JODOHKU PAK DOSEN SESION 2 BAB 7A ADA YANG PURA-PURA Mata Sarah menatap lekat penampilan bosnya yang berjalan tegak menuju kursi kebesarannya. Benar saja terlihat energik dan masih muda. "Iya, masih muda. Eh tunggu dulu, dia kan...." Sarah menutup mulutnya yang menganga. Tubuhnya menegang disertai tangannya yang tremor. "Astaga, kenapa laki-laki asing itu ada di sini. Oh tidak, ternyata dia bos besar MTG. Pantas saja kemarin aku mencium aroma parfum yang familiar di hidung. Satya ternyata berkata benar kalau aku membersihkan ruangan bos. Kenapa aku tidak menggubrisnya?" Kalimat ini hanya menari-nari di otak Sarah yang sedang membeku. "Ra, jangan melamun! Rapat mau dimulai," tegur Bu Marry pada Sarah yang kebingungan. "I...iya, Bu." Sarah menunduk tak berani menatap ke arah bosnya setelah duduk kembali dari posisi berdiri menyambut petinggi MTG itu. "Kamu kenapa pagi-pagi lesu? Jangan dibiasakan kalau tidak ingin nilai magangmu buruk." Jleb, Sarah tersentak mendengar kata nil
JODOHKU PAK DOSEN SESION 2BAB 7B ADA YANG PURA-PURA"Jangan bikin saya malu, Ra! Temui Pak Devan sekarang! Buktikan kalau kamu punya kapasitas di divisi marketing. Kalau tidak bisa, maka saya tidak akan mempercayakan posisi ini untukmu."Maafkan saya, Bu. Saya akan berusaha lebih baik.""Jangan hanya pandai bicara, tetapi buktikan dengan aksi!""Baik, Bu. Saya ke ruang Pak Devan sekarang."Marry tak menjawab hanya menghalaukan tangannya supaya Sarah segera pergi. Raut mukanya sudah ditekuk sejak disemprot bosnya.Tok,tok."Masuk!"Sarah melangkah ragu disertai jantungnya yang berdetak tak normal. Bukannya takut terhadap bosnya, tetapi dia lebih takut ketahuan kalau pernah berada sekamar dengan atasannya saat di hotel."Maaf, Pak.""Kamu.... Apa kamu tahu alasan saya memanggilmu?"Suara tegas dengan nada bicara tinggi keluar dari mulut bosnya. "Tidak, Pak.!Sarah hanya mampu menunduk dengan posisi masih berdiri."Kalau ingin magang di sini, tidak hanya akademik yang diandalkan. Apal
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2🍁🍁🍁🍁🍁Bab 8A Ketahuan menggosipSeperti biasa Alfian selalu sarapan pagi sebelum berangkat kerja. Roti tawar dan selai menjadi andalan saat harus mengajar pagi ditemani segelas susu hangat.Selesai mengunyah roti, dia tak henti-hentinya memandang layar ponselnya.Sesekali tersenyum membaca kembali chat dengan mantannya semalam."Al, kenapa senyum-senyum sendiri?"Alfian dikagetkan oleh wanita yang dicintainya. Dengan sigap dia segera clear chat obrolannya dengan Sarah, karena takut ketahuan masih berhubungan dengan mantan."Nggak ada, apa-apa, Mi." Alfian hanya meringis seraya memperlihatkan layar ponsel yang sudah kosong.Setelah berpamitan, Alfian melajukan mobilnya menuju kampus. Entah perasaan apa dia rasakan saat ini, ingin meneriakkan pada dunia kalau dia merasa bahagia bertemu kembali dengan Sarah. Gadis yang dulu ingin dilamarnya tetapi membatalkan secara sepihak.Andai saja wanita yang dicintainya tadi tahu pasti akan murka.Di tempat lain, Sar
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2"Sarah, tolong ke ruangan saya sekarang!" titah Pak Mahesa. Tidak ada keramahan yang ditangkap Sarah membuat nyalinya ingin berkonsultasi menciut. Dia membuang napasnya kasar."Gimana nih, Ra. Pak Mahesa tadi mendengar obrolan kita nggak, ya?" ucap Tiana diselimuti wajah kawatir."Nanti kalau beliau marah, libatkan kita aja, Ra! Aku juga keliru, tidak seharusnya kita ngomongin seseorang." Tampak Aldo menyesali perbuatannya."Sudahlah, aku ke ruang beliau dulu."Melangkahkan kaki berat, Sarah merasa was-was untuk bertemu dosennya.Pintu diketuk, pemilik ruangan pun menyilakan Sarah duduk.Aura dingin ditunjukkan Alfian karena kesal mengetahui mahasiswanya menggosip tentang dirinya. Entah kenapa Sarah sedikit merasa pedih melihat sosok di depannya tak tersenyum seperti biasanya."Astaghfirullah, dia sudah punya anak dan istri, Ra." Sarah hanya mampu merutuki dirinya sendiri."Ada yang ingin anda sampaikan?"Deg, Rasa canggung muncul saat Alfian kini membangun
