Share

Kehamilan Ratih

Author: Putri Hariyono
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Triing..

Bunyi pesan yang masuk ke ponsel Jupri.

[Jupri, temui aku di taman kota. Aku ingin bicara, penting!] isi pesan dari Ratih itu, lantas membuat Jupri tidak tenang. Dan sesuai yang diminta oleh sahabatnya, Jupri langsung bergegas menuju taman kota dengan motornya.

Tak lama, Jupri pun sampai di sana. Karna jarak taman kota dengan rumah Jupri tidak terlalu jauh. Dia menyisir sekeliling taman, mencari keberadaan Ratih. Dan akhirnya, dia menemukan Ratih sedang duduk di bangku taman yang agak jauh dari keramaian. Melihatnya, Jupri pun langsung menghampiri sahabatnya itu.

"Hei, Ratih. Ada apa?" Jupri menepuk pundak Ratih, dan membuat gadis itu menoleh ke arahnya. Namun, tanpa berbicara sepatah katapun, Ratih langsung memeluk Jupri.

Jupri yang sejak mendapat pesan dari Ratih tadi bertanya-tanya, semakin heran dengan sikap Ratih saat ini. Ratih yang terlihat gusar, membuat Jupri membiarkannya menangis di pelukan Jupri. Jupri menenangkan Ratih se

Putri Hariyono

Penasaran bukan? Jangan lupa tinggalkan vote ya, teman teman

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Ayah Kamila

    Jupri sangat mengkhawatirkan tentang keadaan Ratih. Meskipun selama ini, mereka hanya sebatas bersahabat, namun tak dapat dipungkiri, bahwa hati Jupri sangat mencintai Ratih. Sudah sering dia mengutarakan isi hatinya pada Ratih. Dan gadis itu, selalu menolak Jupri. Ratih merasa tak pantas, jika dicintai oleh lelaki baik seperti Jupri. Karna Ratih, merasa bahwa dirinya bukanlah perempuan baik baik. Ratih datang kekota besar, untuk mencari pekerjaan,agar dapat membantu ekonomi keluarganya yang tinggal didesa. Namun entah bagaimana, Ratih terjerat didalam pekerjaan kotor itu. Ratih bekerja disebuah "Rumah Mucikari", sebagai wanita malam. Ratih merupakan gadis yang paling cantik disana. Tak jarang, para pejabat dan pengusaha menyewa Ratih untuk waktu yang lama. Mereka hanya ingin, Ratih yang "menemani" malam mereka. Dan pada saat ini, pengusaha muda, tampan dan kaya raya, yaitu Hans Hermawan lah yang menyewa Ratih. Dan Hans Hermawan pula, yang sudah membuat Ratih sampai hamil se

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Menebus Ratih

    "Ini, uang senilai lima puluh juta. Serahkan Ratih padaku. Bebaskan dia!" Selang sehari setelah menghabiskan malam bersama Ratih, Hans datang kepada Maya-Bos mucikari tempat Ratih selama ini menjajakan diri. Dia meletakkan tas berisi uang senilai lima puluh juta dihadapan Maya, untuk membawa Ratih pergi dari tempat itu. "Wow, benarkah? Apa uang ini untukku, Tuan?" Maya yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, membelalakkan kedua matanya. Tentu saja, karna uang senilai lima puluh juta, sudah sangat besar nilainya pada masa itu. "Ya, benar. Aku ingin Ratih. Setelah aku membawanya dari sini, kamu dan anak buahmu, tidak boleh mencari dan menggangu Ratih! Dan, satu lagi, kamu harus tutup mulut tentang hal ini. Jangan pernah katakan pada siapapun, bahwa aku membawa seorang gadis dari tempat ini. Kalau tidak, kamu akan tau sendiri akibatnya!" Hans menunjuk kearah wajah Maya. Dengan sedikit ancaman, Hans mengingatkan Maya agar tidak berkata apapun pada orang oran

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Pernikahan petaka

    Siang itu juga, Ratih dan Hans melaksanakan pernikahan. Acara dilangsungkan dengan amat sangat sederhana dirumah baru yang dibelikan Hans untuk Ratih, sebagai mas kawin. Tidak ada satupun keluarga Hans hadir, karna pernikahan ini sangat dirahasiakan. Dan Ratih, hanya didampingi oleh Jupri-sahabatnya. Ratih sempat menghubungi Jupri, sesaat sebelum pernikahan dimulai. Dan Jupri yang saat itu sedang cuti bekerja, langsung datang kepada Ratih. Dia juga menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu. Karna rencana pernikahan yang sangat terburu buru, Ratih tak sempat memberi tahu keluarganya didesa tentang hal ini. Dan terpaksa, Ratih dinikahkan bukan oleh Ayah kandungnya sendiri, melainkan oleh penghulu yang dibayar Hans. Karna pernikahan mereka berstatus siri, maka itu tak menjadi halangan bagi mereka. "Jaga diri kamu, Ratih. Kalau suatu waktu kamu membutuhkanku, kamu bisa menghubungiku." Ujar Jupri pada Ratih setelah ijab kabul selesai. Disatu sisi, Jupri merasa sedih, karna

