Di sebuah rumah yang terletak di selatan kota Jakarta.Seorang gadis muda tampak diseret masuk ke dalam kamar oleh seorang pria dewasa dengan kasar. Amarah nampak jelas dari sorot mata lelaki bertubuh kurus tersebut."Masuk! Bener-bener susah diatur kamu, ya!" hardik lelaki itu sembari mendorong sang gadis hingga jatuh tersungkur. Hampir saja kening gadis itu menyentuh sudut meja jika dia tidak segera menghalangi dengan tangan."Sepertinya kamu harus dihukum dulu supaya mendengar apa yang Papa katakan," ucap lelaki itu menatap nyalang gadis yang meringkuk di lantai."Ampun, Pa! Jangan hukum Audy!" teriak gadis muda tersebut. Dia sudah bisa membayangkan hukuman apa yang akan diterimanya sebentar lagi.Namun, lelaki yang dipanggil Papa itu tidak mendengar rengekan Audy. Dia melepas ikat pinggangnya, lalu melesatkan benda tipis dan panjang itu ke tubuh Audy berkali-kali tanpa rasa belas kasihan. Tidak dihiraukannya lengking kesakitan dari gadis yang sudah berurai air mata tersebut.Setel
Keanu mengedarkan pandangan ke setiap sudut kampus yang dilewati. Hatinya resah karena seseorang yang biasa ditemuinya, sudah beberapa hari ini tidak terlihat batang hidungnya. Dia bahkan sampai mencari ke tempat favorit orang itu."Kamu ke mana? Apa baik-baik aja?" gumamnya terus berjalan sambil melihat kiri dan kanan. Tanpa disadari, kehadiran orang tersebut mulai menjadi candu baginya."Woy! Ngelamun aja."Tepukan di pundak juga seruan dari seseorang mengejutkan Keanu hingga dia terlonjak kaget. Matanya melotot ketika melihat siapa pelakunya. "Ngagetin aja lo!"Jonathan malah cengengesan. "Hehehe ... Sorry! Lo cari siapa? Dari tadi gue liatin lo celingukan sana sini.""Nggak nyari siapa-siapa. Gue lagi liat sekitaran kampus, kali aja ada sesuatu yang baru," elak Keanu kikuk. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, enggan bersitatap dengan Jonathan.Teman Keanu itu berdecak. "Ck, alasan lo nggak ngena. Gue tau lo nyariin Audy, kan?" tebak Jonathan.Keanu tidak menjawab, dia mala
Beberapa jam sebelumnya di tempat berbeda.Audy merasakan lapar di perut. Sejak semalam perutnya belum terisi makanan sama sekali. Bahkan tadi pagi dia juga melewatkan sarapannya. Sejak dilarang keluar rumah oleh papanya, Audy melayangkan protes dengan tidak ikut makan bersama sang papa.Namun, bukannya perhatian atau rasa iba yang Audy dapatkan, dia malah merasa papanya semakin jauh dijangkau. Tak pernah sekalipun sang papa sekedar menanyakan keadaannya meskipun lewat pelayan yang paling dekat dengan Audy.Sementara untuk mamanya, Audy tidak pernah mau lagi berharap kasih sayang dari wanita itu, karena selalu berakhir dengan kekecewaan. Dia merasa seakan ada dinding pembatas antara dirinya dengan sang mama.Shela yang merupakan adiknya pun selalu berusaha dijauhkan oleh sang mama dengan dirinya sejak mereka kecil. Seakan-akan Audy adalah sumber penyakit yang harus dihindari. Dan kini, Audy merasakan aroma persaingan dari sang adik.Entah apa yang sedang ingin diambil Shela darinya, A