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2🍁🍁🍁🍁🍁Bab 9A Jantungku berdebarAlfian mencondongkan wajahnya tepat di depan Sarah. Napas beraroma mint terasa berhembus menyapu wajah cantik Sarah hingga membuatnya terpejam dan tidak mampu berpikir logis."Ingat Sarah, saya belum menikah. Jangan suka menggosip hidup orang lain."Bisikan lembut Alfian ditelinga Sarah membuat gadis itu spontan membuka matanya.Sarah yang awalnya terlena segera menggunakan logikanya. Diliriknya jari jemari tangan dosennya.Hufh, tidak ada cincin melingkar di sana, bagaimana bisa membuktikan. "Laki-laki menikah dan belum tidak bisa dibedakan. Yang benar saja, Pak Mahesa terhormat..."Sarah menjeda kalimatnya dengan sebuah penekanan. Lalu dia tertawa hambar. Dahi Alfian mengernyit heran, kenapa gadis di depannya ini tertawa."Memangnya ada yang lucu, ya?" ujarnya dengan tangan sudah terlepas dari mengurung Sarah. Kesempatan ini digunakan Sarah untuk membuat jarak dengan mendorong dada bidang Alfian."Bisa-bisanya bapak m
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2S2 Bab 9B Jantungku Berdebar"Kamu pakai pesona apa sih, Ra? Anak magang baru langsung mendapat hak istimewa dari bos."Marry bertanya seakan tak terima dengan apa yang didapat Sarah."Hah, saya tidak tahu apa-apa, Bu. Pak Devan hanya meminta saya memanfaatkan kesempatan besar ini untuk belajar.""Ya, ya. Saya tahu. Pak Devan itu bukan orang yang mudah percaya anak baru, kamu harus hati-hati jika ada karyawan lain yang tahu pasti akan mencibirmu."Deg,"Begitu ya, Bu. Maafkan saya!""Tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah. Mungkin Pak Devan sedang khilaf atau memang keberuntungan berpihak padamu."Sarah hanya tersenyum kecut, ucapan atasannya cukup menohok seakan memberi peringatan padanya untuk lebih hati-hati. Kalau tidak, bisa-bisa beredar gosip miring dia menebar pesona pada bosnya.*****Akhir pekan datang, Sarah ditemani Marry belanja pakaian dan perlengkapannya yang menunjang karyawan magangnya untuk kerja di lapangan. Marry tak habis pikir kenapa
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2🍁🍁🍁🍁🍁Bab 10A Dia siapa?"Ayo, Pak, buruan!"Sarah menarik paksa tangan Devan yang keheranan."Dinda...."Sarah tak menggubris panggilan dari Alfian. "Sarah Maharani Putri.""Ra, berhenti! Dia memanggilmu."Devan berteriak dan berusaha menghentikan langkahnya membuat Sarah tak kuat menarik tangan bosnya."Anda siapa?"tanya Devan menyapa Alfian."Harusnya saya yang tanya Anda siapa? Lebih tepatnya Anda siapanya Dinda, hmm maksudku Sarah.""Memangnya ada urusan apa Anda ingin tahu?" balas Devan sambil menarik balik tangan Sarah hingga tubuh gadis itu membentur bahunya.Sarah tak enak saat mendapati aura permusuhan tampak di wajah kedua laki-laki di depannya."Jangan macam-macam dengannya!" seru Alfian dengan telunjuk mengarah pada Sarah. Melihat ancaman itu Devan tak tinggal diam, dia berusaha melawan bahkan hendak memukul lawan bicara. Namun Sarah segera melarang bosnya. Bisa jadi bukan dosennya yang tumbang justru bosnya yang babak belur dihajar Alfia
