Tidak punya banyak waktu untuk menghilangkan jejak bau yang memenuhi si putih ketika pada akhirnya Valentina membuat kesalahan tuk kedua kali. Dewi batinnya ingin menyuruh agar segera membersihkan muntahan yang berceceran di dasbor mobil kesayangan Raditya sampai mengenai karpet mobil, namun tertahan dengan gelombang yang berulang kali datang tanpa memberi Valentina kesempatan bernapas. Dia meminta maaf kepada Raditya karena tahu kalau si putih seperti anak pertama yang tidak boleh terkena dosa sekecil apa pun.
Air matanya tumpah tanpa bisa dihentikan meski Raditya sudah memaafkan Valentina. Gadis itu tahu arti ekspresi yang ditunjukkan Raditya bukanlah sebuah keikhlasan menerima petaka. Lihat saja kerutan di dahi juga sorot tajam seakan ingin mencabik-cabik Valentina menjadi potongan-potongan kertas. Ditambah seberkas ingatan saat Valentina mencoret si putih dengan cat semp
Raditya mengamati Julia yang sedang tertidur di atas kasur dengan selang infus yang terpasang di tangan kanannya. Setelah mendapat telepon dari teman satu kelompok bahwa Julia pingsan akibat demam tinggi juga faktor kelelahan, Raditya langsung meluncur ke rumah sakit. Dia pikir sakit flu yang dialami mantan kekasihnya itu biasa-biasa saja, tapi ternyata Julia juga mengalami radang tenggorokan ditambah typhus. Satu perpaduan penyakit yang bikin orang enggan untuk memasukkan makanan ke dalam lambung. Yang disayangkan adalah kenapa Julia menahan sakitnya seorang diri dan berlagak baik-baik saja. Padahal dia bisa saja bilang kepada Raditya untuk ijin digantikan teman-teman yang lain. Apa Julia benar-benar menjaga jarak darinya? Bukankah masalah yang terjadi sudah berlalu? Raditya pun berusaha bersikap profesional dan mengesampingkan urusan pribadi yang pernah terjadi. Atau ... masih adakah secuil perasaan yang tertinggal di hati Julia hingga dia menyiksa diri sendiri? Bukannya dia udah
Seraya mengunyah permen asam Jawa yang dibelikan Raditya hingga satu dus, Valentina menulis laporan revisi semalaman ditemani ibu dan mertuanya. Jangan tanya bagaimana keriting jarinya saat ini merangkai tulisan demi tulisan tanpa berhenti. Dari anamnesa sampai evaluasi keperawatan terpaksa dia ubah sesuai permintaan dosen daripada harus mendapat nilai jelek. Salah dirinya juga mengapa tidakcross checkkembali antara data yang diterima dengan teori. Valentina terlalu cepat mengambil kesimpulan hingga harus mengulang sampai mampus.Sesekali dia mengendus aroma-aroma yang melintas di lubang hidung, takut jika aroma tubuh Raditya tercium. Bukannya menjadi istri durhaka, tapi kehamilan pertamanya ini benar-benar menyiksa dirinya sekarang. Kemarin melihat wajah suaminya yang luar biasa tampan dan memesona saja gelombang dalam perut Valentina langsung naik menimbulka
Bus bercat abu-abu dengan aroma solar khas menyengat hidung tengah terparkir tepat di depan kampus Valentina ketika teman-temannya berbaris rapi. Bak anak TK mau kunjungan wisata, mahasiswa berseragam biru tersebut membawa tas ransel juga kantung plastik berisi makanan pengganjal lapar. Wajah-wajah kusut yang biasanya dipenuhi tugas asuhan keperawatan kini berubah menjadi secerah pelangi. Mereka sibuk mengambil fotoselfieseolah-olah perjalanannya bakal memakan waktu panjang. Padahal dari Wonokromo ke area Ujung Surabaya hanya memakan waktu sekitar satu jam jika tidak macet. Ditambah suara-suara antusias yang mengatakan kalau tidak sabar berenang dan menyelam.Sementara ada beberapa anak laki-laki membawa kardus berisi minuman kemasan dan roti karena kegiatan akan diperkirakan sampai sore hari. Manalagi lokasi simulasi evakuasi laut berada di dalam salah satu i
