Steve bergegas menuju ruang kerjanya setelah tiba di kantor. Cahaya pagi menyelinap melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sepanjang koridor yang dilaluinya.Pikirannya penuh dengan berbagai rencana dan strategi tentang bagaimana menghadapi situasi yang semakin rumit ini.Setiap langkahnya terasa berat, seolah membawa beban seluruh dunia di pundaknya.Sesampainya di ruang kerjanya, ia langsung memanggil Brandon, asisten setianya, untuk segera datang ke ruangan itu.Tak lama kemudian, terdengar ketukan pintu yang ragu-ragu, dan Brandon masuk dengan ekspresi penasaran, seakan mampu merasakan ketegangan di udara."Ada apa, Tuan Steve? Ada yang mendesak?" tanyanya dengan suara yang nyaris berbisik.Steve menghela napas panjang, berusaha menenangkan badai di dalam dadanya sebelum memulai percakapan yang sulit ini."Brandon, ada sesuatu yang sangat penting yang perlu aku sampaikan." Suaranya tegas namun penuh ketegangan, mencerminkan betapa berat beban yang tengah ia pikul.Brandon
Setelah selesai makan siang, Nora memutuskan untuk pergi ke toilet. Ia melangkah dengan tenang menuju sudut restoran, menyusuri koridor yang sepi dan agak redup, seolah menyembunyikan ketegangan yang tak terlihat dari luar.Saat ia membuka pintu toilet, ia terkejut melihat Justin berdiri di sana, seakan menunggunya."Nora," suara Justin terdengar datar namun penuh tekanan, "kita perlu bicara."Nora mengerutkan kening, merasa ketidaknyamanan merayapi tubuhnya. "Tuan Justin, apa yang Anda lakukan di sini? Ini bukan tempat untuk kita bicara."Justin menatapnya dengan sorot mata yang tajam, mengabaikan protes Nora. "Ini penting. Tentang kandunganmu," katanya dengan nada yang lebih dingin dari biasanya.Nora merasa hatinya mencelos. "Apa maksudmu?" tanyanya, meski sebenarnya ia sudah merasakan firasat buruk tentang apa yang akan dikatakan Justin.Justin mendekat, mengurangi jarak di antara mereka, membuat Nora merasa terperangkap. "Kamu harus menggugurkan kandungan itu," katanya tanpa tede
Steve melangkah masuk ke dalam rumah bordil dengan tatapan tajam. Suasana suram dan bau keringat menyengat hidungnya, membuatnya merasa mual.Dia tidak pernah membayangkan dirinya akan berada di tempat seperti ini, tapi kenyataan hidup terkadang lebih kejam dari mimpi terburuk.Di sudut ruangan, dia melihat Shopia, wanita yang dia cari. Wanita itu sedang berbicara dengan seorang madam yang memperjualbelikan wanita dan anak-anak. Steve merasakan marahnya semakin memuncak.Shopia menoleh dan pandangannya bertemu dengan Steve. Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang nyata. "Steve? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, suaranya bergetar.Steve tidak membuang waktu. "Aku datang karena aku sudah tahu yang sebenarnya. Kau bukan ibu kandung Nora, istriku."Keterkejutan di wajah Shopia semakin dalam, tapi dengan cepat dia menguasai dirinya. "Kau pasti salah, Steve. Aku adalah ibu kandung Nora."Steve menggelengkan kepala, langkahnya semakin mendekati Shopia. "Aku tidak salah. Aku sudah punya
"Jadi, benar kau ke sana?" Suara Nora terdengar penuh ketidakpercayaan."Iya, aku ke sana. Tapi bukan untuk alasan yang kau pikirkan," jawab Steve, mencoba menenangkan istrinya."Jadi apa alasannya? Apa yang bisa membuatmu pergi ke tempat seperti itu?" Nora menuntut penjelasan.Steve menghela napas dan mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. "Aku pergi ke sana untuk menemui Shopia. Aku tahu dia terlibat dengan madam yang memperjualbelikan wanita dan anak-anak. Aku ingin memastikan dia tidak akan mengganggu hidup kita lagi."Nora menatap Steve dengan campuran perasaan lega dan kebingungan. "Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?""Aku tidak ingin kau khawatir, Nora. Aku tahu hubunganmu dengan Shopia sudah cukup rumit. Aku hanya ingin melindungimu," kata Steve, suaranya penuh kejujuran.Nora terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Steve. "Apa yang kau lakukan di sana, Steve? Bagaimana kau bisa memastikan dia tidak akan mengganggu kita lagi?""Aku memberikan cek pada Shopia dan m
