JODOHKU PAK DOSEN SESION 2BAB 5A SUDAH MENIKAH"Ya Rabb, Mas Alfian ternyata sudah menikah. Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu. Mas Alfian tampan, baik hati, dan mapan," guman Sarah seraya berjalan lesu menuju gerbang kampus.Dia merasa kalah telak, penyesalan pun tiada guna. Dia sendiri yang memutuskan sepihak lamaran Alfian tanpa memberi penjelasan alasan yang sebenarnya. Kini rasa tidak percayanya pada laki-laki kian bertambah. Bisa jadi dia tidak akan pernah lagi menyukai yang namanya makhluk dijuluki kaum adam itu. Sejak mengetahui sang ayah meninggalkan ibunya, Sarah menjadi tak percaya laki-laki yang akan menjadi pendampingnya. Ayahnya yang membuat dirinya jadi yatim piatu karena sang ibu pun berusaha mencari sosok ayahnya. Keduanya hingga kini tak tau dimana rimbanya.Awalnya bertemu kembali sang mantan, menuai harapan adanya satu laki-laki yang akan menjadi sandaran hidupnya kembali. Namun harapan tinggal mimpi, semua terlambat, tak mungkin dia mau dicap pelakor atau bia
JODOHKU PAK DOSENSESION 2BAB 5B SUDAH MENIKAH"Astaga, atasan-atasan di sini playboy begitu. Aku harus bisa menjaga diri."Sebelum pintu lift menutup, Sarah seperti pernah mencium aroma parfum yang menguar tajam menusuk hidungnya."Aku seperti pernah mencium wangi ini tapi dimana ya? Ah sudahlah, ini pasti aroma parfum mahal orang-orang kaya."Lift berdenting, Sarah keluar dan melangkahkan kaki di lantai 5. Ditelusurinya ruangan yang bertuliskan divisi marketing sampai dia melihat sebuah ruangan tak jauh dari lift."Nah, ini dia. Kantornya benar-benar luar biasa. Swandainya kerja di sini pasti gajianya besar."Di saat Sarah larut dalam kekagumannya terdengar suara dehemen dari belakang membuatnya berbalik."Ada yang bisa dibantu?" Kalimat yang keluar dari wanita dengan penampilan modis. Suaranya tegas, dia tampak elegan, tetapi minim senyum.Deg, Sarah spontan membungkukkan badan seraya mengucap maaf."Saya ingin bertemu Bu Marry.""Ya, saya sendiri. Ada perlu apa, ya?"Singkat, pad
JODOHKU PAK DOSEN SESION 2 Bab 6A Laki-laki itu "Hai, kenapa mengendap-endap?" Deg, jantung Sarah berdetak kencang mendengar suara yang mengagetkannya. "Astaghfirullah, Satya. Eh maaf Pak Satya, ngagetin aja, sih," ucap kesal Sarah. Satya adalah sepupu Aldo, jadi Sarah sudah kenal baik padanya. Bahkan Sarah bisa bekerja di hotel ini karena info lowongan dari Aldo. Kadang Sarah di luar kerja hanya memanggil Satya langsung dengan namanya sesuai permintaan laki-laki itu. "Ada apa, Ra?" Laki-laki yang masih muda, tetapi sudah menjabat kepala bagian itu memang terkesan dengan Sarah. Gadis yang pekerja keras dan penuh semangat mampu membuat hatinya bergetar saat berdekatan. "Ada waktu, nggak? Aku mau bicara."Sarah menatap Satya penuh harap. Pun laki-laki yang merupakan atasannya itu susah tanggap kalau ada hal penting yang mau dibicarakan. "Hmm." Terlihat Satya ragu mengatakannya sembari menengok jam yang melingkar di tangannya. Dia ada beberapa agenda hari ini. "Dua puluh menit
JODOHKU PAK DOSENSESION 2BAB 6B LAKI-LAKI ITUPagi-pagi sekali Sarah sudah disibukkan dengan memilih baju untuk magang. Dia juga memikirkan tatanan make upnya. Mengingat pesan dari Bu Marry untuk berdandan yang sopan dan tidak mencolok karena bisa menarik perhatian bos maupun karyawan. Sudah sejak dini hari Sarah bangun, tak lupa menjalankan sholat malam yang selalu dipesankan oleh orang tua angkatnya. "Ingatlah Allah di setiap langkahmu, Ra," pesan umi Aisyah dan abi Randy sebelum menimba ilmu di kota ini.Memilih menghubungi Tiana, Sarah minta diajari berdandan. Akhirnya pesan berisi link dari Tiana pun diterimanya.Sarah mencoba berdandan ala youtube."Ish, ribet amat ini. Aku nggak pernah menyanggul rambutku kayak gini."Setengah jam, Sarah berhasil mengubah penampilannya seperti yang dilihatnya di youtube. Dia selfie dan mengirimkan ke Tiana. Sahabatnya itu memberi acungan jempol dan ucapan doa semoga lancar magangnya.Tak perlu berlama-lama karena hari ini Sarah tidak perlu r