"Udah demam hari ke berapa baru dibawa ke rumah sakit?" tanya Raditya melalui sambungan telepon yang terhubung dengan UGD."Hari kelima. Ini tensinya rendah sampai enggak bisa terukur dengan tensimeter, Dok! Akralnya juga dingin dan mimisan sejak lima belas menit lalu," lapor seorang perempuan. "Kami curiga syok dengue hemoragik fever.""Pasangdouble IV line,nanti kamu guyur dengan ringer laktat. Berat badan?""Lima puluh kilogram, Dok. Untuk mimisannya sementara kami beri tampon epinefrin," jelas si perempuan."Iya udah, kamu guyur dulu 1000 cc sampai tiga pulut menit nanti cek tensinya lagi. Kalau belum naik ulangi kayak tadi. Nanti kabari saya," ucap Raditya. "Ha
Si putih kesayangan Raditya berhenti di depan kantor kelurahan Sukolilo Baru ketika matahari merangkak naik namun sinarnya sudah menyengat kulit. Dia keluar dari mobil dan disambut aroma ikan-ikan yang dijemur di sepanjang jalan. Hal itu bukan pemandangan asing bagi Raditya karena sebagian besar mata pencaharian warga di sini adalah nelayan dan sering mengolah hasil tangkapan untuk dijual. Ada juga sentra Bulak yang beberapa tahun lalu dibuka dan diresmikan oleh pemerintah sebagai tempat jual-beli berbagai jenis ikan.Selain itu, toko-toko berjajar menjajakan hasil olahan laut lain seperti kerupuk terung atau teripang, rambak kulit kakap, kerupuk udang, ikan asin, kerupuk udang, hingga lorjuk--kerang bambu tengah ramai dikunjungi wisatawan. Ada juga yang menyediakan aksesoris dari kerang yang dibentuk tirai atau hiasan cermin. Dibandingkan jaman dulu, penataan di area Kenjer
"Pagi, Bu, gimana kabarnya?" sapa Raditya saatvisiteharian. "Kemarin sempat tinggi ya kadar gula darahnya?""Baik, Dok. Ya gimana enggak tinggi, Dokter, kaki saya sakitnya bukan main. Demam saya juga enggak turun-turun, Dokter ... ini enaknya dikasih apato?" keluh seorang perempuan paruh baya menunjuk kakinya yang luka dan dibalut perban sampai menguning karena mengeluarkan nanah berbau. "Ini saya kapan dioperasi, Dok? Saya enggak kuat sama nyerinya.""Gula darahnya kita stabilkan dulu, Bu, kalau enggak gitu saya juga enggak berani ACC operasi. Apalagi ibu juga punya penyakit jantung," tukas Raditya. "Kalau ada apa-apa gimana?" sambungnya sambil memeriksa dada dengan stetoskop."Terus sampai kapan, Dok? Masa iya saya di sini terus?" pa
"Mau apa kamu sama istri saya!" hardik Raditya melipat tangan di dada. Sorot mata di balik kacamata minus itu bagai mengirim laser panas yang bisa membelah tubuh Brian menjadi dua. Lihat saja muka Raditya memerah menahan amarah sementara keningnya berkerut seakan-akan tak terima istrinya didekati pria bermulut buaya."Maaf, Dok!" Brian menunduk ketakutan. "Saya cuma kirim salam perpisahan.""Kirim salam bisa ke saya langsung, enggak usah pakai ngajak Tina berduaan di sini. Dia tuh hamil anak saya. Kalau ada yang bilang macam-macam gimana?" cerocos Raditya makin terbakar emosi. "Lama-lama saya bisa buang kamu ke laut.""Wuih ..." Valentina malah takjub di belakang punggung Raditya."Kamu juga!" Raditya berpaling ke a
"Waduh, trombositnya agak rendah ya?" tanya Valentina begitu terkejut mendengar laporan dari temannya melalui sambungan telepon. "HCT-nya aman enggak? Tadi widalnya berapa, Ver?""Agak tinggi sih. Menurutku kamu bawa aja ke rumah sakit biar ada yang memantau, Tin," ucap Vera. "Widal ... 1/320, hari ke berapa sih demamnya?""Kata dia sih hari ke ..." Valentina menghitung sejak malam pertama Raditya demam menurut pengakuan lelaki itu. "Keempat. Berarti kemungkinan demam berdarah sama typhus ya.""Enggak kemungkinan lagi, udah fix ini sih. Bisa makin turun lagi tuh trombosit, Tin. Lagian suamimu dokter masa enggak berani dirawat di rumah sakit?"cibir Vera."Dia sendiri yang minta
