“Ayah, kenapa Bunda tak pulang-pulang?” tanya Angel bersedih dengan wajahnya yang sangat polos.Jangankan Angel, Kevin saja yang sudah dewasa benar-benar kebingungan dengan kepergian Carla yang sampai sekarang tak kunjung kembali. Sudah habis tenaga Kevin untuk mencari keberadaan Carla yang entah ada di mana, bahkan Kevin juga tak tahu lagi harus berbuat apa agar istrinya bisa kembali. Kerinduan mereka kepada Carla sudah teramat besar dan tak bisa lagi tertahankan, satu-satunya cara hanyalah bertemu dengan wanita itu agar kerinduan mereka bisa terobati. Sesedih apapun Kevin saat ini karena kehilangan Carla, namun ia tetap harus menunjukkan ketenangan di depan anaknya sebab ia tak mau melihat Angel semakin menderita karena kerinduan pada sang ibu. Kevin mengukir senyumannya yang manis dan bersemangat, berharap Angel tak lagi terlalu mencemaskan ibunya. “Bunda pasti akan segera pulang, kita tunggu saja ya nak.” Kevin berusaha menenangkan putrinya. Angel tak bisa lagi menunggu dengan
Carla memejamkan kedua matanya dengan tenang, ia membiarkan air terus mengalir di dalam bath up tempatnya berendam sekarang. Ia tak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi setelah ini, yang pasti ia hanya ingin ketenangan dan cara inilah yang bisa ia lakukan.Suara gemericik air mulai terdengar di dalam kamar mandi itu, air membudal dan keluar dari bath up secara perlahan mengisi seluruh ruangan kamar mandi. Tapi Carla masih memejamkan matanya dengan acuh, bahkan ia mulai membiarkan tubuhnya tenggelam di dalam air hingga tak lagi terlihat di permukaan. Jourdy yang baru saja tiba di rumah segera pergi ke kamar untuk berganti baju, sekalian mencari keberadaan Carla. Ia masuk perlahan namun tak menemukan siapapun di sana, hanya suara air dari dalam kamar mandi yang ia dengar dan membuatnya cukup kebingungan. Karena penasaran Jourdy akhirnya memutuskan untuk mendekat ke arah pintu kamar mandi, ia berdiri tegak di depan sana sembari terus mendengarkan suara air yang terdengar tak biasa.
“Sampai kapan?” tanya seorang lelaki dengan suara khasnya yang serak.Spontan Jourdy mengangkat kepalanya dan mendapati teman dekatnya sudah berada di sampingnya, “Kau? Sejak kapan kau ada di sini?” Dengan sangat ramah dan manis, Jourdy menyapa temannya dan memeluk singkat tubuh lelaki itu. Rupanya Jordan masih tetap mengingat kebiasaan Jourdy dengan sangat baik, karena tanpa berjanjianpun Jordan mengetahui keberadaan Jourdy di tempat billiar. Perlahan Jourdy meletakkan tongkat billiarnya di atas papan dan mulai fokus pada teman baiknya itu, “Mengapa kau diam saja? Aku bertanya padamu, sialan!” “Aku lebih dulu bertanya padamu, dan kau belum menjawab pertanyaanku!” tegas Jordan ketus. Melihat raut wajah Jordan yang kesal Jourdy langsung terkekeh dengan geli sebab sikap ngambekan temannya masih saja tak berubah, “Kau ini tetap saja tak berubah, baiklah aku akan menjawabnya. Jadi, sampai kapan apanya?” “Oh ayolah, Jourdy! Jangan berpura-pura bodoh seperti ini, kau hanya bersikap bod
“Jourdy, mengapa kau tak mengantarku ke rumah? Mengapa kau malah membawaku ke rumahmu?” tanya Hanna kebingungan ketika mereka baru saja sampai di depan rumah Jourdy.Perasaan Jourdy saat ini sedang sangat kacau, pertemuannya dengan Jordan justru malah membuat kebencian dalam diri Jourdy semakin membesar. Dendamnya semakin menjadi-jadi dan Jourdy merasa harus memberikan penderitaan yang lebih besar pada Carla, sehingga ia memutuskan untuk membawa Hanna ke rumahnya.Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti setelah Carla melihat Jourdy membawa wanita lain ke rumah, namun yang pasti Jourdy yakin kalau wanita itu pasti akan terluka karena tindakannya.“Tak apa, aku malas mengantarmu pulang jadi malam ini kau menginap saja di rumahku.” Jourdy menjawab dengan polos tanpa merasa berdosa sama sekali.Mendengar hal itu, Hanna cukup terkejut. Ia memang menyukai Jourdy dan ingin selalu bersama dengan lelaki itu, namun Hanna juga merasa tak mungkin kalau ia harus merebut Jourdy dari istrinya