Bagas memarkirkan mobil di pelataran parkir yang cukup luas. Sederet mobil mewah juga sudah berjejer rapi di sana.Audy menatap heran ke sekelilingnya. "Kenapa kita ke sini?""Aku mau ada acara dulu di mall ini, kurang lebih satu jam. Kamu mau ikut atau tetap di sini?" tanya Keanu sembari menoleh ke belakang di mana Audy duduk.Audy bingung. Niat hati ingin melarikan diri dari papanya, tapi kenapa malah ketemu dengan Keanu si artis ternama. Kalau ikut, pasti nantinya akan banyak wartawan yang menanyakan tentang siapa dia. Tapi kalau tidak, dia akan kepanasan juga ... kelaparan."Memangnya kamu mau di antar ke mana? Biar Bagas yang anterin kamu," tanya Keanu lagi setelah beberapa menit tidak ada jawaban dari gadis ber-hoodie tersebut.Suara perut Audy yang akhirnya menjawab pertanyaan Keanu tersebut. Dua pemuda di depannya mengulum senyum."Ya udah, kamu ikut kita tapi kamu di restoran aja, biar cacing-cacing di perut kamu itu bisa makan," putus Keanu yang diangguki Bagas.Mau tak mau
Audy mengerutkan kening mendapati mobil yang ditumpanginya parkir di depan sebuah rumah lumayan besar. Bagas turun lebih dulu menyisakan dua orang di dalam kendaraan roda empat itu."Kamu mau tetap di sini atau ikut turun?" tanya Keanu sembari melihat Audy melalui kaca spion yang tergantung di depannya."Ini rumah siapa?" Audy balik bertanya. Dia menatap penuh curiga pemuda yang duduk di bangku depan tersebut.Keanu memutar bola matanya. Tatapan Audy itu sedikit menyinggungnya. Kesannya dia adalah pemuda berandalan yang sedang memanfaatkan keadaan."Ck, ini rumahku, lebih tepatnya rumah orang tuaku. Aku tinggal di sini sama Bagas. Ada pembantu juga. Sesekali kedua orang tuaku menginap di sini, mengawasi anak bujangnya supaya nggak berbuat yang aneh-aneh," jelas Keanu kesal.Mendengar suara Keanu yang sedikit meninggi membuat Audy merasa bersalah. Seharusnya dia berterima kasih karena sudah membantunya kabur dari kejaran orang-orang suruhan papanya."Maaf," ucap Audy pelan sambil menun
Sebuah mobil terparkir di depan rumah Keanu. Tak berapa lama sepasang suami istri keluar dari mobil tersebut dengan seorang bayi kecil dalam gendongan."Abang Kean, Rhein datang! Yuhuu!" panggil Kanaya setelah memasuki rumah tersebut, lalu duduk di sofa ruang tamu diikuti Leon yang menggendong bayinya yang baru berusia enam bulan. Tidak terasa bayi itu kini telah tumbuh besar.Sekian menit menunggu, tidak ada nama yang dipanggil mendekat. Hanya bibi pelayan yang datang menghidangkan minuman juga makanan ringan di meja."Kean mana, Bi?" tanya Kanaya."Ada di belakang, Bu. Lagi ngobrol sama perempuan," jawab Bibi seraya menunduk.Kanaya juga Leon mengerutkan kening. Sejak kapan di rumah ini ada wanita lain selain bibi yang ada di depan mereka? Begitu pikir keduanya."Sejak kapan perempuan itu di sini?" tanya Leon penasaran."Sepertinya semalam, Pak. Soalnya Mas Kean sama Mas Bagas pulang malam. Tadi pagi ada kurir antar paket baju ke sini buat perempuan itu. Orangnya masih muda, Pak. M
"Aku harus gimana, Tante? Aku nggak tau harus pergi ke mana. Bahkan uang pun aku nggak megang sama sekali. Aku tinggalkan semua yang dikasih Papa karena merasa itu bukan hakku." Audy tergugu dalam pelukan Kanaya.Kanaya melirik anak dan suaminya, meminta pendapat mereka berdua. Dia pernah mengalami hal yang sama, tapi saat itu dirinya membawa cukup bekal uang sehingga tahu ke mana harus melangkah.Leon berdehem. "Menurut Om, kamu tetap kuliah seperti keinginan orang tuamu. Lumayan 'kan bisa dapat ilmu yang bisa kamu pakai sampai kapanpun dan nggak mesti di perusahaan papamu. Sementara untuk keinginanmu yang lain, masih bisa dilakukan di saat kamu senggang, nggak mesti kuliah. Kamu bisa masuk salah satu komunitas atau ambil kursus."Keanu terdiam, dia merasa tertampar dengan pernyataan papanya, secara dirinya juga menolak keinginan orang tuanya demi memperdalam ilmu aktingnya. Beruntungnya dia, sang papa tidak memaksakan diri, jadi dia tidak merasa terbebani. Namun, setelah mendengar k