"Ketan susu meses satu sama sekoteng satu," kata Valentina kepada seorang laki-laki berusia sekitar 20-an mengenakan seragam hijau dan kuning mencolok. "Sayang, kamu mau apa?""Ketan nangka keju sama susu jahe, Mas," titah Raditya. "Makan di sini atau bungkus?" tanya si lelaki."Makan di sini, Mas," jawab Valentina. "Ini uangnya.""Uangnya 50 ribu, total 38 ribu. Ini kembaliannya 12 ribu, silakan ditunggu di dalam, Mbak," ujar si lelaki menyilakan Valentina dan Raditya duduk di kursi selagi menunggu menu mereka disiapkan. "Makasih."Tidak afdal rasanya kalau ke alun-alun kota Batu tidak mengunjungi Pos Ketan yang sudah berdiri sejak 1967. Apalagi ini langganan Raditya sedari jaman-jaman kuliah ketika punya waktu untuk ke Cangar atau sebatas ngopi sambil haha-hihi. Tapi, dia tidak akan bercerita kepada Valentina kalau dulu Raditya pergi bersama Julia dan beberapa anak lain. Dia bersumpah untuk menyimpan rahasia itu seorang diri. Daripada perang dunia nggak dikasih jatah? Siapa yang
Our First and Re-honeymoonSenyum yang mengembang bagai roti kelebihan bahan tidak dapat lenyap begitu saja dari bibir bergincu merah menyala itu. Valentina mematut diri di depan cermin, menyisir rambut tebal nan hitam legam tersebut kemudian mengikatnya ala ekor kuda. Dia bersiul sebentar, memuji diri sendiri betapa cantik dirinya saat ini. Kemudian mengerling mata bagai remaja dilanda kasmaran lantas membenarkan posisi bra agar terkesan penuh dan seksi di depan suami.Baru sadar kalau habis punya anak, dadaku agak gedean dikit. Kalau gini kan dadaku agak mirip sama mantannya Radit si dokter Julia itu. Bawa lingerie yang modelnya kelinci nggak ya?Valentina terkikik sendiri membayangkan dirinya berkamuflase menjadi kelinci genit yang menjamu pria-pria nakal di kelab malam. Dia menggeleng keras mengurungkan niat untuk menggoda Raditya dengan cara seperti itu. Walau tanpa baju-baju cosplay menggiurkan mata, Valentina tahu di mana titik kelemahan Raditya. Di sisi lain, setelah sekian l
"Halo, Siang, Bu Siska," sapa Valentina melalui sambungan telepon. "Maaf, saya boleh titip Salsa sebentar? Ini saya masih di perjalanan, baru selesai rawat luka pasien.""Oh iya enggak apa-apa kok Mamanya Salsa," kata Siska--guru TK."Maaf ya, Bu Siska ... Salsa enggak nakal kan?" tanya Valentina menyalakan mesin motor. "Soalnya lusa kemarin habis bertengkar sama temennya sampai nangis.""Enggak, ini anaknya masih menggambar sama Tio," ucap Siska. "Mamanya Tio juag titip sebentar karena masih di Posyandu.""Salsa enggak borong jajan tanpa uang kan? Saya sungkan loh sama Bu Sri kantin, anak saya selalu minta jajan bayar belakangan," keluh Valentina. "Iya kalau satu buah, satu kresek penuh itu loh Bu
Lima tahun kemudian..."Mama ... Mama ..." teriak bocah kecil yang mengenakan kaus kutang bermotif stroberi juga celana pendek senada. Dia berlari seraya membawa es krim di tangan kanan sementara di tangan kiri menenteng plastik berlogo Indoapril berisi makanan ringan. Mulut anak perempuan berambut pendek itu terkena es krim cokelat yang sesekali dia makan begitu lahap tanpa takut giginya ompong."Tante ..." teriak beberapa anak bersamaan mengekori bocah kecil itu. "Tante! Salsa beli jajan enggak bawa uang lagi!"Valentina yang baru saja mensterilkan alat-alat rawat luka di mesin sterilizer, buru-buru menghampiri sumber suara dan bola matanya nyaris menggelinding mendapati penampilan anaknya sudah tak karuan. Seketika gelombang amarah langsung naik ke ubun
