Share

Rahasiakan dari Setya

Penulis: Putri Hariyono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Setya? Kenapa, Ayah?"

"Setya tak mungkin membiarkan Utari bebas begitu saja, Nak. Kamu tau, bagaimana marahnya dia saat tau kamu dilukai?"

Pak Wiguna yang tiba-tiba teringat pada Setya, menjelaskan pada Kamila, bahwa Setya tak akan mungkin mengizinkan untuk membebaskan Utari begitu saja. Terlebih, Setya sudah mempercayakan masalah ini untuk diurus olehnya.

"Masalah Setya, biar Kamila yang bicara padanya nanti, Ayah. Kamila yakin, Setya pasti akan mengerti. Benar, kan, Bun." Kamila menengok ke arah bu Indri, yang dibalas anggukan dari wanita itu. Kamila juga kembali meyakinkan pak Wiguna untuk segera membawa Utari kembali ke rumahnya. 

"Baiklah, Nak. Ayah akan mengurus pembebasan Utari. Ayah tutup telponnya, ya." Pak Wiguna akhirnya menyetujui perkataan Kamila, meskipun keputusan ini akan membuat Setya kecewa kala mengetahuinya.

"Terima kasih banyak, Ayah." Dengan hati lega, Kamila kembali berucap terima kasih pada Wiguna, sebelum Wiguna menut

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Sumber Kekuatan

    Dengan sedikit rasa takut, Kamila memberanikan diri untuk menjawab panggilan vidio dari Setya. Khawatir, jika Setya bertanya perihal perkembangan kasus Utari. Kamila takut salah bicara, jika Setya menyinggung hal itu."Hai, Kamila. Apa kabarmu?" tanya Setya dari seberang sana, sesaat setelah Kamila menjawab panggilannya."Emm...seperti yang kamu lihat, Setya. Aku sangat baik," ujar Kamila menyunggingkan senyum tipisnya, dengan pandangannya yang tidak fokus ke layar ponsel, karna malu dengan Setya."Iya. Aku melihatnya. Bagaimana lukanya? Apa masih perih?"Untuk kesekian kalinya, Kamila mendapatkan pertanyaan yang sama hari ini. Kamila merasa sangat bersyukur, sebab dikelilingi oleh orang-orang yang perduli padanya."Ya. Sudah tidak apa-apa. Ayah juga sudah memberi salap. Nanti sebelum tidur, aku akan mengoleskannya.""Kamu sedang apa? Apa sudah sholat?"Kamila berusaha mengalihkan pembicaraan, agar Setya tak membahas perih

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Pulangnya lelaki tua itu

    BruuuukSuara gebrakan pintu terdengar dari arah luar. Kamila dan juga Setya, yang masih berada di dalam panggilan vidio itu, lantas terkaget mendengarnya."Hei, buka pintu ini! Cepat!" Suara parau itu memanggil, seraya menggedor-gedor daun pintu.Kamila hapal benar, siapa pemilik suara yang berteriak di balik pintu. Itu adalah suara kakek Parmin. Lelaki tua bangka yang sudah sejak seminggu tidak pulang ke rumah."Setya, itu kakek," ujar Kamila mengadu pada Setya.Mendengar nama pria tua yang sangat dibencinya itu, Setya tak mampu lagi menahan amarahnya. 'Untuk apa dia kembali?' decitnya."Setya, aku akan membukakan pintu. Tunggu sebentar, ya." Kamila berniat untuk membuka pintu untuk kakeknya itu."Kamila. Hentikan! Apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana jika dia bertindak kasar padamu!" Setya berusaha mencegah Kamila untuk membukakan pintu.Tak menghiraukan Setya, Kamila meletakkan ponselnya di atas meja, dan bergegas pe

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Mengapa dia kembali?

    "Kamila, ini ada apa, Nak?" Bu Indri langsung menghampiri Kamila sesaat setelah sampai di rumah Kamila.Bu Indri sangat khawatir akan keadaan putrinya itu. khawatir jika kakek Parmin menyakitinya lagi Namun, semua tertepis, kala melihat keadaan kakek Parmin yang cukup memprihatinkan."Tidak apa, Bun. Hanya saja, kakek ... tolong obati kakek," mohon Kamila."Iya Nak. Tenanglah. Ayah akan segera memeriksa keadaan kakek. Kamila tenang, ya," ujar bu Indri menenangkan Kamila, yang diikuti anggukan gadis itu.Pak Wiguna tampak dengan sigap mengeluarkan alat-alat medisnya untuk mensterilkan luka kakek Parmin, yang terlihat cukup serius. Bekas goresan kaca di sekitar kelopak mata kakek Parmin, menjadi sasaran utama pemeriksaan pak Wiguna.Pelan, pak Wiguna mulai menanyakan kakek Parmin tentang apa yang sudah menimpa beliau, "Pak Parmin, ada apa ini sebenarnya? Mengapa sampai terluka parah seperti ini?""Tidak, Nak. Tuhan sedang menegur s

