"Si kampret ... dibilangi juga jangan asal kasih stempel malah merah-merah leherku sekarang," gerutu Valentina memulas concealer di beberapa titik leher jenjangnya. Jika diberi kesempatan untuk memutar waktu, ingin rasanya gadis itu mengikat bibir Raditya agar tidak sembarangan memberi jejak sensual di tempat terbuka. Lagi pula kenapa sejak puas mencicipi surga dunia tersebut, Raditya seolah-olah ketagihan heroin padahal ada yang lebih candu daripada sekadar bercinta.
Makan mi instan misalnya atau lihat grup K-pop comeback di Youtube.
"Enak sih enak, tapi enggak tiap malam juga dia minta jatah," cibirnya sepelan mungkin menepuk-nepuk bagian di mana Raditya memberikan kecupan teritorial dengan jari. "Dikira aku enggak ada kerjaan apa? Apalagi habis stase jiwa ada ujian, kalau nilai
Nomor panggilan yang Anda tuju sedang berada di luar service area ..."Lah, kok?" Raditya menelengkan kepala tidak mengerti mengapa begitu cepat ponsel istrinya tidak bisa dihubungi. "Ini dia kesambet angin apaan bisa bilang gitu?"Dia menggaruk kepala tak mengerti tapi juga dilanda rasa senang kalau pertama kali mendengar Valentina mulai diserbu virus-virus bucin. Baginya, Valentina itu tipe perempuan yang mudah suka tapi tidak mudah jatuh cinta. Apalagi dia paham betul kalau istrinya itu sangat suka dengan lelaki-lelaki tampan di luar sana. Padahal rupa menawan Raditya juga tak kurang-kurang dari pria-pria yang digandrungi Valentina.Anak-anak koas maupun mahasiswa lain sering kali mendekati Raditya sekadar mencuri perhatian. Meskipun sudah mengenakan ci
Entakkan musik senam SKJ memekakkan telinga tepat di balik ruang perawat yang dibatasi jendela kaca dengan teralis besi di area ruang Flamboyan yang berbentuk U. Di tengahnya para pasien bergerak mengikuti arahan Okin yang menelengkan kepala ke kiri dan ke kanan sambil berkacak pinggang. Lelaki tambun berkulit eksotis tersebut berteriak penuh semangat mirip pelatih sepak bola seakan-akan tak peduli sinar matahari mulai merangkak ke ubun-ubun membakar kulit. Jangan dikira menyuruh pasien dengan berbagai gangguan kejiwaan untuk menyamakan gerakan itu mudah, tidak semua dari mereka mau mengikuti olahraga menyehatkan ini. Ada yang duduk-duduk di pojokkan sambil memandang kosong ke arah barisan di depannya, ada yang berdiri seraya garuk-garuk kepala tak mengerti, dan ada juga yang mendekati Okin dengan suara centilnya.Tidak hanya Okin, dia dibantu tiga mahasiswa dari instansi la
"Aduh sayangku ... akhirnya hamil juga," teriak Sofia begitu sampai di rumah menantunya ketika Valentina tengah mencicil laporan kasusnya di ruang tamu.Gadis itu membeliak, buru-buru beranjak namun ditahan oleh Sofia yang tidak ingin menantu yang sudah dianggap anak sendiri tersebut kecapaian. Di belakangnya, sang suami muncul dan berjalan tertatih-tatih karena tengah menderita asam urat di bagian jempol kaki. Mereka baru saja kembali dari klinik dokter kemudian iseng-iseng ingin mampir ke rumah Raditya sekadar memastikan bahwa berita kehamilan Valentina itu memang benar adanya.Valentina sungkan jikalau hanya duduk tanpa menyambut mertuanya dengan benar. Dia berdiri mengabaikan perintah Sofia lantas menyalami mereka dan berkata, "Makasih tapi ... Mama tahu dari--"