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kepergian Hans

    "Sayang, aku harus pergi sekarang. Kamu disini, bersama asisten rumah tangga kita, ya." Hans yang baru saja selesai menerima telpon dari istri pertamanya itu, tampak terburu buru, dan akan pergi meninggalkan Ratih, yang baru beberapa jam dinikahinya. "Ya, pergilah." Ratih yang sadar akan posisinya saat itu, tak mencegah Hans sama sekali. "Aku akan segera kembali, sayang. Jaga diri kamu, dan juga calon anak kita. Semua keperluan kamu, sudah aku siapkan disini. Dan, ini, kalau kamu bosan, dan mau pergi jalan jalan, pakailah kartu ini. Ada uang didalamnya. Kamu bisa pakai semau kamu." Ujar Hans, sembari menyerahkan sebuah kartu debit ketangan Ratih, yang disertai anggukan kecil dari wanita itu. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku akan segera kembali. Aku mencintaimu." Hans mencium kening Ratih, dan bergegas pergi meninggalkannya. Ratih yang saat itu tak ingin berniat pergi kemanapun, hanya merebahkan dirinya dirumah baru miliknya itu. Kehamilannya juga me

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Berita palsu?

    "Aku tidak akan membiarkan kau hidup dengan tenang, wanita jalang. Aku akan merenggut semua yang sudah diberikan suamiku padamu. Aku akan menghancurkanmu, Ratih Andriana!" Ancam wanita yang sedang berbicara disebrang sana pada Ratih. "Hans ada ditanganku sekarang. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengannya lagi, pelac*r!" Wanita yang berbicara ditelpon itu, berteriak memaki Ratih, sebelum kemudian dia tertawa dengan keras. Ya, itu adalah suara Lydia Sari. Ancaman keras yang dilontarkannya pada Ratih, membuat pikiran Ratih semakin kalut. Namun, kata katanya juga membuat Ratih merasa bingung. Apa yang dimaksudkan wanita itu? Mengapa dia berkata bahwa Hans berada ditangannya? Apakah Hans masih hidup? Semua pertanyaan itu mengitari kepala Ratih. "Ratih, aku mengerti semuanya. Ini adalah sebuah konspirasi. Hans tidak meninggal. Ini berita palsu. Lupakan tentangnya dulu. Sekarang, selamatkan dirimu dan calon bayimu. Nyawamu sedang dalam bahaya." Jupri yang

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kelahiran Kamila

    "Sebuah rumah mewah dikawasan Jalan Setia Agung, ludes terbakar api. Tidak ada korban jiwa disana, namun diduga, kebakaran tersebut adalah sebuah kesengajaan. Saat ini, polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran yang melalap rumah yang lagi lagi, masih diduga adalah milik pengusaha terkenal Hans Hermawan, yang baru saja meninggal dunia kemarin sore," berita yang dibawakan oleh seorang News Anchor disiaran televisi pada pagi itu, sontak membuat jantung Ratih berdegup kencang. Bagaimana tidak, rumah yang dimaksudkan itu, adalah rumah yang ditinggalkannya malam tadi."Sayang banget, ya, rumahnya. Memang ada ada saja kejahatan manusia saat ini. Untung saja, tidak ada orang didalamnya," ujar Bi Jum pada Ratih, yang tidak tau bahwa rumah yang dimaksud, adalah milik Ratih. Namun, ketika melihat ekspresi wajah, dan keringat dingin didahi Ratih yang duduk disampingnya, juga nafas Ratih yang tersengal sengal karna merasa sangat panik, perhatian Bi Jum langsung tertuju pada Ratih.