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 10B Dia Siapa?Sarah tersentak kaget, seberapapun usahanya menghinsari sosok mantannya, usahanya hanya sia-sia. Sehari-hari dia hanya disuguhi kemesraan keluarga kecil yang bahagia membuatnya terlihat menyedihkan."Ini kan, Tante yang pernah ketemu," seru anak kecil bernama Chika pada Sarah."Ah, iya. Kita ketemu lagi," seru Sarah dengan wajah pura-pura bahagia. Kenyataannya di dalam begitu menyayat hati.Alfian hanya terdiam mendapati Sarah dan Chika sudah saling kenal. "Kalian kenal di mana?" tanya Alfian mengabaikan bahwa di sana ada seorang bos besar MTG."Di kampus, ayah.""Oh.""Ayo, Ra! Om dan Tante pamit dulu ya, Sayang!" ucap manis Devan "Chika, duduk dulu sama mama, Ya!""Baik, Yah.""Tunggu, Dinda!""Ada apalagi, Pak?""Kamu berhutang penjelasan ke saya!"Sarah mengernyitkan dahinya, melirik ke samping merasa ditatap intens oleh bosnya, dia memilih tak menjawab."Pak Mahesa kasihan anak dan istrinya sudah menunggu. Kami permisi dulu. Ayo, Ra
Bab 63C "Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia mendampingiku, menjadi ibu dari anak-anakku." Aryo mengecup puncak kepala Nay yang tertutup pasmina hingga membuat hati Nayla mengembang. "Terima kasih juga, Mas." Lima bulan kemudian. Nay mengenakan baju toga untuk menghadiri wisuda sarajananya. Perutnya sudah terlihat membuncit karena HPL tinggal beberapa haru lagi. Suami dan keluarganya mendampingi acara wisudanya. Pun teman-temannya bersiap dengan buket bunga ditangan mereka. "Selamat dan sukses atas wisudanya, Nay," ucap ketiga sahabatnya. Menyusul juga ucapan selamat dari orang tua dan keluarga Aryo. "Selamat ya, Sayang. Maafkan mama! Kamu memang pantas menjadi pendamping Aryo. Jaga putraku ya, Sayang. Sebagai orang tuanya, mama memang kurang memberinya kasih sayang." "Tidak, Ma. Mama selalu menyayangi Mas Aryo meski jauh di negeri orang. Nay dan Mas Aryo selalu merindukan mama dan papa." Nay mencium pipi mertuanya lalu teringat ibunya. Wanita yang sudah mengandung dan melah
Bab 63B"Mereka kan mau menghadiri acara ini, Mas.""Apa?! Sebenarnya ini acara apa sih, Nay?" Aryo bergantian menatap Nay juga keluarganya yang tak ada angin tak ada hujan muncul di rumah istrinya."Hai, Aryo! Oma mau nengok calon buyut tahu, nggak? Kamu tuh malah bengong."Aryo kembali terkesiap. Merasa di prank, Aryo mendekati keluarganya. "Mama, papa, kapan pulangnya? Tante juga katanya nganter oma ke luar kota.""Kamu tuh, Yo. Sama istri mbok ya dijagain yang baik. Untung calon bayinya nggak kenapa-napa. Bisa-bisa kamu tak jewer sini.""Ampun, Oma." "Iya, ini tante sama orang tuamu nganter oma ke luar kota buat mengisi tausiyah, Yo," pungkas tante Maya. Aryo masih terbengong.Semua yang hadir melihat tingkah keluarga Aryo akhirnya tertawa, ada juga yang menahan senyum, seperti Nayla yang saling pandang dengan Andra. Semua itu skenario Andra untuk mengerjai Aryo. Andra tidak mau Nay disakiti oleh suaminya. Saat di Daejeon, dokter mengatakan Nay hampir keguguran karena tindakan
