Edgar menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Kamini bersama dengan Irwan. Ia teringat dengan dirinya yang sering menggoda adiknya Edna dulu. Kali ini akan bertambah satu lagi kurban kegabutannya.
Ponsel Edgar bergetar nama Pak Yanto muncul di layarnya. Edgar menekan tombol handfree.
&l
Dirandra memarkirkan mobilnya begitu memasuki halaman Cafe Black Orchid ia sengaja mencari tempat yang agak gelap dan tersembunyi di sudut halaman parkir agar tidak ada yang mencurigainya.
Dirandra pergi terlebih dahulu dengan wajah yang tidak kalah menahan amarah. Lidahnya sampai kelu tak bisa berkata-kata, tiba-tiba bayangan wajah putranya terbersit dibenaknya. Ia rindu ingin segera memeluk sang putra perpaduan dirinya dan Kamini.
“Apalagi dia hamil begitu? Sebegitu pentingnya pekerjaannya sampai pulang saja dia nggak sempat. Nggak ingat dia dengan kehamilannya yang sempat lemah dulu,” tambah Tania.“Bunda sudah chat Yolanda belum?” tanya Burhan.“Sudah Yah, masuk sih tapi cuma di baca saja. N
Dari arah belakang Edgar, salah seorang anak buah Edgar menendang punggungnya, Edgar kemudian tersungkur. Pada saat itu Surya mengambil kesempatan dengan menendang tulang kering Edgar dan menghantam paha kirinya dengan tinju tangannya. Edgar melawan dengan menggapai tangan Surya dan membantingnya. Saat Edgar fokus dengan Surya dan serangan beberapa anak buahnya yang lain, salah seorang anak buah Surya yang lain berkesempatan memukul bahu Edgar. Edgar tersungkur, saat ia berbalik badan Surya mengeluarkan pistolnya menodongkannya
Tanti sudah tahu semuanya, Kamini selalu terbuka padanya. Namun jelas Tanti tidak akan menceritakan hal apapun pada Dirandra. Biar saudaranya itu mencari kebenaran sendiri. Ia ingin saudaranya itu bisa belajar dari kesalahan yang pernah ia lakukan. Tanti cerdas bukan?“Gimana Mas?” tanya Tanti penasaran dengan tanggapan Dirga.
Tanti sibuk dengan ponselnya di bangku belakang sedangkan Dirga beserta dengan Dirandra duduk di depan. Dengan Dirga yang mengemudikan mobil, Dirga tampak tertekan karena sedari tadi Dirandra menyuruhnya untuk mengebut dan selalu mengumpat jika mendapati kendaraan lain menyalip mobil mereka.TantiE:Ipar syanti
Sementara Dirandra dengan menggendong bayi tersebut, ia masuk dengan terburu-dudu duluan ke rumah dengan meninggalkan mereka berdua.Mereka tidak menyadari jika ada satu mobil yang sedari tadi terparkir tak jauh dari kediaman keluarga Ekadanta. Pengemudinya mengintai aktifitas penghuni rumah.
“Pokoknya kamu nggak bisa tinggalin aku! Hanya Yolanda yang boleh mencampakkan laki-laki bukan sebaliknya. Kau dengar Nino! Brengsek kamu, laki-laki tidak tahu diri!” seru Yolanda sembari memukuli dada Nino membabi buta. Raut wajah Yolanda sudah memerah, marah. Yolanda jelas tidak akan membiarkan Nino mencampakkannya. Ia sudah memastikan bahwa anaknya dirawat oleh Dirandra. Jadi ia akan segera menggugat cerai Dirandra dan hidup bersama Nino itu rencananya. Biar saja Dirandra merasakan mengurusi anak cacat darinya itu akibatnya dulu Dirandra lebih memilih mengurusi wanita lain dan bukan dirinya.
Asoka merogoh kantong celananya dan memeriksa pesan dari Kenzo. Abang Kenzo: “Dek, Abang nggak bisa jemput karena ban motor pecah nih. Untung ketahuan tadi pas Abang beli nasi padang. Kamu dijemput Janu saja ya?”Asoka: “Nggak usah Bang, Asoka naik ojek saja. Abang Janu masih ada pertandingan basket katanya.”
Dua minggu berselang, Kenzo yang sudah semakin membaik kembali ke rumah. Kamini bersama dengan Janu juga sudah kembali ke sana. Kedua anak itu tampak sangat bersemangat, Kenzo di tepi kolam renang dengan gembira memainkan legonya seraya melihat Janu saudaranya sedang bermain air bersama dengan kedua sepupunya yang lain di dalam kolam renang.Kamini menyaksikan keasikan ketiga putranya dari pintu kaca penghubung dapur bersih dan halaman samping terse
Kamini menghela nafasnya. “Semoga setelah melihat ini, Abang bisa berubah pikiran dan merestui Ami. Ami sayang kalian berdua, jadi tolong jangan suruh Ami memilih,” ujar Kamini lagi dengan tatapan memohon kepada Edgar.Kamini menyimpan laptop persis di depan Edgar ia memilih salah satu file dan kemudian membukanya di hadapan Edgar.
“Akhirnya kamu menikah Nak,” ucap Delphina begitu berada di sebelah Kamini seraya menangkup wajah putrinya.Begitu banyak wejangan yang diberikan oleh sanak saudara yang hadir. Minus kehadiran Edgar, Kamini sedih karena saudara sulungnya tidak hadir tetapi dilain pihak jika abangnya itu ada disini ia tidak akan menikah dengan Dirandra. Ia takut membayangkan apa yang akan terjadi jika nanti abangnya itu tahu.
“Maksud kedatangan saya kemari untuk meminta restu melamar Kamini kembali. Saya cinta Kamini Pak, Bu,” ujar Dirandra.“Setelah lima tahun, kamu baru sekarang menginjakkan kaki di sini? Emang berapa jauh sih dari Garut ke Bandung?”
“Kok, mukanya sama kayak Abang, yah? Beda sama Asoka?” tanya Kenzo seraya meneliti wajah Janu.
Dirandra keluar dari kamar mandi bersamaan dengan perawat yang sudah kembali ke depan. Dirandra mengamati Kamini yang sudah duduk menyandar di kepala ranjang.
Dirandra merapatkan dekapannya tangannya sudah berpindah menahan tengkuk Kamini dan menekan tulang punggung Kamini menguncinya rapat menempel padanya. Dirandra menundukkan wajahnya dan tanpa bis ditahan lagi keduanya saling melekatkan bibir dan melumat, bertukar saliva yang hambar tapi terasa manis untuk keduanya. Lidah dirandra menyerbu masuk ke dalam rongga mulut Kamini, mengabsen setiap gigi geligi.
Kamini bernafas lega saat Dirandra mengangguk. Janu juga sudah mulai rewel minta tidur. Kamini menyuruhnya untuk membersihkan diri. Untuk anak berusia lima tahun ia sudah cukup mandiri. Asmah datang membawakan baju ganti untuk mereka semua. Tadi, sebelum ke Rumah Sakit. Asmah juga sudah mampir ke rumah Dirandra untuk membawakan baju ganti untuk Burhan, Dirandra dan juga Tanti.