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kepergian Ratih dari hidup Jupri

    Enam tahun hidup dengan pertolongan Jupri, Ratih merasa sangat tidak enak hati. Jupri sudah terlalu banyak membantunya dan buah hatinya yang kini sudah berusia lima tahun. Ratih selalu saja meminta izin pada Jupri untuk pergi dari rumah Bi Jum, namun Jupri tak pernah mengizinkan. Terlebih, Jupri sudah sangat menyayangi putri kecil Ratih yang diberi nama Kamila itu.Hingga satu hari, Ratih tak lagi bisa menahan dirinya untuk meninggalkan rumah tersebut untuk mencari pekerjaan. Mengingat, Jupri hanyalah seorang pegawai kantor pos, yang mendapat gaji tak seberapa.Ratih mengirim pesan pada Jupri,[ jupri, maafkan aku. Aku harus pergi. Aku tak bisa terus-terusan merepotkanmu dan juga Bibi. Sekarang aku sudah memiliki tanggung jawab sendiri. Jadi, aku mohon, jangan halangi aku. Dan satu lagi, sampaikan salam dan terima kasihku pada Bi Jum. Aku tidak pamit padanya, karna aku tau, dia pasti juga tak akan mengizinkanku untuk pergi. Bi Jum sedang pergi ke pasar. Sampaikan

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Titik terang

    "Setelah hari itu, Bapak tak pernah menerima kabar dari Ratih lagi. Yang Bapak dengar dari banyak orang, Ratih kembali bersama Maya ke tempat mucikari itu. Dan, Ratih diduga sudah tiada sebab terbakar disana," Jupri mengakhiri kisah Ratih yang sejak tadi diceritakannya pada Setya dan Rizki yang mendengarkan dengan seksama.Kedua pemuda itu mengangguk pelan. Di benak mereka, masih ada segudang pertanyaan perihal kisah Ibunda dari Kamila itu. Terlebih lagi Setya, yang masih belum bisa menemukan titik terang dan solusi terhadap kendala pernikahannya dan Kamila."Ini cukup rumit, Nak," ujar Jupri memecah keheningan."Benar, Pak. Setya masih menyimpan banyak pertanyaan dari kisah masa lalu Ibu Ratih yang Bapak ceritakan," Setya memijit pelipisnya pelan. Dia tampak sangat tertekan atas semua ini. Terlebih, dia tak memiliki jawaban dari apa yang sudah Pak Jupri ceritakan padanya."Pak, mohon maaf, tadi Bapak bilang bahwa Bapak memiliki istri da

Latest chapter

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kamila Hermawan

    "T--appi ... kenapa, Paman?" tanya Kamila. Mengapa ia harus begitu waspada, pikirnya. "Nak, ayah Kamila ... bukanlah orang biasa. Beliau dulunya ialah pengusaha besar." Jupri mulai menjelaskan. Kamila mendengarkan dengan seksama. Ia tak ingin terlalu banyak bertanya. Dirinya membiarkan paman Jupri menjelaskan. "Kamila harus mengetahui lebih dulu, jika ayah Kamila, diyakini orang-orang telah meninggal dunia. Namun, yang paman tau ialah, kematian beliau sengaja dipalsukan," lanjut Jupri."Dipalsukan? Jadi maksudnya, suami Ratih itu masih hidup, namun sengaja dibuat seakan-akan sudah meninggal dunia? Begitukah nak Jupri?" Kakek Parmin berusaha meresapi ucapan Jupri. "Betul sekali, Pak. Itu ialah dampak, karna oknum-oknum tersebut tak ingin harta dari ayah Kamila, jatuh ke tangan Ratih masa itu." Jupri menceritakan sebenar-benarnya. Meskipun ia sudah bercerita akan hal ini pada Setua dan Rizki saat itu, namun rasanya akan lebih lega lagi, jika ia juga menceritakan perihal ini pada Ka

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keresahan mulai sirna

    "Hussshhhh ... hentikan mengatakan hal itu. Kamila tak bersalah akan masa lalu dari orang tua Kamila. Kamila anak yang baik. Buktinya, meskipun telah mengetahui semuanya, Setya serta keluarganya tetap mau menerima Kamila. Benar, kan?" Nenek Sumi semakin meyakinkan Kamila agar tak gegabah membatalkan pernikahannya dan juga Setya begitu saja.Kamila menatap lekat wajah sang nenek. Bagaimana mungkin, ia mengecewakan wanita pengganti sosok ibu baginya itu dengan membatalkan pernikahan. Sedangkan sang neneklah yang paling bahagia saat Kamila mengabarkan jika Setya akan melamarnya."Kamila mengerti, Nek. Kamila akan memikirkannya lagi. Nenek istrirahatlah, ya. Kamila ingin berbicara dengan paman Jupri dan juga kakek," ucap Kamila, lalu ke luar dari kamar. Di ruang tamu, Kamila melihat paman Jupri dan jiga kakeknya sedang mengobrol. Kamila yakin, yang mereka bicarakan tak lain dan tak bukan ialah perihal orang tuanya. "Mil ... sini duduk, Nak." Kakek Parmin meminta Kamila yang berdiri di a