"Nanti pulangnya tunggu aku dulu ya," titah Raditya ketika sampai di area parkir mobil RSJ Menur. "Semangat Ayang, cium dulu." Dia memajukan bibir untuk menerima ciuman pagi sebelum berpisah dengan istri kecilnya.Valentina menepuk pelan bibir Raditya. "Dilihat orang. Kamu lama-lama kok jadi om-om mesum sih!""Namanya juga sama istri sendiri." Raditya terkekeh namun beberapa saat rasa mual kembali datang.Buru-buru dia mengambil kantong plastik dari boks kecil di sisi kiri untuk menampung ludah atau muntahannya. Sial! Lagi-lagi tidak ada yang keluar dari perut melainkan gelombang tak mengenakkan merangkak ke kerongkongan. Dia melirik Valentina sinis masih kesal sensasi itu masih mengaduk-aduk lambungnya dan belum reda juga. Malah pagi tadi, Raditya terpaksa mengakh
"Siang, Pak," sapa Raditya saat mengunjungi salah satu pasien konsulan di bangsal paru. "Saya dokter Raditya yang menggantikan dokter Adam yang sedang berhalangan datang hari ini. Yang dirasakan sekarang apa, Pak?"Lelaki paruh baya yang sempat mengalami sesak napas beberapa jam lalu, memegang dadanya seraya berkata, "Masih ampek dada saya, Dok."Raditya yang dibuntuti dua koas pun bertanya, "Udah dikasih diuretik sesuai arahan saya kan?""Sudah, Dok. Langsung dua ampul.""Urin tampung dan tensi terakhir berapa?" tanya Raditya lantas memeriksa pasien dengan stetoskop. Dia mendengar suara jantung lelaki renta itu dengan teliti sembari berpikir bagaimana menurunkan tekanan darah pasien padahal sudah diberi kombinasi o
Nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan ..."Ck!" Raditya berjalan cepat menyusuri lorong rawat inap menuju parkiran mobil setelah kunjungan malam juga menyelesaikan laporan kasusnya. Pukul sepuluh lewat beberapa menit, dia baru bisa keluar dari rumah sakit setelah hampir dua belas jam lebih berkutat dengan pasien-pasien.Sejak tadi sore setelah Valentina memutuskan sambungan telepon akibat adanya kesalahpahaman, Raditya berusaha menghubungi istrinya lagi. Namun bolak-balik dia tidak kunjung menjawab panggilannya justru dialihkan ke kotak suara. Julia yang melihat itu salah tingkah dan buru-buru meminta maaf sudah membuat masalah baru. Raditya menggeleng, menepis anggapan tersebut dan berkata jika Valentina memang sensitif saat hamil.Ta
"Kamu telepon 112!" perintah Raditya begitu turun dari mobil. "Bisa kan lapor kondisi pasien?""Bisa!" seru Valentina mengeluarkan ponsel dari dalam tas sementara Raditya menyuruh orang-orang yang mengelilingi lelaki yang masih kejang itu sedikit menjauh."Saya Dokter Raditya," kata Raditya mengenalkan diri sembari memberi alas di kepala darihoodieyang dilipat agar tidak terjadi cedera. Kemudian, membersihkan area mulut yang berbuih dengan tisu tanpa rasa jijik. Dia memiringkan kepala pasien perlahan-lahan agar tidak terjadi sumbatan jalan napas dan membuka kancing atas kemeja serta melonggarkan ikat pinggang lantas bertanya, "Ini kejangnya berapa lama?"Perempuan paruh baya yang kemungkinan keluarganya itu berkata, "Barusan. Barusan saja, Dokt
"Ngapain kamu di sini?" tanya Rini--teman satu angkatan Valentina beda stase. Gadis berkacamata dengan tahi lalat di hidung itu menatap penuh selidik ketika Valentina datang untuk periksa kandungan.Dia sudahmendengar desas-desus bahwa Valentina sudah menikah dengan seorang PPDS yang praktik di rumah sakit ini. Termasuk ketika temannya dilabrak kekasih sang residen, bertengkar hebat dengan Brian hingga menjadi bahan perbincangan dosen-dosen juga adik kelas. Awalnya tak percaya karena beranggapan kalau selera Valentina terlalu tinggi untuk digapai. Namun, pemikiran tersebut buyar manakala Raditya mendekat membawakan tas Valentina dan berkata, "Aku ke toilet bentar."Valentina hanya mengangguk tanpa menimpali ucapan Raditya. Ekor matanya melirik Rini yang curi-curi pandang sambil mengenakan sarung tangan. Sudah bukan raha