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Hidayah menghampiri

    Adzan subuh membangunkan Kamila. Meski dengan mata yang masih terasa berat karna tidur terlalu larut malam tadi, Kamila tetap memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidur.Kamila ke luar dari kamar, untuk mengambil air wudhu. Karna melewati kamar kakeknya, Kamila melihat dulu ke arah kamar itu. Perlahan, Kamila masuk dengan menyibak tirai yang dipakai sebagai penutup pengganti pintu kamar."Kakek," panggil Kamila saat tak melihat siapapun di dalam kamar.Namun, suara gemericik air di kamar mandi, menjadi tanda bahwa sang kakek berada di sana."Eh, Kamila. Sudah bangun, Nak," sapa kakek Parmin pada Kamila setelah ia keluar dari bilik kecil."Iya, Kek. Kamila mau ambil wudhu," ucap Kamila tersenyum."Sholatnya bareng sama kakek, ya. Kakek mau mulai sholat lagi. Kamila ajari kakek, ya. Kakek sudah lupa." Kakek Parmin meminta Kamila untuk menuntunnya mendirikan sholat setelah sekian lama ia tak melakukannya.Kamila mengangguk m

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Fitting Gaun Pengantin

    [Kamila, aku akan kembali hari ini. Kita akan menikah dalam kurun beberapa hari. Persiapkan dirimu, Sayang. Aku mencintaimu.]Hati Kamila sangat bahagia membaca pesan singkat tersebut. Ingin dibalasnya, namun dia tak tau harus bicara apa. Sang pangeran akan segera kembali untuk mempersuntingnya. Masih diliputi rasa bahagia yang menyeruak begitu saja dalam hatinya, Kamila dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari luar rumah. "Assalamu'alaikum." Seseorang mengucap salam. Kamila tau betul itu adalah bu Indri.Kamila langsung saja membukakan pintu setelah memasang hijab di kepalanya."Wa'alaikumsalam, Bun. Silahkan masuk, Bunda." Kamila mempersilahkan segera wanita paruh baya itu untuk masuk ke rumah. Meskipun dia agak heran dengan beberapa orang yang datang bersama bu Indri, karna ia tak pernah melihat orang-orang itu."Kamila. Setya akan pulang, Sayang. Kalian akan segera menikah. Bunda sangat bahagia." Bu Indri memeluk Kamila. Dielusnya lembut punggung calon menantunya itu.Kamila mem

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Perihal Ayah dan Ibu

    "Hai, Cantik. Apa kau merindukanku?" sapa Setya dari sebrang sana."Hmmm ... Setya, sebenarnya ... ada yang ingin aku tanyakan." jawab Kamila yang tak ingin lagi menepis semua rayuan yang dilontarkan oleh Setya."Tanyakan saja, Sayang." Setya yang sedang bersiap untuk kembali pulang ke Desa itupun, tetap siap untuk menjawab pertanyaan dari Kamila.Kamila sebenarnya sedikit ragu untuk menanyakan hal ini pada Setya. Namun, rasa penasarannya mengalahkan segala hal."Setya. Pernikahan kita sudah ditentukan, bukan?" tanya Kamila dengan suara lembutnya."Iya, Sayang. Aku sedang bersiap untuk pulang sekarang. Kita akan menikah. Aku, dan kamu, akan hidup bahagia. Percayalah padaku." Lagi-lagi, Setya tak hentinya meyakinkan hati Kamila."Tapi ... bagaimana tentang wali pernikahanku?" Kamila mulai menanyakan hal yang sedang mengganggu pikirannya sejak tadi."Apa kamu sudah bertemu dengan ayah dan ibu?" sambungnya.Setya sudah menyangka, bahwa Kamila akan bertanya tentang hal ini. Dia juga sudah