Bab 63A"Nay, ini tanda kasihku untukmu." Nay tertegun melihat apa yang dibawa suaminya.Aryo membuka kotak kecil berlapis beludru. Ia mengeluarkan benda yang terpasang cantik di tempatnya. Sebuah kalung pertanda kasih sayangnya untuk sang istri tercinta. Ada liontin bunga matahari di kalung itu. Aryo berharap mentari akan selalu bersinar menerangi langkah mereka mengarungi biduk rumah tangga.Bukan tidak mungkin akan datang kerikil yang menghadang. Sebisa mungkin mereka saling menggenggam tangan untuk melalui jalan yang harus ditempuh. Apa yang menjadi tujuannya menggapai keluarga yang samawa (sakinah, mawaddah, warahmah).Aryo memakaikan kalung dengan liontin matahari ke leher Nayla. Pasmina Nay angkat hingga kalung itu terpasang sempurna di lehernya. Aryo mengecup kepala Nay dari belakang. Rasa yang membuncah mengisi rongga dada keduanya. Senyum manis pun terukir di wajah masing-masing, hingga sepasang lengan kekar Aryo melingkar di perut Nayla. Tatapan hangat di wajah Aryo terli
Bab 62B"Sudah saya bilang Pak Aryo jangan menyakitinya. Dua kali Bapak sakiti Nay, maka...""No, big No, Ndra. Saya harus bicara sama Nayla. Pokoknya kamu nggak boleh melamar sebelum hubungan kami jelas, oke!" Andra hanya mengedikkan bahu, dalam hati tertawa penuh kemenangan.Aryo meninggalkan Andra membereskan tempat yang akan dipakai untuk acara. Entah acara apa sebenarnya Aryo tidaklah tahu. Ia mendekati Pak Rusdi, meminta maaf atas kesalahannya karena membuat Nay sakit hati.Aryo juga bercerita tentang kesalah pahamannya dengan Nay yang melihat dirinya bersama Tika. Waktu itu Tika ingin berpamitan yang terakhir karena mau tinggal di luar negeri. Pak Rusdi yang sudah tahu duduk perkaranya langsung menyilakan Aryo masuk dan duduk di ruang tamu. Bu Ranti terkejut melihat kedatangan tiba-tiba menantunya. Gegas wanita paruh baya itu membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan."Nay baru selesai mandi, Nak. Tunggulah sebentar. Tolong sabar ya Nak Aryo, menghadapi Nay yang anak tunggal
Bab 62AAryo berjalan tergopoh menuju rumah Nay. Mendengar obrolan tetangga Nay tentang acara syukuran membuat hatinya berkecamuk. Menyesakkan."Apa maunya Nayla? Apa dia benar-benar menginginkan perpisahan?" Aryo mendengkus kesal seraya kakinya menendang kerikil di jalan.Sementara itu,di kamar, Nayla merapikan penampilannya di depan cermin. Ingatannya terlempar saat tidur siang di kos Cika. Bisa-bisanya ia mimpi buruk."Nay, maaf. Aku tidak tega membuat Tika sedih," ungkap Aryo membuat Nay mencelos."Lalu?" Tatapan nyalang Nay tujukan pada suaminya. Napasnya memburu menanti perkataan selanjutnya dari sang suami."Ada yang ingin aku katakan padamu. Mama memintaku menikahinya. Tika bersedia menjadi istri kedua.""Untung hanya mimpi. Kalau beneran, aku nggak yakin bisa menerima kabar itu."Nay menghela napas panjang, seulas senyum tersungging di bibir bergincu pinknya. Kedua tangan mengusap perutnya lembut. Sebuah ketukan pintu megusik kegiatan asyiknya di depan cermin."Masuk!" Nay me
BAB 61B"Astaghfirullah. Aryo kenapa?""Aryo bersalah, Oma. Aryo sudah menyakiti hati Nayla. Dia pergi karena Aryo yang nggak sabaran. Saat di Daejeon Aryo menyakitinya fisik juga batin. Lagi-lagi pulangnya pun Aryo menambah lukanya kembali menganga."Oma dan Tante Maya tertegun melihat pengakuan Aryo. Keduanya menasehati Aryo supaya lebih sabar menghadapi masalah. Yang telah berlalu biarlah berlalu, jangan terulang lagi kesalahan yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna. Memilih pasangan bukan untuk mencari yang sempurna tetapi yang bisa saling melengkapi hingga mendekati sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Rabbnya."Makasih, Oma, tante. Aryo mau bernagkat dulu ke Solo.""Apapun yang terjadi jadikan ini belajaran berharga untukmu dan Nayla, Yo. Oma tidak berharap kalian berpisah. Tetapi kalau mengharuskan kalian berpisah, kamu harus mengikhlaskannya.""Oma, Aryo tidak akan membiarkan Nay pergi. Oma dan tante doakan hubungan kami membaik!" pinta Aryo dengan penuh permohonan."
