“Jaga mulut kalian!” tegas Jourdy yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.Sontak keduanya terkejut dan langsung menatap Jourdy dengan ketakutan karena mereka sudah sangat mengenal lelaki kejam yang satu ini, “Kami hanya—.”“Kalau kalian tak tahu apapun jangan pernah berani berkomentar mengenai kehidupan orang lain, apalagi orang-orang terdekatku!” sahut Jourdy lagi.“Maafkan kami, Jourdy. Kami tak bermaksud begitu,” sahutnya gugup.Jourdy mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah pintu keluar lalu berkata, “Lebih baik kalian pergi dari sini, aku sama sekali tak merasa rugi jika kalian tak hadir di pestaku.”Tak ingin membantah perintah Jourdy, keduanya bergegas pergi meninggalkan pelaminan dengan wajah yang cukup ketakutan. Kepergian mereka membuat Carla bisa merasa sedikit tenang, karena tak ada lagi pertanyaan-pertanyaan mematikan yang harus ia dengar.Sekarang tatapan Jourdy tertuju pada Carla yang tubuhnya nampak sangat lemas seperti tak punya semangat hidup, sebenci apapun Jourd
Jourdy baru saja berhasil membuka gaun pengantin yang dipakai Carla, hanya tersisa underware berwarna gelap menutupi bagian kebanggaan yang dimiliki istrinya.Tanpa sadar senyuman kecil terukir di bibir Jourdy karena sekarang wanita impiannya sejak lama bisa ia miliki sepenuhnya, telah cukup lama Jourdy menanti hari ini tiba sehingga ia merasa sangat senang.Dengan lembut Jourdy membelai pipi mulus Carla yang begitu cantik untuk merasakan sensasi tak biasa yang sebelumnya tak pernah ia rasakan, “Carla, akhirnya aku bisa memiliki. Sudah sangat lama sekali aku menunggumu, dan sekarang sepenuhnya kau adalah milikku.” CupppJourdy mengecup lembut bibir Carla yang manis dengan penuh cinta, ia bahkan sampai memejamkan kedua matanya untuk menikmati momen yang telah ia tunggu-tunggu.Tangganya pun ikut bermain menyentuh dua buah bukit kenikmatan milik Carla, sesekali ia meremasnya kencang penuh gairah. Tindakan yang dilakukan Jourdy dapat Carla rasakan dalam pingsannya, secara tak langsung
“Apakah kau melihatnya?” tanya Lula yang terkejut bukan main melihat pergerakan tangan Kevin.Sontak Dani ikut terkejut karena ia juga melihat hal yang sama, “Iya, aku juga melihatnya?”“Apakah Ayah akan bangun?” tanya Angel dengan polos.Dani memegang lembut rambut cucu sembari menjawab, “Semoga saja ya, nak.”“Kevin? Apakah kau mendengarku, Sayang?” panggil Lula pada Kevin berharap putranya bisa memberikan respon. Keajaiban yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, perlahan Kevin membuka kedua matanya dengan susah payah. Pandangannya masih buram dan tak jelas, namun ia terus berusaha untuk bisa sadar dari tidurnya beberapa waktu ini.Semua orang yang berada di ruangan itu menunggu dengan gugup dan tak sabar, mereka terus menatap wajah Kevin yang masih terlihat sangat pucat. Lula juga tak henti-hentinya mengusap lembut tangan Kevin, sembari memanggil namanya dengan lirih. “Di mana aku?” ujarnya pelan.Air mata Lula menetes mendengar suara Kevin yang rasanya sudah sangat lama sekali
Jourdy menatap istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, ia nampak kesal pada Carla yang tak memakai baju tidur pemberiannya. Padahal sebelum mandi tadi, Jourdy sudah menyuruh Carla berpenampilan seperti keinginannya.“Mengapa kau tak memakai bajunya?” tanya Jourdy datar. Dengan gugup Carla menjawab, “Maafkan aku, Jourdy. Tapi aku ha—.” “Apa lagi? Kau ini benar-benar kelewatan ya! Malam ini adalah malam pertama kita sebagai pengantin, tak bisakah kau menyenangkanku sekali saja?” bentaknya kesal. Carla bergegas mendekat ke arah Jourdy, lalu ia menggenggam hangat tangan lelaki itu sambil menatapnya teduh dan mendalam. “Bukan begitu, Jourdy. Aku harus pergi ke rumah sakit, karena Kevin sudah sadar.” Carla berbicara dengan sangat berhati-hati.Lagi-lagi nama itu yang harus Jourdy dengar keluar dari mulut istrinya, Jourdy tak dapat menerimanya dan ia merasa sangat marah pada Carla. Seharusnya wanita itu bisa berpikir lebih masuk akal pada malam pertama mereka, “Lalu maksudmu, kau i