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Sampai di Desa

    Setya, Rizki, serta pak Jupri sudah tiba di Desa tempat tinggal Kamila serta Setya sendiri."Assalamualaikum," panggil Setya dari arah luar. Memastikan, apakah ada orang di rumah.Tak lama mereka menunggu. Seseorang menyahut dari dalam. "Waalaikumsalam." Suara lembut itu tentu tak asing di telinga Setya. Sang bunda yang akan menyambutnya.Benar saja, bu Indri membuka daun pintu lebar-lebar. Karna mengetahui bahwa anak tunggalnya akan kembali hari ini, bu Indri tak terlalu terkejut melihat kedatangan Setya. Namun, tentu saja hati wanita itu sangat bahagia melihat sang putra saat ini."Nak, kamu sudah sampai. Ada nak Rizki juga, dan, ini ...?""Oh, iya, Bun. Ini adalah pak Jupri, yang Setya ceritakan kemarin," jelas Setya, seperti mengerti apa yang akan ditanyakan oleh ibundanya.Mendengarnya, bu Indri mengangguk pelan, pertanda mengerti."Ya sudah, kalau begitu, Setya, nak Rizki, serta pak Jupri, masuklah. Kalian pasti lelah di perjalanan, bukan?" ajak bu Indri pada anak, serta kedua

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Bernasab pada Sang Ibu

    Sebelumnya, Setya, Rizki serta pak Jupri, sudah menemukan solusi untuk pernikahan Setya dan Kamila. Sebab, orang tua Kamila belum berhasil ditemukan, maka pak Jupri mengusulkan, agar Kamila dinikahkan oleh wali hakim saja.Dengan berbekal nasihat dari ustadz yang mereka temui di kota, memang keputusan mereka dirasa sudah sangat benar. Karna yang pak Jupri ketahui, Ratih mengandung Kamila duku, sebelum dia menikah secara sah dengan ayah biologis Kamila. Maka dari itu, secara agama, Kamila bernasab pada ibunya. "Jadi, bagaimana, pak Wiguna? Apakah bapak dan keluarga, bisa menerima Kamila dengan statusnya yang seperti demikian?" tanya pak Jupri saat berbincang pada pak Wiguna-ayah Setya."Tentu saja, Pak. Tak ada masalah akan hal itu. Kami menerima Kamila, tanpa mempersoalkan statusnya sama sekali. Kamila merupakan anak yang baik dan sopan. Tidak mungkin, jika kami menolaknya, hanya karna kesalahan masa lalu orang tuanya," ujar pak Wiguna yakin.Sebab, sejak awal, pak Wiguna serta sang

Bab terbaru

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kamila Hermawan

    "T--appi ... kenapa, Paman?" tanya Kamila. Mengapa ia harus begitu waspada, pikirnya. "Nak, ayah Kamila ... bukanlah orang biasa. Beliau dulunya ialah pengusaha besar." Jupri mulai menjelaskan. Kamila mendengarkan dengan seksama. Ia tak ingin terlalu banyak bertanya. Dirinya membiarkan paman Jupri menjelaskan. "Kamila harus mengetahui lebih dulu, jika ayah Kamila, diyakini orang-orang telah meninggal dunia. Namun, yang paman tau ialah, kematian beliau sengaja dipalsukan," lanjut Jupri."Dipalsukan? Jadi maksudnya, suami Ratih itu masih hidup, namun sengaja dibuat seakan-akan sudah meninggal dunia? Begitukah nak Jupri?" Kakek Parmin berusaha meresapi ucapan Jupri. "Betul sekali, Pak. Itu ialah dampak, karna oknum-oknum tersebut tak ingin harta dari ayah Kamila, jatuh ke tangan Ratih masa itu." Jupri menceritakan sebenar-benarnya. Meskipun ia sudah bercerita akan hal ini pada Setua dan Rizki saat itu, namun rasanya akan lebih lega lagi, jika ia juga menceritakan perihal ini pada Ka

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keresahan mulai sirna

    "Hussshhhh ... hentikan mengatakan hal itu. Kamila tak bersalah akan masa lalu dari orang tua Kamila. Kamila anak yang baik. Buktinya, meskipun telah mengetahui semuanya, Setya serta keluarganya tetap mau menerima Kamila. Benar, kan?" Nenek Sumi semakin meyakinkan Kamila agar tak gegabah membatalkan pernikahannya dan juga Setya begitu saja.Kamila menatap lekat wajah sang nenek. Bagaimana mungkin, ia mengecewakan wanita pengganti sosok ibu baginya itu dengan membatalkan pernikahan. Sedangkan sang neneklah yang paling bahagia saat Kamila mengabarkan jika Setya akan melamarnya."Kamila mengerti, Nek. Kamila akan memikirkannya lagi. Nenek istrirahatlah, ya. Kamila ingin berbicara dengan paman Jupri dan juga kakek," ucap Kamila, lalu ke luar dari kamar. Di ruang tamu, Kamila melihat paman Jupri dan jiga kakeknya sedang mengobrol. Kamila yakin, yang mereka bicarakan tak lain dan tak bukan ialah perihal orang tuanya. "Mil ... sini duduk, Nak." Kakek Parmin meminta Kamila yang berdiri di a