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Berperang dengan batin

    "Tidak usah terlalu dipaksakan, Pak. Kami tau, Kamila pasti sangat terkejut. Biarkan dirinya bertenang dulu." Pak Wiguna meminta kakek Parmin agar tak terlalu mendesak Kamila perihal pernikahan ini."Sekali lagi, Kamila mohon maaf, Ayah, Bunda ... emmm ... Setya." Kamila kembali meminta maaf pada tiga orang yang sangat menyayanginya itu. Mata indahnya menatap ke arah Setya. Tak dipungkiri, hati kecilnya sangat tak ingin mengecewakan Setya dan juga keluarganya.Setya tersenyum tulus ke arah Kamila. Membalas tatap mata kekasih yang sangat dipujanya, "Tidak apa, Kamila. Jangan jadikan beban. Kita jalani saja semua prosesnya. Aku akan bersabar, menunggu apapun keputusanmu," ucapnya kemudian.Meskipun di hati kecilnya sangat mengharapkan persetujuan dari Kamila untuk menikah, namun Setya tak ingin memaksa Kamila. Dia sangat tau, gadisnya itu butuh waktu untuk menerima kenyataan tersebut."Paman, tinggallah di sini. Kamila masih ingin mengobrol dengan paman. Apa paman berkenan?" Dengan nada

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keraguan

    Pak Jupri meyakinkan diri Kamila, hingga tangis gadis itu perlahan mereda. Entah mengapa, hatinya sangat teriris melihat Kamila menangis. Membuatnya terbayang lagi akan sosok sahabatnya--Ratih. Sahabat yang sangat ia rindukan, kini seperti sedang berada di hadapannya, dengan penampilan yang berbeda. Tak dapat lagi dipungkiri, raut wajah Kamila, sama persis dengan sang ibu. Hidung bangir, kulit putih merona, alis dan bulu mata yang tebal, juga sangat mirip dengan yang dimiliki oleh Ratih. Yang berbeda hanyalah, cara berpakaiannya saja. Jika dulu, Ratih kerap berpenampilan dengan dress selutut, menunjukkan kaki jenjangnya, kini putrinya, menutup seluruh bagian tubuhnya dengan gamis, serta tudung labuh. "Kamila, sayang, jangan terlalu difikirkan, Nak. Semua sudah jelas sekarang. Ayah, Bunda, juga Setya tak pernah mempermasalahkan segalanya. Tenanglah, Nak," ucap bu Indri lagi-lagi. Dirinya tak ingin, Kamila merasa rendah diri. Sebab baginya, Kamila ialah gadis sempurna yang dipilih unt

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Batalkan Saja?

    Bertujuan, agar suasana tak begitu canggung. Juga agar, dirinya bisa mengatakan kenyataan bahwa Kamila ialah putri yang dikandung ibunya, sebelum sah menikah dengan sang ayah biologis. Berat rasanya mengatakan hal tersebut pada gadis yang berhati baik seperti Kamila."Berarti, teman ibu yang sangat baik itu, adalah Paman? Maafkan Kamila, yang tak mengenali paman." Kamila perlahan mengingat sosok Jupri, yang kini duduk di hadapannya. Sosok yang sangat menyayanginya semasa kecil. Sosok yang pernah dianggapnya sebagai sang ayah. Namun sayang, mereka harus terpisah karna rasa tak enak hati dari ibu Kamila sendiri."Iya, Nak. Tak apa. Wajar saja. Sudah belasan tahun berlalu. Wajar, jika Kamila tak lagi mengenali paman." Pak Jupri tersenyum pada Kamila. Memaklumi gadis itu. "Tentang pernikahan, paman datang kemari, untuk meminta persetujuan dari Kamila dan juga dari kakek serta nenek Kamila." Pak Jupri lalu kembali membahas perihal pernikahan Kamila dan juga Setya."Persetujuan apa itu, Na