"Ketan susu meses satu sama sekoteng satu," kata Valentina kepada seorang laki-laki berusia sekitar 20-an mengenakan seragam hijau dan kuning mencolok. "Sayang, kamu mau apa?""Ketan nangka keju sama susu jahe, Mas," titah Raditya. "Makan di sini atau bungkus?" tanya si lelaki."Makan di sini, Mas," jawab Valentina. "Ini uangnya.""Uangnya 50 ribu, total 38 ribu. Ini kembaliannya 12 ribu, silakan ditunggu di dalam, Mbak," ujar si lelaki menyilakan Valentina dan Raditya duduk di kursi selagi menunggu menu mereka disiapkan. "Makasih."Tidak afdal rasanya kalau ke alun-alun kota Batu tidak mengunjungi Pos Ketan yang sudah berdiri sejak 1967. Apalagi ini langganan Raditya sedari jaman-jaman kuliah ketika punya waktu untuk ke Cangar atau sebatas ngopi sambil haha-hihi. Tapi, dia tidak akan bercerita kepada Valentina kalau dulu Raditya pergi bersama Julia dan beberapa anak lain. Dia bersumpah untuk menyimpan rahasia itu seorang diri. Daripada perang dunia nggak dikasih jatah? Siapa yang
Our First and Re-honeymoonSenyum yang mengembang bagai roti kelebihan bahan tidak dapat lenyap begitu saja dari bibir bergincu merah menyala itu. Valentina mematut diri di depan cermin, menyisir rambut tebal nan hitam legam tersebut kemudian mengikatnya ala ekor kuda. Dia bersiul sebentar, memuji diri sendiri betapa cantik dirinya saat ini. Kemudian mengerling mata bagai remaja dilanda kasmaran lantas membenarkan posisi bra agar terkesan penuh dan seksi di depan suami.Baru sadar kalau habis punya anak, dadaku agak gedean dikit. Kalau gini kan dadaku agak mirip sama mantannya Radit si dokter Julia itu. Bawa lingerie yang modelnya kelinci nggak ya?Valentina terkikik sendiri membayangkan dirinya berkamuflase menjadi kelinci genit yang menjamu pria-pria nakal di kelab malam. Dia menggeleng keras mengurungkan niat untuk menggoda Raditya dengan cara seperti itu. Walau tanpa baju-baju cosplay menggiurkan mata, Valentina tahu di mana titik kelemahan Raditya. Di sisi lain, setelah sekian l
"Halo, Siang, Bu Siska," sapa Valentina melalui sambungan telepon. "Maaf, saya boleh titip Salsa sebentar? Ini saya masih di perjalanan, baru selesai rawat luka pasien.""Oh iya enggak apa-apa kok Mamanya Salsa," kata Siska--guru TK."Maaf ya, Bu Siska ... Salsa enggak nakal kan?" tanya Valentina menyalakan mesin motor. "Soalnya lusa kemarin habis bertengkar sama temennya sampai nangis.""Enggak, ini anaknya masih menggambar sama Tio," ucap Siska. "Mamanya Tio juag titip sebentar karena masih di Posyandu.""Salsa enggak borong jajan tanpa uang kan? Saya sungkan loh sama Bu Sri kantin, anak saya selalu minta jajan bayar belakangan," keluh Valentina. "Iya kalau satu buah, satu kresek penuh itu loh Bu
Lima tahun kemudian..."Mama ... Mama ..." teriak bocah kecil yang mengenakan kaus kutang bermotif stroberi juga celana pendek senada. Dia berlari seraya membawa es krim di tangan kanan sementara di tangan kiri menenteng plastik berlogo Indoapril berisi makanan ringan. Mulut anak perempuan berambut pendek itu terkena es krim cokelat yang sesekali dia makan begitu lahap tanpa takut giginya ompong."Tante ..." teriak beberapa anak bersamaan mengekori bocah kecil itu. "Tante! Salsa beli jajan enggak bawa uang lagi!"Valentina yang baru saja mensterilkan alat-alat rawat luka di mesin sterilizer, buru-buru menghampiri sumber suara dan bola matanya nyaris menggelinding mendapati penampilan anaknya sudah tak karuan. Seketika gelombang amarah langsung naik ke ubun