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Berperang dengan batin

    "Tidak usah terlalu dipaksakan, Pak. Kami tau, Kamila pasti sangat terkejut. Biarkan dirinya bertenang dulu." Pak Wiguna meminta kakek Parmin agar tak terlalu mendesak Kamila perihal pernikahan ini."Sekali lagi, Kamila mohon maaf, Ayah, Bunda ... emmm ... Setya." Kamila kembali meminta maaf pada tiga orang yang sangat menyayanginya itu. Mata indahnya menatap ke arah Setya. Tak dipungkiri, hati kecilnya sangat tak ingin mengecewakan Setya dan juga keluarganya.Setya tersenyum tulus ke arah Kamila. Membalas tatap mata kekasih yang sangat dipujanya, "Tidak apa, Kamila. Jangan jadikan beban. Kita jalani saja semua prosesnya. Aku akan bersabar, menunggu apapun keputusanmu," ucapnya kemudian.Meskipun di hati kecilnya sangat mengharapkan persetujuan dari Kamila untuk menikah, namun Setya tak ingin memaksa Kamila. Dia sangat tau, gadisnya itu butuh waktu untuk menerima kenyataan tersebut."Paman, tinggallah di sini. Kamila masih ingin mengobrol dengan paman. Apa paman berkenan?" Dengan nada

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keraguan

    Pak Jupri meyakinkan diri Kamila, hingga tangis gadis itu perlahan mereda. Entah mengapa, hatinya sangat teriris melihat Kamila menangis. Membuatnya terbayang lagi akan sosok sahabatnya--Ratih. Sahabat yang sangat ia rindukan, kini seperti sedang berada di hadapannya, dengan penampilan yang berbeda. Tak dapat lagi dipungkiri, raut wajah Kamila, sama persis dengan sang ibu. Hidung bangir, kulit putih merona, alis dan bulu mata yang tebal, juga sangat mirip dengan yang dimiliki oleh Ratih. Yang berbeda hanyalah, cara berpakaiannya saja. Jika dulu, Ratih kerap berpenampilan dengan dress selutut, menunjukkan kaki jenjangnya, kini putrinya, menutup seluruh bagian tubuhnya dengan gamis, serta tudung labuh. "Kamila, sayang, jangan terlalu difikirkan, Nak. Semua sudah jelas sekarang. Ayah, Bunda, juga Setya tak pernah mempermasalahkan segalanya. Tenanglah, Nak," ucap bu Indri lagi-lagi. Dirinya tak ingin, Kamila merasa rendah diri. Sebab baginya, Kamila ialah gadis sempurna yang dipilih unt

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Batalkan Saja?

    Bertujuan, agar suasana tak begitu canggung. Juga agar, dirinya bisa mengatakan kenyataan bahwa Kamila ialah putri yang dikandung ibunya, sebelum sah menikah dengan sang ayah biologis. Berat rasanya mengatakan hal tersebut pada gadis yang berhati baik seperti Kamila."Berarti, teman ibu yang sangat baik itu, adalah Paman? Maafkan Kamila, yang tak mengenali paman." Kamila perlahan mengingat sosok Jupri, yang kini duduk di hadapannya. Sosok yang sangat menyayanginya semasa kecil. Sosok yang pernah dianggapnya sebagai sang ayah. Namun sayang, mereka harus terpisah karna rasa tak enak hati dari ibu Kamila sendiri."Iya, Nak. Tak apa. Wajar saja. Sudah belasan tahun berlalu. Wajar, jika Kamila tak lagi mengenali paman." Pak Jupri tersenyum pada Kamila. Memaklumi gadis itu. "Tentang pernikahan, paman datang kemari, untuk meminta persetujuan dari Kamila dan juga dari kakek serta nenek Kamila." Pak Jupri lalu kembali membahas perihal pernikahan Kamila dan juga Setya."Persetujuan apa itu, Na