Kos-kosan yang terletak tak jauh dari kantor Leon menjadi tempat Audy tinggal sekaligus bernaung dari sengatan panas matahari juga guyuran hujan. Leon dan Keanu sengaja mencari di daerah tersebut supaya Audy tidak terlalu kerepotan lagi dengan masalah transportasi.Leon sudah membayar enam bulan ke depan atas permintaan Audy sendiri. Padahal dia tadinya mau membayar satu tahun full, supaya Audy tidak terlalu dikejar-kejar untuk membayar kos.Sementara Kanaya memberikan semua pakaian sewaktu dia masih bekerja dulu karena Audy menolak untuk dibelikan yang baru, secara kebetulan, ukuran tubuh mereka tidak jauh berbeda. Kanaya hanya membelikan beberapa pasang sepatu juga tas untuk keperluan Audy bekerja.Ketika Kanaya membelikannya tas, Audy sempat berpikir, untuk apa membawa tas, sementara isi tasnya saja tidak ada. Namun, Audy tetap menerimanya, siapa tahu suatu saat bisa dipakai."Ini pegangan buat kamu selama belum gajian. Kamu bisa menggantinya kalo udah ada uang." Keanu menyodorkan
"Kamu serius?" Leon menatap anaknya penuh selidik. Begitupun dengan Kanaya yang duduk di sebelahnya.Keanu mengangguk. Beberapa saat yang lalu, setelah mengantar Audy pulang, Keanu memberitahukan niatnya pada Leon juga Kanaya untuk melamar tunangannya. Sebenarnya, ketika mengatakan hal tersebut pada Audy, dia belum bicara dengan dua orang tuanya itu."Mama pikir kamu mau nunggu usia kalian matang dulu baru menikah," ujar Kanaya."Memangnya umur 24 masih terbilang muda untuk menikah, Ma?" Keanu menatap penuh tanya mamanya."Nggak, sih, udah cukup malah. Cuma 'kan yang Mama tau, biasanya para artis itu suka nunda-nunda buat nikah muda. Mereka lebih memilih mengembangkan karier dulu, baru memikirkan kehidupan pribadinya.""Itu 'kan orang lain, Kean nggak ada pikiran begitu. Kalo udah ada gadis yang cocok dan sepemikiran, ngapain ditunda-tunda? Kalo dia kabur karena kelamaan nunggu, bisa-bisa Kean yang gigit jari.""Betul itu, Papa setuju. Jangan lepas gadis yang sudah cocok dengan hatimu
Rasa tak percaya menyelimuti hati Audy saat laki-laki yang duduk di depannya itu mengucapkan kata-kata yang tak pernah ada dalam pikirannya, dan dia bingung harus menjawab apa. Karena dia sendiri belum tahu dengan perasaannya pada Keanu. Memang, selama bersama laki-laki itu, Audy merasakan kenyamanan dan dia juga merasa terlindungi. "Aku tau mungkin ini terlalu mendadak, dan kamu nggak harus menjawabnya sekarang. Kamu bisa memikirkannya lebih dulu. Cuma satu yang pasti, aku nggak main-main dengan apa yang aku katakan barusan," ucap Keanu sambil menatap Audy yang terdiam di tempat.Audy mengerjapkan mata, lalu berkata, "Mmm ... Iya, ini memang terlalu mendadak. Aku butuh waktu buat berpikir.""Oke, tapi jangan terlalu lama," sahut Keanu tersenyum tipis.Audy mengangguk. "Dan cincin ini, sebaiknya kamu simpen dulu. Aku belum pantas untuk menerimanya.""Kenapa?""Di antara kita belum ada ikatan yang pasti. Sebaiknya nanti aja kalo aku udah kasih jawaban.""Baiklah," sahut Keanu memasukk