JODOHKU PAK DOSEN SESION 2 BAB 7A ADA YANG PURA-PURA Mata Sarah menatap lekat penampilan bosnya yang berjalan tegak menuju kursi kebesarannya. Benar saja terlihat energik dan masih muda. "Iya, masih muda. Eh tunggu dulu, dia kan...." Sarah menutup mulutnya yang menganga. Tubuhnya menegang disertai tangannya yang tremor. "Astaga, kenapa laki-laki asing itu ada di sini. Oh tidak, ternyata dia bos besar MTG. Pantas saja kemarin aku mencium aroma parfum yang familiar di hidung. Satya ternyata berkata benar kalau aku membersihkan ruangan bos. Kenapa aku tidak menggubrisnya?" Kalimat ini hanya menari-nari di otak Sarah yang sedang membeku. "Ra, jangan melamun! Rapat mau dimulai," tegur Bu Marry pada Sarah yang kebingungan. "I...iya, Bu." Sarah menunduk tak berani menatap ke arah bosnya setelah duduk kembali dari posisi berdiri menyambut petinggi MTG itu. "Kamu kenapa pagi-pagi lesu? Jangan dibiasakan kalau tidak ingin nilai magangmu buruk." Jleb, Sarah tersentak mendengar kata nil
JODOHKU PAK DOSEN SESION 2BAB 7B ADA YANG PURA-PURA"Jangan bikin saya malu, Ra! Temui Pak Devan sekarang! Buktikan kalau kamu punya kapasitas di divisi marketing. Kalau tidak bisa, maka saya tidak akan mempercayakan posisi ini untukmu."Maafkan saya, Bu. Saya akan berusaha lebih baik.""Jangan hanya pandai bicara, tetapi buktikan dengan aksi!""Baik, Bu. Saya ke ruang Pak Devan sekarang."Marry tak menjawab hanya menghalaukan tangannya supaya Sarah segera pergi. Raut mukanya sudah ditekuk sejak disemprot bosnya.Tok,tok."Masuk!"Sarah melangkah ragu disertai jantungnya yang berdetak tak normal. Bukannya takut terhadap bosnya, tetapi dia lebih takut ketahuan kalau pernah berada sekamar dengan atasannya saat di hotel."Maaf, Pak.""Kamu.... Apa kamu tahu alasan saya memanggilmu?"Suara tegas dengan nada bicara tinggi keluar dari mulut bosnya. "Tidak, Pak.!Sarah hanya mampu menunduk dengan posisi masih berdiri."Kalau ingin magang di sini, tidak hanya akademik yang diandalkan. Apal
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2🍁🍁🍁🍁🍁Bab 8A Ketahuan menggosipSeperti biasa Alfian selalu sarapan pagi sebelum berangkat kerja. Roti tawar dan selai menjadi andalan saat harus mengajar pagi ditemani segelas susu hangat.Selesai mengunyah roti, dia tak henti-hentinya memandang layar ponselnya.Sesekali tersenyum membaca kembali chat dengan mantannya semalam."Al, kenapa senyum-senyum sendiri?"Alfian dikagetkan oleh wanita yang dicintainya. Dengan sigap dia segera clear chat obrolannya dengan Sarah, karena takut ketahuan masih berhubungan dengan mantan."Nggak ada, apa-apa, Mi." Alfian hanya meringis seraya memperlihatkan layar ponsel yang sudah kosong.Setelah berpamitan, Alfian melajukan mobilnya menuju kampus. Entah perasaan apa dia rasakan saat ini, ingin meneriakkan pada dunia kalau dia merasa bahagia bertemu kembali dengan Sarah. Gadis yang dulu ingin dilamarnya tetapi membatalkan secara sepihak.Andai saja wanita yang dicintainya tadi tahu pasti akan murka.Di tempat lain, Sar