Jourdy sudah dalam keadaan yang bersih setelah ia selesai dari kamar mandi, ia naik ke atas kasur untuk segera tidur. Tapi ia tak melihat keberadaan Carla di kamar itu, mata Jourdy mencari kesana kemari barangkali Carla memilih tidur di sofa namun Carla tetap tak ada di sana.“Ke mana wanita itu?” tanyanya pada diri sendiri. Merasa harus memastikan di mana keberadaan Carla, Jourdy terpaksa kembali berdiri dari duduknya untuk mencari sang istri. Mulutnya terus mendumal dengan kesal karena menurutnya Carla selalu memancing emosinya, seakan-akan tanpa henti membuat Jourdy marah padanya. “Benar-benar membuat kesal saja, wanita itu sangat tak tahu diri!” umpatnya pada Carla.Saat berada di luar kamar, Jourdy berpapasan dengan Karel. Ia langsung bertanya kepada lelaki itu dengan nada yang datar tapi tetap tegas, “Hei, apakah kau melihat Carla?”“Tidak, Tuan. Aku sama sekali tak melihat Nyonya,” sahutnya yakin. “Sialan, jangan-jangan dia kabur dari rumah!” tuduh Jourdy yang sudah merasaka
“Mulai sekarang jangan pernah datang lagi ke kantorku,” ujar Jourdy pada Carla ketika mereka sedang sarapan bersama.Secara bersamaan, Carla dan Hanna menoleh ke arah Jourdy kemudian menatap lelaki itu dengan cukup serius. Apalagi Carla yang tak paham mengapa Jourdy melarangnya untuk datang ke kantor, sepertinya lelaki itu semakin menunjukkan kebenciannya pda Carla. Padahal Carla selalu berusaha memberikan yang terbaik pada Jourdy tapi lelaki itu malah semakin membatasi ruang lingkup Carla, “Kenapa? Apakah aku sebegitu melakukannya untukmu?” “Aku rasa aku tak perlu memberitahukan alasannya kepadamu, dan kau juga hanya perlu menuruti perintahku!” tegas Jourdy yang tak ingin menjelaskan apapun kepada Carla. Namun Carla juga merasa kalau dirinya perlu mengetahui alasan itu dari Jourdy, ia berhak untuk datang ke kantor suaminya dan jika Jourdy melarangnya untuk datang maka ia berhak mengetahui alasannya. Meskipun itu akan menyakitkan bagi Carla, tapi ia sudah biasa dengn semua perlakua
Kevin menatap dirinya berkali-kali di depan cermin, ia sudah siap bekerja di perusahaan Jourdy dan memakai seragam yang disediakan di kantor itu. Hatinya terasa sangat miris mendapati kenyataan yang cukup pahit, kehidupannya harus berubah drastis seperti ini.Hembusan nafas yang berat keluar dari mulut Kevin, ia berusaha menenangkan dirinya sendiri yang sedang merasa kecewa pada takdir. Ia juga berusaha terus meyakinkan dirinya sendiri jika semuanya akan tetap baik-baik saja sekalipun ia mendapatkan pekerjaan yang tak sesuai dengan pendidikannya, lagipula Kevin sangat membutuhkan pekerjaan untuk melanjutkan hidupnya juga anaknya. Masih ada Angel yang harus Kevin pikirkan, anaknya membutuhkan biaya untuk hidup dan masa depannya juga harus terjamin seperti rencananya dulu bersama Carla. Angel harus mendapatkan pendidikan yang tinggi nantinya, dan Kevin harus mulai menabung dari sekarang. Seperti apapun pekerjaannya, Kevin harus menerimanya. Semua demi Angel, asalkan ia bisa menghidupi
Setelah Carla mengetahui Kevin bekerja di perusahaan suaminya, wanita itu memutuskan untuk datang ke rumah Kevin untuk membawa Angel bersamanya. Menurutnya ini adalah waktu yang tepat mengambil Angel, karena ini adalah kesempatan emas untuknya.Ia pergi bersama Karel ke rumah Lula, walaupun sebenarnya Carla merasa sangat gugup karena harus berhadapan lagi dengan Lula. Namun ia harus memberanikan diri, bagaimanapun juga Angel harus kembali berada di tangannya. Wanita itu berjalan dengan perlahan menghampiri Lula yang sedang bermain bersama cucunya, kedatangan Carla benar-benar mengejutkan mereka berdua. Apalagi Angel yang sudah sangat merindukan sang bunda, ia terlihat begitu syok dengan keberadaan Carla di sana. “Bunda!” panggil Angel dengan sangat bersemangat. Bahkan Angel langsung berlari ke arah Carla dan memeluknya sangat erat, sudah sangat lama sekali Angel menunggu hari ini tiba. Yaitu bertemu Carla yang sudah begitu ia rindukan, dan sekarang ia bisa mengobati kerinduannya pa