Nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan ...
"Ck!" Raditya berjalan cepat menyusuri lorong rawat inap menuju parkiran mobil setelah kunjungan malam juga menyelesaikan laporan kasusnya. Pukul sepuluh lewat beberapa menit, dia baru bisa keluar dari rumah sakit setelah hampir dua belas jam lebih berkutat dengan pasien-pasien.
Sejak tadi sore setelah Valentina memutuskan sambungan telepon akibat adanya kesalahpahaman, Raditya berusaha menghubungi istrinya lagi. Namun bolak-balik dia tidak kunjung menjawab panggilannya justru dialihkan ke kotak suara. Julia yang melihat itu salah tingkah dan buru-buru meminta maaf sudah membuat masalah baru. Raditya menggeleng, menepis anggapan tersebut dan berkata jika Valentina memang sensitif saat hamil.
Ta
"Kamu telepon 112!" perintah Raditya begitu turun dari mobil. "Bisa kan lapor kondisi pasien?""Bisa!" seru Valentina mengeluarkan ponsel dari dalam tas sementara Raditya menyuruh orang-orang yang mengelilingi lelaki yang masih kejang itu sedikit menjauh."Saya Dokter Raditya," kata Raditya mengenalkan diri sembari memberi alas di kepala darihoodieyang dilipat agar tidak terjadi cedera. Kemudian, membersihkan area mulut yang berbuih dengan tisu tanpa rasa jijik. Dia memiringkan kepala pasien perlahan-lahan agar tidak terjadi sumbatan jalan napas dan membuka kancing atas kemeja serta melonggarkan ikat pinggang lantas bertanya, "Ini kejangnya berapa lama?"Perempuan paruh baya yang kemungkinan keluarganya itu berkata, "Barusan. Barusan saja, Dokt
"Ngapain kamu di sini?" tanya Rini--teman satu angkatan Valentina beda stase. Gadis berkacamata dengan tahi lalat di hidung itu menatap penuh selidik ketika Valentina datang untuk periksa kandungan.Dia sudahmendengar desas-desus bahwa Valentina sudah menikah dengan seorang PPDS yang praktik di rumah sakit ini. Termasuk ketika temannya dilabrak kekasih sang residen, bertengkar hebat dengan Brian hingga menjadi bahan perbincangan dosen-dosen juga adik kelas. Awalnya tak percaya karena beranggapan kalau selera Valentina terlalu tinggi untuk digapai. Namun, pemikiran tersebut buyar manakala Raditya mendekat membawakan tas Valentina dan berkata, "Aku ke toilet bentar."Valentina hanya mengangguk tanpa menimpali ucapan Raditya. Ekor matanya melirik Rini yang curi-curi pandang sambil mengenakan sarung tangan. Sudah bukan raha
Tidak punya banyak waktu untuk menghilangkan jejak bau yang memenuhi si putih ketika pada akhirnya Valentina membuat kesalahan tuk kedua kali. Dewi batinnya ingin menyuruh agar segera membersihkan muntahan yang berceceran di dasbor mobil kesayangan Raditya sampai mengenai karpet mobil, namun tertahan dengan gelombang yang berulang kali datang tanpa memberi Valentina kesempatan bernapas. Dia meminta maaf kepada Raditya karena tahu kalau si putih seperti anak pertama yang tidak boleh terkena dosa sekecil apa pun.Air matanya tumpah tanpa bisa dihentikan meski Raditya sudah memaafkan Valentina. Gadis itu tahu arti ekspresi yang ditunjukkan Raditya bukanlah sebuah keikhlasan menerima petaka. Lihat saja kerutan di dahi juga sorot tajam seakan ingin mencabik-cabik Valentina menjadi potongan-potongan kertas. Ditambah seberkas ingatan saat Valentina mencoret si putih dengan cat semp
Raditya mengamati Julia yang sedang tertidur di atas kasur dengan selang infus yang terpasang di tangan kanannya. Setelah mendapat telepon dari teman satu kelompok bahwa Julia pingsan akibat demam tinggi juga faktor kelelahan, Raditya langsung meluncur ke rumah sakit. Dia pikir sakit flu yang dialami mantan kekasihnya itu biasa-biasa saja, tapi ternyata Julia juga mengalami radang tenggorokan ditambah typhus. Satu perpaduan penyakit yang bikin orang enggan untuk memasukkan makanan ke dalam lambung. Yang disayangkan adalah kenapa Julia menahan sakitnya seorang diri dan berlagak baik-baik saja. Padahal dia bisa saja bilang kepada Raditya untuk ijin digantikan teman-teman yang lain. Apa Julia benar-benar menjaga jarak darinya? Bukankah masalah yang terjadi sudah berlalu? Raditya pun berusaha bersikap profesional dan mengesampingkan urusan pribadi yang pernah terjadi. Atau ... masih adakah secuil perasaan yang tertinggal di hati Julia hingga dia menyiksa diri sendiri? Bukannya dia udah