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2"Sarah, tolong ke ruangan saya sekarang!" titah Pak Mahesa. Tidak ada keramahan yang ditangkap Sarah membuat nyalinya ingin berkonsultasi menciut. Dia membuang napasnya kasar."Gimana nih, Ra. Pak Mahesa tadi mendengar obrolan kita nggak, ya?" ucap Tiana diselimuti wajah kawatir."Nanti kalau beliau marah, libatkan kita aja, Ra! Aku juga keliru, tidak seharusnya kita ngomongin seseorang." Tampak Aldo menyesali perbuatannya."Sudahlah, aku ke ruang beliau dulu."Melangkahkan kaki berat, Sarah merasa was-was untuk bertemu dosennya.Pintu diketuk, pemilik ruangan pun menyilakan Sarah duduk.Aura dingin ditunjukkan Alfian karena kesal mengetahui mahasiswanya menggosip tentang dirinya. Entah kenapa Sarah sedikit merasa pedih melihat sosok di depannya tak tersenyum seperti biasanya."Astaghfirullah, dia sudah punya anak dan istri, Ra." Sarah hanya mampu merutuki dirinya sendiri."Ada yang ingin anda sampaikan?"Deg, Rasa canggung muncul saat Alfian kini membangun
Bab 63C "Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia mendampingiku, menjadi ibu dari anak-anakku." Aryo mengecup puncak kepala Nay yang tertutup pasmina hingga membuat hati Nayla mengembang. "Terima kasih juga, Mas." Lima bulan kemudian. Nay mengenakan baju toga untuk menghadiri wisuda sarajananya. Perutnya sudah terlihat membuncit karena HPL tinggal beberapa haru lagi. Suami dan keluarganya mendampingi acara wisudanya. Pun teman-temannya bersiap dengan buket bunga ditangan mereka. "Selamat dan sukses atas wisudanya, Nay," ucap ketiga sahabatnya. Menyusul juga ucapan selamat dari orang tua dan keluarga Aryo. "Selamat ya, Sayang. Maafkan mama! Kamu memang pantas menjadi pendamping Aryo. Jaga putraku ya, Sayang. Sebagai orang tuanya, mama memang kurang memberinya kasih sayang." "Tidak, Ma. Mama selalu menyayangi Mas Aryo meski jauh di negeri orang. Nay dan Mas Aryo selalu merindukan mama dan papa." Nay mencium pipi mertuanya lalu teringat ibunya. Wanita yang sudah mengandung dan melah
Bab 63B"Mereka kan mau menghadiri acara ini, Mas.""Apa?! Sebenarnya ini acara apa sih, Nay?" Aryo bergantian menatap Nay juga keluarganya yang tak ada angin tak ada hujan muncul di rumah istrinya."Hai, Aryo! Oma mau nengok calon buyut tahu, nggak? Kamu tuh malah bengong."Aryo kembali terkesiap. Merasa di prank, Aryo mendekati keluarganya. "Mama, papa, kapan pulangnya? Tante juga katanya nganter oma ke luar kota.""Kamu tuh, Yo. Sama istri mbok ya dijagain yang baik. Untung calon bayinya nggak kenapa-napa. Bisa-bisa kamu tak jewer sini.""Ampun, Oma." "Iya, ini tante sama orang tuamu nganter oma ke luar kota buat mengisi tausiyah, Yo," pungkas tante Maya. Aryo masih terbengong.Semua yang hadir melihat tingkah keluarga Aryo akhirnya tertawa, ada juga yang menahan senyum, seperti Nayla yang saling pandang dengan Andra. Semua itu skenario Andra untuk mengerjai Aryo. Andra tidak mau Nay disakiti oleh suaminya. Saat di Daejeon, dokter mengatakan Nay hampir keguguran karena tindakan
Bab 63A"Nay, ini tanda kasihku untukmu." Nay tertegun melihat apa yang dibawa suaminya.Aryo membuka kotak kecil berlapis beludru. Ia mengeluarkan benda yang terpasang cantik di tempatnya. Sebuah kalung pertanda kasih sayangnya untuk sang istri tercinta. Ada liontin bunga matahari di kalung itu. Aryo berharap mentari akan selalu bersinar menerangi langkah mereka mengarungi biduk rumah tangga.Bukan tidak mungkin akan datang kerikil yang menghadang. Sebisa mungkin mereka saling menggenggam tangan untuk melalui jalan yang harus ditempuh. Apa yang menjadi tujuannya menggapai keluarga yang samawa (sakinah, mawaddah, warahmah).Aryo memakaikan kalung dengan liontin matahari ke leher Nayla. Pasmina Nay angkat hingga kalung itu terpasang sempurna di lehernya. Aryo mengecup kepala Nay dari belakang. Rasa yang membuncah mengisi rongga dada keduanya. Senyum manis pun terukir di wajah masing-masing, hingga sepasang lengan kekar Aryo melingkar di perut Nayla. Tatapan hangat di wajah Aryo terli
Bab 62B"Sudah saya bilang Pak Aryo jangan menyakitinya. Dua kali Bapak sakiti Nay, maka...""No, big No, Ndra. Saya harus bicara sama Nayla. Pokoknya kamu nggak boleh melamar sebelum hubungan kami jelas, oke!" Andra hanya mengedikkan bahu, dalam hati tertawa penuh kemenangan.Aryo meninggalkan Andra membereskan tempat yang akan dipakai untuk acara. Entah acara apa sebenarnya Aryo tidaklah tahu. Ia mendekati Pak Rusdi, meminta maaf atas kesalahannya karena membuat Nay sakit hati.Aryo juga bercerita tentang kesalah pahamannya dengan Nay yang melihat dirinya bersama Tika. Waktu itu Tika ingin berpamitan yang terakhir karena mau tinggal di luar negeri. Pak Rusdi yang sudah tahu duduk perkaranya langsung menyilakan Aryo masuk dan duduk di ruang tamu. Bu Ranti terkejut melihat kedatangan tiba-tiba menantunya. Gegas wanita paruh baya itu membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan."Nay baru selesai mandi, Nak. Tunggulah sebentar. Tolong sabar ya Nak Aryo, menghadapi Nay yang anak tunggal
Bab 62AAryo berjalan tergopoh menuju rumah Nay. Mendengar obrolan tetangga Nay tentang acara syukuran membuat hatinya berkecamuk. Menyesakkan."Apa maunya Nayla? Apa dia benar-benar menginginkan perpisahan?" Aryo mendengkus kesal seraya kakinya menendang kerikil di jalan.Sementara itu,di kamar, Nayla merapikan penampilannya di depan cermin. Ingatannya terlempar saat tidur siang di kos Cika. Bisa-bisanya ia mimpi buruk."Nay, maaf. Aku tidak tega membuat Tika sedih," ungkap Aryo membuat Nay mencelos."Lalu?" Tatapan nyalang Nay tujukan pada suaminya. Napasnya memburu menanti perkataan selanjutnya dari sang suami."Ada yang ingin aku katakan padamu. Mama memintaku menikahinya. Tika bersedia menjadi istri kedua.""Untung hanya mimpi. Kalau beneran, aku nggak yakin bisa menerima kabar itu."Nay menghela napas panjang, seulas senyum tersungging di bibir bergincu pinknya. Kedua tangan mengusap perutnya lembut. Sebuah ketukan pintu megusik kegiatan asyiknya di depan cermin."Masuk!" Nay me
BAB 61B"Astaghfirullah. Aryo kenapa?""Aryo bersalah, Oma. Aryo sudah menyakiti hati Nayla. Dia pergi karena Aryo yang nggak sabaran. Saat di Daejeon Aryo menyakitinya fisik juga batin. Lagi-lagi pulangnya pun Aryo menambah lukanya kembali menganga."Oma dan Tante Maya tertegun melihat pengakuan Aryo. Keduanya menasehati Aryo supaya lebih sabar menghadapi masalah. Yang telah berlalu biarlah berlalu, jangan terulang lagi kesalahan yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna. Memilih pasangan bukan untuk mencari yang sempurna tetapi yang bisa saling melengkapi hingga mendekati sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Rabbnya."Makasih, Oma, tante. Aryo mau bernagkat dulu ke Solo.""Apapun yang terjadi jadikan ini belajaran berharga untukmu dan Nayla, Yo. Oma tidak berharap kalian berpisah. Tetapi kalau mengharuskan kalian berpisah, kamu harus mengikhlaskannya.""Oma, Aryo tidak akan membiarkan Nay pergi. Oma dan tante doakan hubungan kami membaik!" pinta Aryo dengan penuh permohonan."