###Suara sirene menggaung keras manakala mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan padat merayap menuju rumah sakit. Mobil darurat tersebut membawa Valentina yang sedang mengerang kesakitan di bagian perut. Hingga peluh keringat sebesar biji jagung membasahi sekujur tubuh bersamaan napas cepat akibat tak bisa menahan lebih lama sensasi nyeri bagai tulang yang diremukkan bersamaan. Dia menangis seraya memanggil nama Raditya juga mamanya, memohon agar rasa ngilu tanpa ujung ini segera berakhir.Petugas medis yang mendampingi Valentina menyuruh gadis itu untuk menarik napas dalam dan jangan mengejan dulu karena pembukaan belum lengkap. Valentina menggeleng, panik bercampur nyeri, tidak bisa berpikir jernih akibat kontraksi yang menyayat-nyayat setiap lapisan kulit menuju bagian dalam perut. Sementar
Hal paling menyenangkan setelah menyelesaikan ujian akhir semester dua adalah mereka tidak perlu lagi ke lahan praktik, mengejar-ngejar dosen dan pembimbing klinik untuk minta nilai atau tanda tangan, tidak ada jam begadang untuk menulis laporan kasus di buku jurnal maupun presentasi besar sampai adu debat teori, tidak ada pula ujian-ujian yang menguras pikiran, tidak ada juga tumpukan buku yang menghiasi. Walaupun panggilan kebangsaan 'dek siswa' beserta semua kegiatanhecticdi tempat magang bakal dirindukan.Jujur saja, selama masa praktik, mereka bisa bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain baik sesama mahasiswa perawat, dokter muda, farmasi, hingga bidan. Mereka saling tukar ilmu, tukar nomor telepon untuk mempererat pertemanan, hingga follow akun media sosial. Tak jarang pula cinta lokasi lintas jurusan maupun satu kelompok sering terjadi.
'Jangan berisik!''Sedang mengerjakan KTI''Ners ngenes garai duwek ambles!''OTW wisuda langsung ahh!!!'"Ambigu bener tulisannya," gumam Raditya mendapati deretan tulisan di atas kertas yang tertempel di pintu kamar istrinya. "Tin!" teriaknya sambil mengetuk pintu."Selamat datang Bapak Raditya yang terhormat," ucap Valentina melaluispeaker bluetoothyang sengaja ditaruh di atas laci dekat bersebelahan di antara bingkai foto pernikahan mereka dan vas bunga palsu. Raditya nyaris terperanjat kaget karena tidak menyadari sejak kapan laci itu dipindah dari ruang tamu ke samping pintu
"Saya mendapat kasus sepsis neonatorum, Bu, atas nama bayi Ny. S usia empat puluh hari," kata Valentina saat berhadapan dengan pembimbing klinik. "Maaf, Bu, untuk data subjektifnya saya agak kesusahan karena orang tua pasien jarang datang ke sini. Jadi, saya pakai data yang ada di rekam medis.""Masa enggak datang sama sekali?" tanya Bu Dewi tanpa memandang Valentina karena fokus mengoreksi hasil pekerjaan tangan gadis itu."Sungguh, Bu, saya sampai titip ke teman saya sama buattakenkontrak kalau ketemu keluarga pasien," jawab Valentina mengacungkan tangan kanan membentuk huruf V."Ini di pemeriksaan B1 kok tidak sesak tapi ada retraksi dinding dada?" tanya Bu Dewi menunjuk bagian pemeriksaan fisik B1--sistem pernapasan. "Ciri-ciri sesak napas
Maju-mundur seperti undur-undur yang hendak menggali jebakan di tanah ketika iris mata bulat nan lentik itu mengamati boks bayi cukup lama. Suasana hati yang biasanya antusias terhadap hal-hal baru di setiap stase kini mendadak luruh tanpa bekas. Menguap entah ke mana meski dia berusaha mencari sisa-sisa jejaknya. Menggenggam erat botol susu hangat yang sudah disiapkan untuk jadwal pemberian nutrisi bayi, Valentina malah mematung seakan-akan sandal khusus ruang Nicu memiliki perekat bagai lem tikus super.Justru matanya malah berkaca-kaca membayangkan bagaimana jika anaknya berada di dalam kotak itu? Bagaimana jika nanti saat dia melahirkan ada kelainan yang dialami sang jabang bayi? Bagaimana jika makanan dan minuman yang dia konsumsi selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya? Bagaimana?Kemarin saja ada salah