Bab 61ASehari tinggal di kos Cika, Nay akhirnya pulang ke Solo. Ia bertemu bapak ibunya, melepas rindu yang bersemayam di dada. Tangis haru nan bahagia mengiringi pertemuan keluarga sederhana itu."Kamu kurusan, Nay. Makan yang banyak, Nak!" Nay meraup wajahnya kasar. Sejatinya bukan hanya rindu yang ingin tersampaikan. Lebih tepatnya, Nay ingin mendapatkan pelukan. Support yang menguatkan hatinya karena masalah rumah tangga sedang menghampiri."Yang penting sehat kan, bu. Nanti Nay makan yang banyak soalnya kangen masakan ibu. Di sana makannya aneh-aneh," terang Nay dengan kelakarnya membuat orang tuanya tergelak.Pak Rusdi dan Bu Ranti tidak menyadari putrinya sedang dilanda masalah. Nay memang pandai menyembunyikan kesedihannya. Ia sibuk membantu ibunya membereskan jahitan seperti biasa."Pak, Bu. Ini ada sedikit rejeki, Nay ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan karena sudah diberi kesehatan saat belajar di negeri orang. Juga Nay selamat sampai pulang ke rumah.""Tapi suamimu a
Bab 60B"Sebenarna ada apa sih, Nay? Pasti kamu dan suamimu lagi berantem, ya?"Nay tidak menjawab justru tergugu seraya memeluk guling di atas kasur Cika. Sahabatnya segera mengambilkan segelas air untuk diminum supaya Nay lebih tenang.Setelah Nay terlihat tenang, Cika mulai menanyakan dengan hati-hati. Ia tidak mau Nay menangis lagi."Kalau sudah bisa cerita, aku siap ndengerin, Nay," ujar Cika."Aku tadi sudah sampai rumah. Tapi..." Nay menjeda kalimatnya seolah ada duri yang menancap di tenggorokan. Ia susah payah mengatakannya. Menarik napas panjang, Nay merasakan tepukan halus di punggungnya"Ada Mbak Tika di sana." "Hah, Bu Tika? Dosen fakultas yang baru?" Cika memasang raut keheranan kenaoa Tika bisa pagi-pagi di rumah Aryo."Kamu ingat, kan? Mbak Tika itu wanita yang dijodohkan sama Pak Aryo."Cika mendengarkan dengan sabar cerita Nayla."Tapi kamu jangan berpikiran buruk dulu, Nay. Tenanglah, kamu harus berpikir dengan kepala dingin biar nggak runyam masalahnya."Nay menga
Bab 60A EgoisNayla masih tergugu di dalam taksi yang membawanya memutari kota Bandung. Sedari tadi sopir menanyakan kemana tujuan, tetapi Nayla tidak menjawab. Sekutar satu jam, Nay baru sadar saat perutnya berdendang. Ia teringat telah melewatkan sarapan."Astagfirullah, sampai mana ini, Pak?!" pekiknya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri. Sopir segera menepi dan menghentikan laju taksinya."Kita sudah memutari kota Bandung. Mbak mau ke mana lagi?" jawabnya seakan ingin protes tapi penumpang adalah raja. Sopir hanya memberikan pelayanan terbaiknya."Maaf, Pak. Tunggu sebentar, saya telpon teman dulu," pinta Nay. Ia mencari nomer kontak Cika."Halo, Ci. Kamu di kos atau kampus? Aku udah di Bandung.""Nay, kapan pulang?!" Nay menjauhkan ponselnya karena suara teriakan Cika dari seberang mengusi telinganya."Aku di kampus. Bentar lagi balik kos. Hanya ada kuliah pagi saja. Mika sama Ryan baru ke ruang dosen, nih. Kita ketemuan di kosku aja ya!""Ya, Ci. Tapi tolong kalau ketemu Pak Ary