Bab 61ASehari tinggal di kos Cika, Nay akhirnya pulang ke Solo. Ia bertemu bapak ibunya, melepas rindu yang bersemayam di dada. Tangis haru nan bahagia mengiringi pertemuan keluarga sederhana itu."Kamu kurusan, Nay. Makan yang banyak, Nak!" Nay meraup wajahnya kasar. Sejatinya bukan hanya rindu yang ingin tersampaikan. Lebih tepatnya, Nay ingin mendapatkan pelukan. Support yang menguatkan hatinya karena masalah rumah tangga sedang menghampiri."Yang penting sehat kan, bu. Nanti Nay makan yang banyak soalnya kangen masakan ibu. Di sana makannya aneh-aneh," terang Nay dengan kelakarnya membuat orang tuanya tergelak.Pak Rusdi dan Bu Ranti tidak menyadari putrinya sedang dilanda masalah. Nay memang pandai menyembunyikan kesedihannya. Ia sibuk membantu ibunya membereskan jahitan seperti biasa."Pak, Bu. Ini ada sedikit rejeki, Nay ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan karena sudah diberi kesehatan saat belajar di negeri orang. Juga Nay selamat sampai pulang ke rumah.""Tapi suamimu a
Bab 60B"Sebenarna ada apa sih, Nay? Pasti kamu dan suamimu lagi berantem, ya?"Nay tidak menjawab justru tergugu seraya memeluk guling di atas kasur Cika. Sahabatnya segera mengambilkan segelas air untuk diminum supaya Nay lebih tenang.Setelah Nay terlihat tenang, Cika mulai menanyakan dengan hati-hati. Ia tidak mau Nay menangis lagi."Kalau sudah bisa cerita, aku siap ndengerin, Nay," ujar Cika."Aku tadi sudah sampai rumah. Tapi..." Nay menjeda kalimatnya seolah ada duri yang menancap di tenggorokan. Ia susah payah mengatakannya. Menarik napas panjang, Nay merasakan tepukan halus di punggungnya"Ada Mbak Tika di sana." "Hah, Bu Tika? Dosen fakultas yang baru?" Cika memasang raut keheranan kenaoa Tika bisa pagi-pagi di rumah Aryo."Kamu ingat, kan? Mbak Tika itu wanita yang dijodohkan sama Pak Aryo."Cika mendengarkan dengan sabar cerita Nayla."Tapi kamu jangan berpikiran buruk dulu, Nay. Tenanglah, kamu harus berpikir dengan kepala dingin biar nggak runyam masalahnya."Nay menga
Bab 60A EgoisNayla masih tergugu di dalam taksi yang membawanya memutari kota Bandung. Sedari tadi sopir menanyakan kemana tujuan, tetapi Nayla tidak menjawab. Sekutar satu jam, Nay baru sadar saat perutnya berdendang. Ia teringat telah melewatkan sarapan."Astagfirullah, sampai mana ini, Pak?!" pekiknya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri. Sopir segera menepi dan menghentikan laju taksinya."Kita sudah memutari kota Bandung. Mbak mau ke mana lagi?" jawabnya seakan ingin protes tapi penumpang adalah raja. Sopir hanya memberikan pelayanan terbaiknya."Maaf, Pak. Tunggu sebentar, saya telpon teman dulu," pinta Nay. Ia mencari nomer kontak Cika."Halo, Ci. Kamu di kos atau kampus? Aku udah di Bandung.""Nay, kapan pulang?!" Nay menjauhkan ponselnya karena suara teriakan Cika dari seberang mengusi telinganya."Aku di kampus. Bentar lagi balik kos. Hanya ada kuliah pagi saja. Mika sama Ryan baru ke ruang dosen, nih. Kita ketemuan di kosku aja ya!""Ya, Ci. Tapi tolong kalau ketemu Pak Ary