat Dirandra. Ia menatap tak percaya atas perlakuan lembut Dirandra kepadanya. Jujur dalam hatinya ia masih trauma akan perlakuan kasar dirandra saat mereka bertatap muka untuk terakhir kalinya dulu. Panggilan putra tersayangnya menyadarkan ia kembali.
Kamini bernafas lega saat Dirandra mengangguk. Janu juga sudah mulai rewel minta tidur. Kamini menyuruhnya untuk membersihkan diri. Untuk anak berusia lima tahun ia sudah cukup mandiri. Asmah datang membawakan baju ganti untuk mereka semua. Tadi, sebelum ke Rumah Sakit. Asmah juga sudah mampir ke rumah Dirandra untuk membawakan baju ganti untuk Burhan, Dirandra dan juga Tanti.
Dirandra merapatkan dekapannya tangannya sudah berpindah menahan tengkuk Kamini dan menekan tulang punggung Kamini menguncinya rapat menempel padanya. Dirandra menundukkan wajahnya dan tanpa bis ditahan lagi keduanya saling melekatkan bibir dan melumat, bertukar saliva yang hambar tapi terasa manis untuk keduanya. Lidah dirandra menyerbu masuk ke dalam rongga mulut Kamini, mengabsen setiap gigi geligi.
Dirandra keluar dari kamar mandi bersamaan dengan perawat yang sudah kembali ke depan. Dirandra mengamati Kamini yang sudah duduk menyandar di kepala ranjang.
Asoka merogoh kantong celananya dan memeriksa pesan dari Kenzo. Abang Kenzo: “Dek, Abang nggak bisa jemput karena ban motor pecah nih. Untung ketahuan tadi pas Abang beli nasi padang. Kamu dijemput Janu saja ya?”Asoka: “Nggak usah Bang, Asoka naik ojek saja. Abang Janu masih ada pertandingan basket katanya.”
Dua minggu berselang, Kenzo yang sudah semakin membaik kembali ke rumah. Kamini bersama dengan Janu juga sudah kembali ke sana. Kedua anak itu tampak sangat bersemangat, Kenzo di tepi kolam renang dengan gembira memainkan legonya seraya melihat Janu saudaranya sedang bermain air bersama dengan kedua sepupunya yang lain di dalam kolam renang.Kamini menyaksikan keasikan ketiga putranya dari pintu kaca penghubung dapur bersih dan halaman samping terse
Kamini menghela nafasnya. “Semoga setelah melihat ini, Abang bisa berubah pikiran dan merestui Ami. Ami sayang kalian berdua, jadi tolong jangan suruh Ami memilih,” ujar Kamini lagi dengan tatapan memohon kepada Edgar.Kamini menyimpan laptop persis di depan Edgar ia memilih salah satu file dan kemudian membukanya di hadapan Edgar.
“Akhirnya kamu menikah Nak,” ucap Delphina begitu berada di sebelah Kamini seraya menangkup wajah putrinya.Begitu banyak wejangan yang diberikan oleh sanak saudara yang hadir. Minus kehadiran Edgar, Kamini sedih karena saudara sulungnya tidak hadir tetapi dilain pihak jika abangnya itu ada disini ia tidak akan menikah dengan Dirandra. Ia takut membayangkan apa yang akan terjadi jika nanti abangnya itu tahu.
“Maksud kedatangan saya kemari untuk meminta restu melamar Kamini kembali. Saya cinta Kamini Pak, Bu,” ujar Dirandra.“Setelah lima tahun, kamu baru sekarang menginjakkan kaki di sini? Emang berapa jauh sih dari Garut ke Bandung?”
“Kok, mukanya sama kayak Abang, yah? Beda sama Asoka?” tanya Kenzo seraya meneliti wajah Janu.
Dirandra keluar dari kamar mandi bersamaan dengan perawat yang sudah kembali ke depan. Dirandra mengamati Kamini yang sudah duduk menyandar di kepala ranjang.
Dirandra merapatkan dekapannya tangannya sudah berpindah menahan tengkuk Kamini dan menekan tulang punggung Kamini menguncinya rapat menempel padanya. Dirandra menundukkan wajahnya dan tanpa bis ditahan lagi keduanya saling melekatkan bibir dan melumat, bertukar saliva yang hambar tapi terasa manis untuk keduanya. Lidah dirandra menyerbu masuk ke dalam rongga mulut Kamini, mengabsen setiap gigi geligi.
Kamini bernafas lega saat Dirandra mengangguk. Janu juga sudah mulai rewel minta tidur. Kamini menyuruhnya untuk membersihkan diri. Untuk anak berusia lima tahun ia sudah cukup mandiri. Asmah datang membawakan baju ganti untuk mereka semua. Tadi, sebelum ke Rumah Sakit. Asmah juga sudah mampir ke rumah Dirandra untuk membawakan baju ganti untuk Burhan, Dirandra dan juga Tanti.