Pagi itu, di kantor yang biasanya dipenuhi dengan kesibukan dan suara-suara riuh, suasana terasa sedikit berbeda.Cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar di sisi timur ruangan seakan meredup, mencerminkan suasana hati beberapa penghuni kantornya.Brandon memperhatikan perubahan pada Nora saat wanita itu baru sampai di kantor. Dia duduk di mejanya dengan tatapan kosong, tidak bersemangat seperti biasanya.Kekhawatiran mulai merayap di benak Brandon. Tanpa ragu, dia memutuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi.Brandon menghampiri Steve yang sedang memijat keningnya, tampak terbebani oleh sesuatu. "Tuan Steve, ada apa dengan Nona Nora? Saya melihatnya murung dan tidak bersemangat. Apa yang terjadi?" tanya Brandon, suaranya penuh kekhawatiran.Steve menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Nora baru saja mengetahui bahwa Shopia bukanlah ibu kandungnya."Mata Brandon melebar karena terkejut. "Heuh? Apakah Anda telah memberi tahunya?"Steve mengangguk pelan, masih mencoba me
Dalam keheningan yang hangat dan beraroma kopi dari ruangannya yang luas, Steve menatap keluar jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota metropolitan di bawahnya.Langit biru dengan awan putih yang lembut seolah menjadi cermin bagi pikiran-pikiran yang berkecamuk di benaknya. Ia menghela napas panjang, menyadari betapa rapuhnya kebahagiaan yang selama ini ia pertahankan dengan susah payah."Brandon, masuklah," panggil Steve dengan suara yang lembut namun tegas.Suaranya bergema di ruang kerja yang megah, penuh dengan rak-rak buku klasik dan lukisan-lukisan berbingkai emas.Pintu kayu yang tebal dan berukir halus terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Brandon, asisten pribadi yang setia. Wajahnya yang selalu tenang dan penuh pengertian memberikan sedikit rasa lega pada Steve."Ya, Tuan Steve?" jawab Brandon sambil menutup pintu di belakangnya. Pandangannya penuh perhatian, menyadari bahwa sesuatu yang penting akan segera dibicarakan.Steve merapikan dasinya dengan gerakan yang se
Malam merangkak dengan keheningan yang menyelimuti langit penuh bintang. Di dalam mobil yang meluncur perlahan menuju tujuan yang penuh ketegangan, Nora duduk dengan gelisah, jari-jarinya bermain di ujung kerudung yang melambai lembut di bahunya.Di sebelahnya, Steve, suaminya yang setia, memegang kemudi dengan tenang, namun sorot matanya memancarkan kegelisahan yang sama."Nora, kau yakin aku harus melakukan ini?" suara Steve terdengar pelan, hampir seperti bisikan.Nora menoleh sekilas, memberikan senyum menenangkan. "Ya, Steve. Aku berhak mendapatkan jawaban. Aku ingin tahu semuanya tentang siapa diriku dari Shopia.”Mereka berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tampak asing dan dingin. Rumah itu milik Shopia, wanita yang selama ini Nora panggil sebagai ibu.Dengan hati yang berdebar-debar, Nora melangkah keluar dari mobil, diikuti oleh Steve yang setia mendampinginya.Nora berjalan menuju pintu dengan langkah mantap, namun ada keraguan yang jelas terpancar di wajahnya. Ketika p
Di sebuah kota yang dikelilingi oleh kabut kegelapan, Shopia merasa terjebak dalam benang-benang takdir yang rumit.Dalam sebuah ruangan yang remang-remang, dengan suara gemuruh hujan di luar, ia menggenggam ponselnya erat-erat.“Steve sudah berhasil membuatku marah dan emosi! Aku harus menghubungi Helena. Biar saja lelaki naif itu kehilangan Nora!”Wajahnya penuh dengan ekspresi kemarahan dan keputusasaan yang terpancar dari matanya yang berkaca-kaca.Dengan jantung yang berdegup kencang, Shopia menekan nomor telepon Helena. Suara dering yang berdenting-dentingan memberi tekanan psikologis pada pikirannya yang sudah kacau.Setelah beberapa detik yang terasa berabad-abad, seseorang akhirnya mengangkat telepon."Helena," gumam Shopia dengan suara yang penuh dengan kekesalan. "Aku tak bisa lagi menahan amarahku. Steve dan Nora telah mengungkapkan kebenaran yang tak terbayangkan. Aku bukanlah ibu kandung Nora! Dan kau tahu? Ternyata Steve selama ini mencari tahu tentang itu!”Di ujung te
Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t
Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe
“Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s
Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7
Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma
"Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se
Jacob, anak kedua Justin, duduk di sofa empuk di depan ayahnya. Matanya terpaku pada layar televisi yang menayangkan berita tentang rencana Steve untuk mengambil alih saham EIF Group. Wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang dalam.“Kau terlalu lambat bergerak, Ayah. Pria itu sudah semakin bersinar, apalagi jika dia benar-benar mengambil alih EIF Group. Namanya akan semakin besar dan tentunya semakin sulit untuk dikuasai,” ujar Jacob dengan nada tajam.Justin menoleh, menatap anak keduanya dengan pandangan penuh penyesalan dan frustrasi. “Steve memang sulit dijangkau, Jacob. Bahkan dia bisa tahu pergerakan musuhnya meski dia sedang berada di ujung dunia. Otaknya terlalu jenius, sama seperti mendiang ayahnya.”Jacob menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada layar televisi. “Ya. Tapi, soal cinta, dia sangat lemah. Kau bisa memanfaatkan istrinya untuk menjatuhkan Steve dan mendapatkan apa yang kau mau. Bukan malah menjodohkan dia dengan Helena.”Justin menghela napas kasar menden
Rapat hari itu berlangsung di ruang konferensi megah yang terletak di lantai tertinggi gedung EIF Group. Dari jendela besar yang mengelilingi ruangan, terlihat pemandangan kota yang sibuk, namun suasana di dalam ruangan jauh lebih tegang dan serius.Steve dan Brandon, berpakaian rapi dalam setelan formal, berjalan masuk dengan langkah mantap. Mereka disambut oleh jajaran pemilik saham EIF Group yang sudah menunggu dengan penuh harap.Ketika semua sudah mengambil tempat, John, salah satu pemilik saham senior, membuka rapat dengan nada yang tegas namun penuh kekhawatiran."Terima kasih atas kehadiran kalian, Tuan Steve. Seperti yang sudah Anda ketahui, situasi EIF Group saat ini cukup sulit karena pemilik utamanya, Jemmy, telah dipenjara. Namun, kami tidak ingin membubarkan bisnis ini. Kami percaya bahwa dengan manajemen yang tepat, EIF Group masih memiliki potensi besar untuk berkembang."Brandon mengangguk, sementara Steve tetap tenang, menunggu penjelasan lebih lanjut. John melanjutk
Satu bulan kemudian ….Steve menatap layar televisinya di ruang kerja. Menatapnya dengan tatapan tajamnya sembari melipat tangan di dadanya.‘Pada hari ini, Jemmy, seorang pengusaha terkemuka yang dikenal karena kepemilikan perusahaan besar di sektor teknologi, telah ditangkap oleh Unit Khusus Kepolisian atas tuduhan serius termasuk penggelapan dana, perdagangan narkoba, dan operasi bisnis ilegal.’‘Penangkapan dramatis terjadi di apartemen mewah milik Jemmy di pusat kota Washington. Dalam serangkaian penggerebekan yang cermat, petugas berhasil mengamankan bukti yang menghubungkan Jemmy dengan serangkaian kegiatan ilegal yang melibatkan dana perusahaan yang tidak sah, serta jaringan perdagangan narkoba yang luas.’ ‘Kami telah melakukan penyelidikan intensif terhadap Jemmy selama beberapa bulan terakhir, dan hari ini kami berhasil menangkapnya dengan bukti yang cukup kuat untuk menuntutnya di pengadilan. ‘Selain itu, kami juga menemukan barang bukti berupa narkoba dan dokumen-dokumen