Audy menarik tubuh Shela sekuat tenaga supaya terlepas dari Keanu yang juga sedang berusaha melepaskan kaitan tangan yang melingkar di pinggang."Aww ...!" jerit Shela terpekik saat dirinya jatuh ke belakang dengan pantat menyentuh lantai lebih dulu. Rupanya Audy dan Keanu berhasi melepaskan jeratan gadis ber-make up tebal itu."Masih punya nyali kamu buat bikin masalah sama aku?" Keanu menatap nyalang gadis yang kini sedang meringis sambil mengusap-usap bagian belakang tubuhnya, tapi masih dalam posisi terduduk di lantai.Shela mendongak demi melihat Keanu. "Jahat kamu, Kean! Gara-gara penolakan kamu di setiap produksi film yang aku terlibat di dalamnya, sekarang aku nggak pernah mendapat tawaran apapun. Bahkan untuk iklan atau sinetron sekalipun."Nasib Shela di dunia hiburan memang kurang beruntung. Setelah permasalahannya dengan Keanu mencuat, jarang ada yang mau memakai lagi dirinya sebagai pemeran dalam setiap produksi film, entah itu sebagai pemeran utama, pendamping atau figur
"Audy!"Gadis bersanggul itu menoleh ke asal suara saat mendengar ada yang memanggil namanya. Keningnya berkerut dalam ketika melihat laki-laki yang kini menjadi teman akrabnya tetapi jarang bertemu itu berjalan mendekat sambil menjinjing paper bag di tangan."Rapi amat. Nggak syuting?" tanya Audy pada lelaki yang memakai kaos putih dipadukan dengan jas semi formal berwarna abu-abu gelap tersebut setelah berdiri di sampingnya."Nggak, lagi libur. Barusan habis meeting di resto depan, terus mampir ke sini soalnya inget sekarang jadwal kamu latihan," jawab Keanu melebarkan senyum, "udah beres?" sambungnya."Belum, masih ada satu jam lagi. Ini lagi istirahat.""Kebetulan. Ini, aku bawain desert." Keanu menyodorkan paper bag berukuran besar tersebut."Bagas nggak ikut?" tanya Audy sambil mengambil paper bag dari tangan Keanu."Bagas ke panti sama Oma dan Opa."Audy melihat isi dari paper bag. "Banyak amat," cetusnya, kemudian beralih menatap Keanu."Sekalian buat yang lain."Audy mengang
Barata berdiri tegak sambil berkacak pinggang di hadapan Bella dan papa Jonathan yang duduk di kursi taman restoran. Para pengunjung restoran sudah kembali ke tempat duduk mereka masing-masing setelah Leon turun tangan mencegah Barata bertindak lebih jauh lagi. Leon juga Keanu masih berada di tempat itu, sementara yang lain sudah diminta untuk pulang lebih dahulu.Laki-laki berpakaian kasual itu mengusap wajahnya sambil membuang nafas kasar. Sesekali matanya melirik Audy yang berdiri tak jauh di sisi kanan."Inilah kelakuan perempuan yang kamu akui sebagai mama itu, Sayang. Seumur pernikahan kami, dia berselingkuh dengan laki-laki ini hingga menghasilkan anak."Semua yang ada di sekitar Barata terkejut, terkecuali Leon, karena dia sudah tahu akan cerita itu, hanya belum tahu saja siapa laki-lakinya."Shela anakmu, Mas!" seru Bella sambil melihat Barata dengan mata melotot."Kamu yakin? Karena aku merasa gak yakin," sahut Barata sinis, tapi tetap tenang.Hati laki-laki itu sudah terlan
Audy memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai dengan tangan bergetar. Mendengar penuturan Keanu pada Kanaya membuat dia merasa malu pada kedua orang tua Keanu yang sudah banyak membantunya."Audy?" Keanu muncul dari ambang pintu, dan itu membuat konsentrasi Audy buyar "Aww ...!" pekik Audy saat tak sengaja jarinya tertusuk pecahan gelas yang runcing.Bergegas Keanu menghampiri gadis tersebut lalu menarik tangannya. "Biarin Bibi aja yang bersihin pecahannya," ucap Keanu sambil membawa Audy menuju kursi tempat dia duduk sebelumnya."Coba liat, mana yang luka?" Keanu menadahkan tangan. Bagai terhipnotis, Audy menunjukkan satu jarinya yang tertusuk pecahan gelas.Keanu meraih tangan Audy lalu memijit bagian jarinya yang terluka hingga mengeluarkan darah. Setelah itu, pemuda berkaos putih tersebut menghisap darah yang keluar kemudian meludahkannya di tanah yang berumput.Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Audy membeku, tapi detak jantungnya berdegup tak karuan. Dia hanya mamp