Seraya mengunyah permen asam Jawa yang dibelikan Raditya hingga satu dus, Valentina menulis laporan revisi semalaman ditemani ibu dan mertuanya. Jangan tanya bagaimana keriting jarinya saat ini merangkai tulisan demi tulisan tanpa berhenti. Dari anamnesa sampai evaluasi keperawatan terpaksa dia ubah sesuai permintaan dosen daripada harus mendapat nilai jelek. Salah dirinya juga mengapa tidakcross checkkembali antara data yang diterima dengan teori. Valentina terlalu cepat mengambil kesimpulan hingga harus mengulang sampai mampus.Sesekali dia mengendus aroma-aroma yang melintas di lubang hidung, takut jika aroma tubuh Raditya tercium. Bukannya menjadi istri durhaka, tapi kehamilan pertamanya ini benar-benar menyiksa dirinya sekarang. Kemarin melihat wajah suaminya yang luar biasa tampan dan memesona saja gelombang dalam perut Valentina langsung naik menimbulka
Bus bercat abu-abu dengan aroma solar khas menyengat hidung tengah terparkir tepat di depan kampus Valentina ketika teman-temannya berbaris rapi. Bak anak TK mau kunjungan wisata, mahasiswa berseragam biru tersebut membawa tas ransel juga kantung plastik berisi makanan pengganjal lapar. Wajah-wajah kusut yang biasanya dipenuhi tugas asuhan keperawatan kini berubah menjadi secerah pelangi. Mereka sibuk mengambil fotoselfieseolah-olah perjalanannya bakal memakan waktu panjang. Padahal dari Wonokromo ke area Ujung Surabaya hanya memakan waktu sekitar satu jam jika tidak macet. Ditambah suara-suara antusias yang mengatakan kalau tidak sabar berenang dan menyelam.Sementara ada beberapa anak laki-laki membawa kardus berisi minuman kemasan dan roti karena kegiatan akan diperkirakan sampai sore hari. Manalagi lokasi simulasi evakuasi laut berada di dalam salah satu i
"Udah demam hari ke berapa baru dibawa ke rumah sakit?" tanya Raditya melalui sambungan telepon yang terhubung dengan UGD."Hari kelima. Ini tensinya rendah sampai enggak bisa terukur dengan tensimeter, Dok! Akralnya juga dingin dan mimisan sejak lima belas menit lalu," lapor seorang perempuan. "Kami curiga syok dengue hemoragik fever.""Pasangdouble IV line,nanti kamu guyur dengan ringer laktat. Berat badan?""Lima puluh kilogram, Dok. Untuk mimisannya sementara kami beri tampon epinefrin," jelas si perempuan."Iya udah, kamu guyur dulu 1000 cc sampai tiga pulut menit nanti cek tensinya lagi. Kalau belum naik ulangi kayak tadi. Nanti kabari saya," ucap Raditya. "Ha
Si putih kesayangan Raditya berhenti di depan kantor kelurahan Sukolilo Baru ketika matahari merangkak naik namun sinarnya sudah menyengat kulit. Dia keluar dari mobil dan disambut aroma ikan-ikan yang dijemur di sepanjang jalan. Hal itu bukan pemandangan asing bagi Raditya karena sebagian besar mata pencaharian warga di sini adalah nelayan dan sering mengolah hasil tangkapan untuk dijual. Ada juga sentra Bulak yang beberapa tahun lalu dibuka dan diresmikan oleh pemerintah sebagai tempat jual-beli berbagai jenis ikan.Selain itu, toko-toko berjajar menjajakan hasil olahan laut lain seperti kerupuk terung atau teripang, rambak kulit kakap, kerupuk udang, ikan asin, kerupuk udang, hingga lorjuk--kerang bambu tengah ramai dikunjungi wisatawan. Ada juga yang menyediakan aksesoris dari kerang yang dibentuk tirai atau hiasan cermin. Dibandingkan jaman dulu, penataan di area Kenjer