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kenyataan Pahit

    "Uang ini Setya berikan kembali pada nek Sumi. Setya ikhlas. Untuk membantu kebutuhan nenek dan juga kakek." Setya lantas memberikan uang itu pada nek Sumi."Nak Setya ..." ucap nek Sumi."Tidak, Nek. Jangan menolaknya lagi. Setya mohon." Bagai tau apa yang akan dikatakan nek Sumi, Setya mencegah lebih dulu untuk nek Sumi menolak pemberiannya."Benar, Bu Sumi. Sudah, simpanlah. Setya memberi dengan sepenuh hatinya. Lagipula, uang itu adalah hasil kerja Setya sendiri," ucap bu Indri kemudian.Mendengarnya, nek Sumi yang masih tak enak hati, menerima pemberian Setya, dan tak memberikan penolakan lagi."Sudah, ya. Semua sudah selesai. Semua sudah saling memaafkan. Kalau begitu, kita kembali ke tujuan awal berkumpul di sini. Benar begitu, Pak Parmin?" Pak Wiguna lalu membuka topik utama yang akan dibicarakan mereka malam ini."Benar sekali, Nak Wiguna." Kakek Parmin mengiyakan.Semua orang mendengarkan dengan seksama. Termasuk Pak Jupri, juga Rizki yang sedari tadi hanya menyimak pembicar

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Saling Maaf

    "Hahahahaha. Tidak, tidak. Aku tidak marah, Kamila. Aku hanya bercanda." Setya kemudian tertawa melihat wajah kebingungan Kamila. Dia sengaja, menggoda Kamila seperti itu.Tingkah Setya, membuat semua orang tertawa. Namun tidak dengan Kamila. Gadis cantik itu merasa malu, hingga membuat semburat merah muda timbul di pipinya. Sebelumnya, dia sangat takut, karna Setya berbicara dengan wajah yang begitu serius, seakan sedang mengintrogasinya."Setya. Hush. Kamu ini, senang sekali menjahili Kamila." Bu Indri mencubit pelan lengan Setya, yang duduk di sebelahnya."Hehe, maaf, Bun. Maaf ya, Kamila," ujar Setya pada Kamila dan juga bundanya. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya."Jangan takut, ya, Mil. Setya hanya bercanda. Ayah sama Bunda sudah menjelaskan kok, mengapa Utari bisa bebas. Setya sudah memakluminya." Pak Wiguna mengimbuhi.Kamila hanya mengangguk-angguk mengiyakan perkataan Setya dan pak Wiguna. Hatinya sedikit lega, karna Setya tak lagi mempersoalkan pasal Utari.

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Menggoda Kamila

    "Tapi, Ki. Ini tak adil untuk Kamila." Setya yang merasa masih ada yang mengganjal di hatinya, melihat gadis itu bebas berkeliaran, dengan apa yang sudah diperbuat pada Kamila, mencoba membantah perkataan Rizki."Sshhtt ... sudah, Nak. Sudah, ayo kita bergegas. Kamila pasti sudah menunggu." Bu Indri lagi-lagi berusaha menenangkan hati Setya."Hhfffft ... baiklah, Bunda." Tak lagi membantah, Setya menurut apa yang dikatakan oleh bundanya. Karna dia sadar, bahwa tujuan awalnya kembali ke desa ini adalah, untuk rencana pernikahannya dengan Kamila.Setya berusaha menata suasana hatinya, agar kembali tenang, sembari melanjutkan perjalanan ke rumah Kamila, yang sudah tak lagi jauh. "Itu muka, diberesin dulu, kaliiii. Kusut banget, kek belum disetrika. Nanti, bukannya Kamila jatuh cinta, malah jadi takut melihatmu seperti itu." Rizki mencandai Setya, agar suasana hati sahabatnya itu, kembali baik."Ck. Kamu ini, ada-ada saja. Mana mungkin, Kami

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Tertangkap Oleh Setya

    "Wanita kejam ini, yang telah mencelakai Kamila!" ujar Setya dengan amarah di wajahnya.Bu Indri, pak Wiguna, serta pak Jupri yang berjalan lebih dulu di depan Setya dan Rizki, menghentikan langkah kaki mereka, karna mendengar sentakan Setya yang cukup keras.Melihat suasana yang sudah tak kondusif, dan amarah Setya yang mulai tak terkendali, para orang tua itu 'pun menghampirinya. Pak Wiguna dan pak Jupri, sampai berlari² kecil ke arah Setya, untuk menghentikannya."Setya, hentikan, Nak! Ayah akan menjelaskan semuanya. Tenanglah dulu," pujuk pak Wiguna pada Setya."Tenang bagaimana, Ayah? Wanita ini, yang sudah memberikan cacat pada wajah Kamila, tiba-tiba bisa bebas seperti ini." Setya yang sejak tadi mencekal pergelangan tangan wanita yang ternyata adalah Utari itu, makin merasa geram.Utari meringis kesakitan, karna cengkraman Setya yang cukup kuat di pergelangan tangannya."Aw. Setya, lepaskan aku. Kenapa kau menyakitiku seperti ini." Utari memohon agar Setya melepaskan cengkrama

DMCA.com Protection Status