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kenyataan Pahit

    "Uang ini Setya berikan kembali pada nek Sumi. Setya ikhlas. Untuk membantu kebutuhan nenek dan juga kakek." Setya lantas memberikan uang itu pada nek Sumi."Nak Setya ..." ucap nek Sumi."Tidak, Nek. Jangan menolaknya lagi. Setya mohon." Bagai tau apa yang akan dikatakan nek Sumi, Setya mencegah lebih dulu untuk nek Sumi menolak pemberiannya."Benar, Bu Sumi. Sudah, simpanlah. Setya memberi dengan sepenuh hatinya. Lagipula, uang itu adalah hasil kerja Setya sendiri," ucap bu Indri kemudian.Mendengarnya, nek Sumi yang masih tak enak hati, menerima pemberian Setya, dan tak memberikan penolakan lagi."Sudah, ya. Semua sudah selesai. Semua sudah saling memaafkan. Kalau begitu, kita kembali ke tujuan awal berkumpul di sini. Benar begitu, Pak Parmin?" Pak Wiguna lalu membuka topik utama yang akan dibicarakan mereka malam ini."Benar sekali, Nak Wiguna." Kakek Parmin mengiyakan.Semua orang mendengarkan dengan seksama. Termasuk Pak Jupri, juga Rizki yang sedari tadi hanya menyimak pembicar

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Saling Maaf

    "Hahahahaha. Tidak, tidak. Aku tidak marah, Kamila. Aku hanya bercanda." Setya kemudian tertawa melihat wajah kebingungan Kamila. Dia sengaja, menggoda Kamila seperti itu.Tingkah Setya, membuat semua orang tertawa. Namun tidak dengan Kamila. Gadis cantik itu merasa malu, hingga membuat semburat merah muda timbul di pipinya. Sebelumnya, dia sangat takut, karna Setya berbicara dengan wajah yang begitu serius, seakan sedang mengintrogasinya."Setya. Hush. Kamu ini, senang sekali menjahili Kamila." Bu Indri mencubit pelan lengan Setya, yang duduk di sebelahnya."Hehe, maaf, Bun. Maaf ya, Kamila," ujar Setya pada Kamila dan juga bundanya. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya."Jangan takut, ya, Mil. Setya hanya bercanda. Ayah sama Bunda sudah menjelaskan kok, mengapa Utari bisa bebas. Setya sudah memakluminya." Pak Wiguna mengimbuhi.Kamila hanya mengangguk-angguk mengiyakan perkataan Setya dan pak Wiguna. Hatinya sedikit lega, karna Setya tak lagi mempersoalkan pasal Utari.

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Menggoda Kamila

    "Tapi, Ki. Ini tak adil untuk Kamila." Setya yang merasa masih ada yang mengganjal di hatinya, melihat gadis itu bebas berkeliaran, dengan apa yang sudah diperbuat pada Kamila, mencoba membantah perkataan Rizki."Sshhtt ... sudah, Nak. Sudah, ayo kita bergegas. Kamila pasti sudah menunggu." Bu Indri lagi-lagi berusaha menenangkan hati Setya."Hhfffft ... baiklah, Bunda." Tak lagi membantah, Setya menurut apa yang dikatakan oleh bundanya. Karna dia sadar, bahwa tujuan awalnya kembali ke desa ini adalah, untuk rencana pernikahannya dengan Kamila.Setya berusaha menata suasana hatinya, agar kembali tenang, sembari melanjutkan perjalanan ke rumah Kamila, yang sudah tak lagi jauh. "Itu muka, diberesin dulu, kaliiii. Kusut banget, kek belum disetrika. Nanti, bukannya Kamila jatuh cinta, malah jadi takut melihatmu seperti itu." Rizki mencandai Setya, agar suasana hati sahabatnya itu, kembali baik."Ck. Kamu ini, ada-ada saja. Mana mungkin, Kami

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Tertangkap Oleh Setya

    "Wanita kejam ini, yang telah mencelakai Kamila!" ujar Setya dengan amarah di wajahnya.Bu Indri, pak Wiguna, serta pak Jupri yang berjalan lebih dulu di depan Setya dan Rizki, menghentikan langkah kaki mereka, karna mendengar sentakan Setya yang cukup keras.Melihat suasana yang sudah tak kondusif, dan amarah Setya yang mulai tak terkendali, para orang tua itu 'pun menghampirinya. Pak Wiguna dan pak Jupri, sampai berlari² kecil ke arah Setya, untuk menghentikannya."Setya, hentikan, Nak! Ayah akan menjelaskan semuanya. Tenanglah dulu," pujuk pak Wiguna pada Setya."Tenang bagaimana, Ayah? Wanita ini, yang sudah memberikan cacat pada wajah Kamila, tiba-tiba bisa bebas seperti ini." Setya yang sejak tadi mencekal pergelangan tangan wanita yang ternyata adalah Utari itu, makin merasa geram.Utari meringis kesakitan, karna cengkraman Setya yang cukup kuat di pergelangan tangannya."Aw. Setya, lepaskan aku. Kenapa kau menyakitiku seperti ini." Utari memohon agar Setya melepaskan cengkrama

DMCA.com Protection Status