###Suara sirene menggaung keras manakala mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan padat merayap menuju rumah sakit. Mobil darurat tersebut membawa Valentina yang sedang mengerang kesakitan di bagian perut. Hingga peluh keringat sebesar biji jagung membasahi sekujur tubuh bersamaan napas cepat akibat tak bisa menahan lebih lama sensasi nyeri bagai tulang yang diremukkan bersamaan. Dia menangis seraya memanggil nama Raditya juga mamanya, memohon agar rasa ngilu tanpa ujung ini segera berakhir.Petugas medis yang mendampingi Valentina menyuruh gadis itu untuk menarik napas dalam dan jangan mengejan dulu karena pembukaan belum lengkap. Valentina menggeleng, panik bercampur nyeri, tidak bisa berpikir jernih akibat kontraksi yang menyayat-nyayat setiap lapisan kulit menuju bagian dalam perut. Sementar
Hal paling menyenangkan setelah menyelesaikan ujian akhir semester dua adalah mereka tidak perlu lagi ke lahan praktik, mengejar-ngejar dosen dan pembimbing klinik untuk minta nilai atau tanda tangan, tidak ada jam begadang untuk menulis laporan kasus di buku jurnal maupun presentasi besar sampai adu debat teori, tidak ada pula ujian-ujian yang menguras pikiran, tidak ada juga tumpukan buku yang menghiasi. Walaupun panggilan kebangsaan 'dek siswa' beserta semua kegiatanhecticdi tempat magang bakal dirindukan.Jujur saja, selama masa praktik, mereka bisa bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain baik sesama mahasiswa perawat, dokter muda, farmasi, hingga bidan. Mereka saling tukar ilmu, tukar nomor telepon untuk mempererat pertemanan, hingga follow akun media sosial. Tak jarang pula cinta lokasi lintas jurusan maupun satu kelompok sering terjadi.
'Jangan berisik!''Sedang mengerjakan KTI''Ners ngenes garai duwek ambles!''OTW wisuda langsung ahh!!!'"Ambigu bener tulisannya," gumam Raditya mendapati deretan tulisan di atas kertas yang tertempel di pintu kamar istrinya. "Tin!" teriaknya sambil mengetuk pintu."Selamat datang Bapak Raditya yang terhormat," ucap Valentina melaluispeaker bluetoothyang sengaja ditaruh di atas laci dekat bersebelahan di antara bingkai foto pernikahan mereka dan vas bunga palsu. Raditya nyaris terperanjat kaget karena tidak menyadari sejak kapan laci itu dipindah dari ruang tamu ke samping pintu
"Saya mendapat kasus sepsis neonatorum, Bu, atas nama bayi Ny. S usia empat puluh hari," kata Valentina saat berhadapan dengan pembimbing klinik. "Maaf, Bu, untuk data subjektifnya saya agak kesusahan karena orang tua pasien jarang datang ke sini. Jadi, saya pakai data yang ada di rekam medis.""Masa enggak datang sama sekali?" tanya Bu Dewi tanpa memandang Valentina karena fokus mengoreksi hasil pekerjaan tangan gadis itu."Sungguh, Bu, saya sampai titip ke teman saya sama buattakenkontrak kalau ketemu keluarga pasien," jawab Valentina mengacungkan tangan kanan membentuk huruf V."Ini di pemeriksaan B1 kok tidak sesak tapi ada retraksi dinding dada?" tanya Bu Dewi menunjuk bagian pemeriksaan fisik B1--sistem pernapasan. "Ciri-ciri sesak napas
Maju-mundur seperti undur-undur yang hendak menggali jebakan di tanah ketika iris mata bulat nan lentik itu mengamati boks bayi cukup lama. Suasana hati yang biasanya antusias terhadap hal-hal baru di setiap stase kini mendadak luruh tanpa bekas. Menguap entah ke mana meski dia berusaha mencari sisa-sisa jejaknya. Menggenggam erat botol susu hangat yang sudah disiapkan untuk jadwal pemberian nutrisi bayi, Valentina malah mematung seakan-akan sandal khusus ruang Nicu memiliki perekat bagai lem tikus super.Justru matanya malah berkaca-kaca membayangkan bagaimana jika anaknya berada di dalam kotak itu? Bagaimana jika nanti saat dia melahirkan ada kelainan yang dialami sang jabang bayi? Bagaimana jika makanan dan minuman yang dia konsumsi selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya? Bagaimana?Kemarin saja ada salah