Melihat foto-foto yang Jonathan tunjukkan di salah satu akun sosial media, membuat Keanu dan Bagas tahu jika Shela yang nekat menjebak Keanu adalah adiknya Audy. Keduanya saling tatap tak percaya mengingat bagaimana sikap Audy sebagai kakaknya.Saat sedang fokus dengan ponsel Jonathan, Keanu melihat pergerakan temannya tersebut yang beranjak dari kursinya lalu berjalan menjauhi meja mereka. "Jo, mau ke mana lo?" tanya Keanu heran.Jonathan tidak menjawab. Dia terus melangkah dengan nafas memburu dan tangan terkepal menuju sepasang laki-laki dan perempuan yang kini sudah duduk saling berhadapan di pojok cafe. Suara hentakan kakinya terdengar kencang karena dibarengi amarah.Penasaran temannya itu mau pergi ke mana, Keanu mengikuti arah langkah Jonathan. Bagas tetap duduk menunggu walau dalam hatinya ingin tahu juga."Jadi begini yang kalian lakukan di belakang pasangan kalian masing-masing?"Ucapan Jonathan tersebut spontan membuat dua manusia dewasa yang saling berpegangan tangan itu
Keanu dan Bagas tidak menyangka jika Shela nekat melakukan hal yang sangat menjijikkan demi mendongkrak popularitasnya. Kini nama Shela sudah masuk dalam daftar hitam di agenda Bagas. Jika ada nama gadis itu dalam urutan daftar pemain di sebuah produksi film atau apapun itu, maka Bagas secara otomatis akan menolaknya."Kamu inget nggak, Gas? Jonathan pernah bilang kalo adiknya Audy yang bernama Shela kuliah di kampus kesenian. Apa itu Shela yang sama yang sering ketemu sama kita, atau lain lagi?" ujar Keanu dalam perjalanan mereka pulang.Syuting hari ini batal secara mendadak, karena sang pemeran utama tidak mau Shela masih ada dalam daftar pemain film yang sedang dikerjakan. Lebih baik dia kehilangan uang puluhan atau ratusan juta daripada harus tercoreng nama baiknya karena keberadaan Shela, yang bisa jadi akan melakukan hal serupa di masa mendatang.Bagas mencoba mengingat sambil menyetir mobil. "Lupa-lupa inget," sahut Bagas setelah beberapa menit berpikir."Coba aja tanyain ke s
Perasaan Keanu sedikit tidak enak sejak keluar dari kantor Leon. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya saat ini, tapi dia sendiri tidak tahu. Rasa malas pergi ke lokasi syuting menghinggapi dirinya. Namun, dia tetap memaksakan diri. Karena jika dirinya tidak hadir, maka jadwal syuting yang lain akan berantakan."Kenapa?" Bagas yang sudah hafal dengan sikap dan gerak-gerik Keanu sudah bisa membaca kegelisahan di wajah sang aktor.Keanu menghela nafas berat. "Nggak tau kenapa, perasaan males banget hari ini buat syuting.""Itu karena kamu terlalu banyak kegiatan, jadinya kurang istirahat. Bayangin aja, pagi ke kantor, siang dikit syuting, lalu malamnya kuliah. Walaupun dua kegiatan yang baru itu nggak tiap hari, tapi tetap aja kamu butuh libur."Keanu mulai bekerja sekaligus mempelajari manajemen perusahaan papanya sedikit demi sedikit, dia juga sudah mendaftarkan diri di universitas yang menerima kelas karyawan untuk jurusan bisnis manajemen.Awalnya, kedua orang tua Keanu mengira jika a