Bugh bugh bugh“Jourdy, tolong buka pintunya!” teriak Carla dengan sangat kencang sambil terus menggedor pintu kamar mandi.Jourdy hanya terdiam sebentar di depan sana kemudian melangkah pergi menuju kasur, lelaki itu duduk dengan tenang sambil menatap kosong ke arah kamar mandi. Tak ada satupun orang yang bisa mengubah keputusan lelaki kejam satu ini, sekali saja ia merasa kecewa maka ia akan melakukan apapun untuk melampiaskan amarahnya termasuk kepada orang terdekatnya. “Istri tak berguna! Dia benar-benar sudah membuatku kecewa!” gumam Jourdy seorang diri lalu berdiri dari duduknya.Jourdy pergi keluar dari kamar dengan wajah yang dipenuhi amarah, beberapa anak buahnya yang berada di ruangan lain menunduk sopan untuk menyambut majikannya. “Jaga baik-baik kamarku! Jangan sampai wanita itu bisa keluar dari sana,” perintah Jourdy tegas. “Baik, Tuan.”Tak lama setelah itu, Jourdy melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumah. Pikirannya sangat kacau, ia diselimuti oleh amarah yang
“Jourdy, bangunlah!” panggil Hanna dengan sangat lembut sembari mengusap halus kepala lelaki itu.Perlahan Jourdy membuka matanya dan merasakan sinar mentari begitu menyilaukan pandangannya, “Apakah ini sudah pagi?” “Ya, tentu saja. Apakah kau masih mengantuk?” tanyanya dengan perhatian. Jourdy bergegas bangun dari tidurnya kemudian duduk di samping Hanna yang sudah terlihat cantik dan rapih, “Tidak, aku sudah tak mengantuk. Mengapa kau sudah sangat rapih?”“Bukankah kita harus pergi ke kantor, Sayang?” tukasnya yang sudah berdiri dan kembali menatap dirinya di depan cermin untuk memastikan penampilannya sudah sempurna.“Aku sangat malas untuk pergi ke kantor, bagaimana kalau tidak masuk saja?” rayu Jourdy masih dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Hanna menghampiri lelaki itu mendekat ke arahnya kemudian memberikan kecupan lembut yang singkat di kening Jourdy, “Tidak, Sayang. Kita harus pergi ke kantor, karena pekerjaanku minggu ini masih cukup banyak.”“Oh, Ayolah! Kau bisa me
BrakkkJourdy membuka kasar pintu kamar mandi dengan tergesa-gesa, pandangannya langsung tertuju pada Carla yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai kamar mandi. Rasa sesal telah menghantuinya saat ini melihat keadaan Carla yang sangat mengkhawatirkan, “Carla! Bangun, Carla! Apa kau mendengarku?” “Carla!” panggil Jourdy sekali lagi. Tanpa berlama-lama lagi, Jourdy segera mengangkat tubuh Carla dan membawanya ke atas kasur untuk dibaringkan. Tak lupa Jourdy juga langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh Carla yang sudah sangat kedinginan, entah apa yang terjadi pada Carla tapi Jourdy yakin kalau keadaannya cukup parah. “Aku harus segera menelepon dokter,” tukas Jourdy kemudian berniat menelepon dokter.Namun baru saja selangkah Jourdy menjauh, tangan Carla lebih dulu menggenggam halus lengan lelaki itu menahannya untuk pergi. Sontak saja Jourdy terkejut dan ia langsung memandang ke arah Carla yang perlahan sedang berusaha membuka kelopak matanya, “Carla, kau suda
“Hai, Jourdy.” Kania menyapa Jourdy dengan manis setelah wanita itu masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Jourdy.Jourdy yang melihat kedatangan mantan istrinya langsung menatap wanita itu dengan malas dan tak bergairah, “Untuk apa kau datang ke sini, Kania?” “Tentu saja untuk bertemu denganmu, Sayang. Memangnya kau tidak merindukanku?” tanya Kania manja. “Tidak,” sahut Jourdy singkat dan padat. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Kania langsung duduk di atas pangkuan Jourdy dan mengalungkan kedua lengannya di leher lelaki itu. Tatapan Kania tak henti-hentinya tertuju pada wajah tampan Jourdy yang sangat mengagumkan, “Apakah kau benar-benar tidak merindukanku, Jourdy?” “Padahal aku sangat merindukanmu, aku selalu mengingat semua kenangan manis yang pernah kita lewati bersama. Bukankah seharusnya kita masih mengulang dan memperbaiki semuanya?” lanjut Kania lagi mulai kembali membujuk Jourdy untuk bisa membangun kembali asmara mereka yang sudah pupus. Jourdy yang sudah terlalu mal
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana