Share

65. Ini Memang Cinta

Penulis: Nyemoetdz Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-18 11:31:52

Jenar bersikeras untuk menolak apa yang Damar mau, pikirnya untuk apa saat ini hanya luka kecil saja. Setelah istirahat beberapa jam juga sudah sembuh, bukan yang patah tulang, namun Damar memaksa untuk tetap melakukan visum sebagai bukti. Setelah mengiyakan apa yang suaminya mau dan dia diperbolehkan pulang, Damar kembali menggendong tubuh Jenar.

"Kita batalkan saja ke Yogyakarta nya, kakimu akan semakin sakit jika kamu memaksakan diri."

"Tidak mau!! Pokoknya mau pergi ke Jogja untuk melihat Ramayana Ballet Prambanan!" tegas Jenar.

"Sayang—"

"Pokoknya tidak mau, Mas."

Keinginan untuk pergi tidak bisa ditolak oleh Damar, dia harus mengiyakan karena ini juga rencana bulan madu mereka. Hanya karena kaki terkilir, dia tak mau mengurungkan rencana nanti.

Sesampainya di rumah, Jenar melarang suaminya cerita jika ini karena Sheila agar mamanya tidak khawatir. Apalagi jika sampai dengan keluarga Damar, makin melebar masalah ini. Setelah minum obat, Jenar dibiarkan istirahat oleh D
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   66. Menjanjutkan Pergolakan Nafsu

    "Di mana tempat duduk kita, Mas?" "Sepertinya di depan sana." Mereka sampai di Prambanan untuk melihat pertunjukan Ramayana Ballet sesuai keinginan Jenar. Walau kakinya masih terpincang-pincang, dia tetap dengan pendiriannya. Sesampainya di Jogja, mereka langsung menuju Prambanan, memang agak telat, namun mereka tidak melewatkan terlalu jauh dari jalannya cerita. Jenar yang memang sangat ingin melihat pertunjukan ini begitu serius melihat setiap adegan. Cinta memang tidak bisa ditebak, bagaimana dia mencintai wanitanya tetap saja ketika sang wanita kembali, dia membutuhkan pembuktian. Padahal sangat jelas Shinta mencintai si tampan Rama yang mengininkan Shinta membuktikan jika dirinya suci dan tulus. Padahal Rahwana dengan sangat tulus pada Shinta tanpa minta pembuktian seperti Rama. "Jika Mas jadi Rama, apa aku juga harus melakukan pembuktian untuk cinta yang aku miliki?" tanya Jenar ketika pertunjukan selesai dan mereka menunggu para penonton pergi agar bisa jalan dengan ama

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   67. Doyan Makan

    "Akh!" Rintihan lirih terdengar ketika rasa tidak nyaman di arah bawah miliknya karena pertempuran semalam, namun hal itu sungguh membuatnya bahagia. Rasa itu tidak mengurungkan niat Jenar untuk membersihkan tubuh karena pagi ini mereka berdua akan jalan-jalan setelah sarapan. Damar masih di atas tempat tidur ketika Jenar sudah di kamar mandi. Dia tersenyum menatap dirinya dari pantulan cermin, ada bekas merah yang Damar buat dibagian dad4nya. "Mas, apa mau terus tidur? Bangunlah," bisik Jenar pada suaminya yang masih saja terlelap karena lelah. Tak lupa dia mencium pipi sang suami dengan mesra. "10 menit lagi—" Bukannya membuka mata, Damar masih saja menutup kedua matanya. "Ayolah, aku lapar. Apa pesan makan saja?" tanya Jenar. Tak lupa dia kembali mencium pipi suaminya hangat agar lekas membuka mata. Rasa lapar menguasai dirinya setelah semalam kenyang dengan nafsu mereka. "Benar juga, semalam kita sampai tidak makan malam karena dirimu," jawab Damar yang mulai membuka ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   68. Sakit Perut yang Menusuk

    Jenar Nareswari berlari kecil, langkahnya hampir membuat dia terjatuh ketika dengan sepatu dinas nya dia berlari. Sang suami sudah berada di lapangan untuk kegiatan ketika dia baru menyelesaikan jadwal prakteknya. "Maaf, aku terlambat," tuturnya pada sang suami yang bicara dengan salah satu bawahannya. Nafas memburu menyerang karena dia memang berlari, bukan karena terlalu jauh atau bagaimana, dia menggunakan sepatu Wedges, takut terjatuh juga. "Kenapa harus lari, kegaiatan juga belum di mulai." Damar menyeka keringat istrinya dengan sapu tangan miliknya dan tak lupa kecupan hangat diujung kepala diberikan pada wanita yang dia nikah beberapa bulan lalu. Mereka tidak malu untuk menunjukkan keromantisan di depan umum. Menjadi isteri seorang prajurit, Jenar Nareswari sedang menikmati waktunya dengan kegiatan yang ada dan menemani suaminya bertugas. Namun, tidak serta merta dia mengorbankan jadwal prakteknya karena dia masih membuka praktek di hari yang sudah di jadwalkan. Memang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   69. Apakah Hamil?

    "Sebenarnya apa kamu sedang hamil, Mbak? Kalau darah haid kenapa banyak, takutnya malah darah keguguran." Dibantu Widi masuk kamar mandi, Jenar coba membersihkan dan memakai pembalut dengan rasa sakit yang masih menyiksanya. Jujur saja dia tidak tahan dengan rasa sakitnya, namun dia tak mungkin merepotkan lebih pada Widi. "Sepertinya tidak, Mbak, aku pernah seperti ini sebelumnya. Biarkan saja, Mbak, biar nanti Mas Damar yang membersihkannya. Maaf merepotkan Mbak." "Kamu ini bilang apa, Mbak. Sudah sebaiknya berbaring dulu, biar aku buatkan teh hangat. Atau mau ke rumah sakit saja?" tanya Widi. "Tidak, Mbak. Aku coba tidur saja, padahal aku juga meminum obat penghilang rasa sakit, tapi tetap saja tidak nyaman." "Sebaiknya Mbak coba tidur sambil menunggu Pak Danyon." Jenar tidak enak saja karena sejak tadi sudah merepotkan Widi, belum lagi tanpa rasa jijik, dia membersihkan darah yang ada di lantai dan juga seprei yang terkeba bercak darah. Dikantornya, Damar baru menyelesaikan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   70. Harusnya Bahagia bukan Ragu

    "Apa masih terasa sakit?" Damar duduk di samping sang isteri yang terbaring tidak berdaya di brankar rumah sakit. Wajahnya tampak pucat pasih, belum lagi kondisinya membuatnya ketakutan karena perdarahan yang terjadi. "Apa benar aku hamil, Mas? Lalu bagaimana kondisinya? Perdarahannya begitu banyak, apa janinnya masih bisa selamat?" "Aku harap kamu bisa lebih menjaganya. Jangan memaksakan diri untuk kegiatan dulu. Kamu harus istirahat total. Ambil cuti beberapa waktu ini untuk kondisi kehamilanmu." "Bagaimana bisa, Mas, aku harus tetap dengan pekerjaanku, apalagi kuliah yang sedang aku jalani." Damar menatap tidak percaya, jika Jenar mengatakan itu.Bukankah itu artinya Jenar tidak peduli dengan kondisi kehamilan, di saat dia saja mengalami perdarahan hebat, untung saja calon bayi mereka masih selamat. "Dengan mengorbankan dia? Aku sudah merasa bersalah karena semalam kita bercinta tanpa tau jika kamu sedang hamil. Sekarang malah seperti ini, maafkan aku untuk itu. Dokter bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   71. Keras Kepala Jenar

    "Apa kita akan terus memperdebatkan ini, Mas. Bukankah harusnya kita bahagia dengan kabar kehamilanku ini." Padahal ini semua juga dari Jenar, kenapa dia seperti terbebani oleh masa kehamilannya. Bukannya bahagia dan terharu atas kehamilan yang dirasa, dia malah memikirkan pendidikannya. "Harusnya juga begitu," sahutnya dengan nada tenang, walau kenyataannya dia sangat ingin marah. Dia sungguh kecewa atas jawaban dari mulut isterinya, bagaimana bisa lebih mementingkan karir, ketika mereka sudah dipercaya memiliki keturunan. "Mas—" "Istirahatlah dan jaga dia dengan baik, jangan sampai apa yang hilang membuat kita menyesal, karena apa yang sudah pergi tidak akan kembali." Damar meletakkan nampan berisi makanan di nakas dan berjalan ke kamar mandi. Jenar menatap punggung kekar suaminya, dia keras kepala ingin tetap melakukan kegiatannya ketika kehamilannya masih sangat rentan, apalagi dengan kejadian seperti ini, Jenar harus jauh lebih hati-hati. "Tidak bisa, Dokter Jenar. H

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   72. Nasehat Mama

    "Maaf membuat Mama datang, Damar ada pekerjaan keluar kota 2 hari dan tidak mau meninggalkan Jenar sendiri, jadi meminta Mama datang." "Kenapa minta maaf, Mama memang rencana datang setelah kemarin kalian memberi kabar bahagia ini. Sungguh, Mama tidak merasa keberatan, Mama merasa senang apalagi dengan kabar kehamilan Jenar, terima kasih, Nak."Susi datang ke Solo untuk menemani Jenar yang akan Damar tinggal untuk urusan pekerjaan, dia masih di rumah sakit dan sekarang sudah 4 hari, karena keinginan Damar juga, dia mau istrinya memulihkan kondisinya di rumah sakit daripada di rumah, ketika ditinggal bertugas dia akan di rumah sendiri. "Dia sangat keras kepala, dan ingin terus pulang. Aku harap Mama tidak membiarkannya turun tempat tidur," ujar Damar. "Lalu ke kamar mandi bagaimana sayang. Kan aku baik-baik saja, walau sedikit mual." "Tidak ada alasan apapun, bukankah kamu menggunakan catheter. Aku meminta Mama datang agar dia tidak canggung ketika aku harus meminta Ibu atau Mb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   73. Ditinggal Tugas.

    "Tolong maafkan aku, Mas." Kembali Damar mencium kening Jenar. Mereka bicara sedikit berbisik karena takut jika Susi yang masih tidur akan terganggu. Apalagi masih begitu pagi ketika Damar datang. "Aku bantu ke kamar mandi biar Mama tidak repot." Seperti pagi biasa ketika di rumah sakit, Damar membantu isterinya membersihkan tubuh. Karena tidak boleh naik turun tempat tidur dulu, Damar selalu menggendong isterinya dan membantu membersihkan tubuh. Catheter Jenar sudah terlepas kemarin, itu juga anjuran dokter. Walau ada rasa khawatir jika isterinya malah akan banyak bergerak, Damar coba percaya jika isterinya akan menjaga calon bayi mereka. Perkembangannya memang baik, namun Damar ingin semua baik sampai Jenar bena-benar merasa sehat. "Kenapa, mual?" tanya Damar ketika menyodorkan sikat gigi pada istrinya. Jenar mengangguk pelan dengan tangan menutup mulut. Dia mual ketika akan gosok gigi, namun dia tetap harus membersihkan giginya. "Aku seperti bayi beberapa hari ini, karena M

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   82. Teman Wanita

    "Izin, Ndan! Selamat sore! Baru pulang?" "Sore. Apa isteriku ada di dalam?" tanya Damar yang baru pulang dari latihan hari ini. Jam menunjukkan pukul 5 saat dia sampai Batalyon. "Iya, Ndan. Beliau ada di dalam." Damar melangkah masuk, coba melihat isterinya yang katanya di dalam. Terlihat dia sedang duduk sambil membungkus beberapa hadiah untuk acara besok. Damar tidak langsung menghampiri, dia menatap dari ambang pintu. Kadang dia merasa bersalah ketika melarang Jenar melakukan pekerjaannya. "Loh ... Pak Danyon di sini. Mau jemput Nyonya Jenar bukan, Pak?" Jenar yang mulanya tidak tau kedatangan Damar langsung mencari di mana suaminya berada. Senyumnya mengembang ketika ada pria yang dia cintai berjalan ke arahnya setelah menjawab pertanyaan salah satu anggota Persit. "Apa belum selesai?" tanya Damar. "Izin, sudah, Ndan. Semua selesai, tinggal persiapan untuk besok. Mau mengajak Nyonya Jenar pulang bukan, Ndan?" "Jika sudah selesai, boleh kah?" "Izin, boleh, Ndan. S

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   81. Merasa Bersalah

    "Apa mual, Mbak?" "Sejauh ini tidak, Mbak. Apa memang maunya buah ya, Mbak. Sulit sekali makan nasi. Membayangkan saja sudah terasa mual." "Apalagi bayi kembar, seperti mualnya dobel, tetap semangat. Setelah trimester pertama akan sedikit merasa nyaman. Walau hanya sebentar. Besok ada kegiatan lomba, nanti pukul 2 siang sepertinya ibu-ibu coba untuk menyiapkan hadiah. Apa Mbak ikut?" "Ikutlah, Mbak, malu kalau gak ikut apalagi alasannya hamil. Semua orang juga merasakan itu, aku tidak mau malah di anggap seenaknya sendiri karena kedudukan suamiku." "Lalu untuk jabatan yang ketua berikan bagaimana?" tanya Widi. "Tidak, Mbak. Biar yang lain saja, aku belum siap saja." Jenar diminta menjadi ketua ibu-ibu Persit, dia malah menolaknya. Dia tidak mau dipikir suaminya Danyon, lantas dia bisa menjabat sebagai Ketua. Apalagi dia masih baru. Pengalamannya kurang, itu pikir Jenar. "Aku belum tau banyak, jadi takut salah. Apalagi banyak para senior yang mampu memimpin. Ketua sekarang

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   80. Rujak Buah Serut

    "Kenapa, sudah makan dan habiskan." Jenar hanya menatap makanan yang baru dia makan beberapa suap saja. Padahal tadi begitu senang bisa makan diluar berdua. Nyatanya, setelah mengisi perutnya beberapa suap, dia tidak ingin lagi. "Mas saja yang makan, aku mual." Mata yang berkaca-kaca tanda dia memang sedang menahan rasa mual. Kasihan juga jika sudah seperti ini, Jenar malah tidak bisa makan dengan lahap, rasa mual menyiksanya. Meski itu tanda baik, akan tetapi Damar kasihan pada istrinya. "Enak?" Jenar menangguk senang, dia menyedot susu pisang yang dia minum. Damar mengusap ujung kepala istrinya, dari makanan yang dipesan dia hanya makan 2 suap saja setelahnya Damar yang menghabiskan, dia sangat ingin makan itu, tapi malah mual. Jenar belum tau apa yang pas untuk perutnya, hanya susu pisang yang tidak membuatnya mual. "Maafkan aku, Mas," ucapnya. Usia kandungannya jalan 3 bulan, meski sesekali masih merasa sakit dibagian perutnya, kondisi kehamilan Jenar tetap terkontrol. Apa

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   79. Rencana Gagal

    "Izin, Pak Danyon. Apa kabar!" Dengan sikap hormat, orang dihadapan Damar menjabat sebelum dipersilahkan duduk kembali. "Lama tidak bertemu, Anda juga tidak ada kabarnya, ke mana saja?" Damar tampak senang teman satu satuan dulu datang berkunjung. "Aku masih menjalankan tugas ku di lapangan. Beruntung Anda sekarang sudah dengan tenang membuat rencana untuk Prajurit. Bekerja di balik meja kerja ini."Pria dihadapan Damar adalah seorang kapten, beliau pernah menjadi satu regu ketika penugasan. Belum lagi mereka sering di perintahkan untuk tugas sebelum akhirinya Damar menjadi seorang Komandan Batalyon sekarang. Mereka malah asyik bicara. Apalagi kedatangan Kapten Bambang memiliki sebuah tujuan bukan hanya saling sapa. Damar untuk pulang karena ada tamu, entah akan seperti apa Jenar nanti marah padanya, yang pasti dia tidak bisa pulang sekarang. "Tidak bisakah Anda bergabung latihan kita lusa, satuan mengadakan latihan gabungan aman bersama NKRI, jika mau saya kirimkan jadwalnya."

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   78. Semakin Sensitif Saja

    "Puas sekali menggoda orang, sekarang malah tertawa," gerutu bumil yang masih pagi sudah bawel setelah mengobrol dengan suaminya. "Makanya kamu juga jawabnya begitu. Tenanglah, Sayang, aku masih lama di sini. Karir yang aku jalani di sini masih terbilang baru. Untuk rumah baru, nanti aku coba bicarakan dengan salah satu teman. Kita pilih yang nyaman untukmu." Damar hanya membohongi Jenar tentang pindah tugas ke Papua. Dia diperbolehkan untuk fokus di Batalyon dan juga istrinya. Apalagi kondisi kehamilan sang istri sedang tidak baik, meski harusnya mengutamakan tugas. "Kamu suka sekali menggoda isterimu, sepertinya masa kehamilan Jenar sangat manja. Dikit menangis, ingat menangis, apa yang dia mau menangis," sahut Susi. "Mama sudah rapi, mau ke mana?" tanya Damar. "Mama hari ini mau pulang, ada Wulan dan ibumu juga di sini. Nanti 3 bulanan Mama akan datang. Beberapa minggu saja kan. Titip anak Mama yang bawel ini, dia akan semakin merepotkanmu dengan tingkah manjanya," balas Susi.

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   77. Pindah Tugas

    "Komandan!" Dika datang dengan 4 anggota Polisi, mereka yang awalnya menantang Damar hampir akan pergi sebelum Polisi mengejar mereka dan menendangnya karena lari. "Bahu kiri Anda—" "Ini hanya goresan saja. Apa wanita tadi sudah aman?" tanya Damar. "Ternyata wanita itu dikejar karena motor yang dia gunakan dianggap kredit macet, 2 pria itu mengikutinya sejak keluar dari tempatnya bekerja," jelas Dika yang tau sedikit masalah wanita itu. Damar menemui wanita itu dan memastikan dengan benar masalah mereka. Setelah itu Damar coba mengobati lukanya sebelum dia pulang. Ini akan menjadi masalah untuknya, ketika Jenar tau. Jam munjukan pukul 12 malam ketika Damar sampai di rumah. Rasa bersalah terlihat jelas ketika melihat isterinya menunggu di ruang tamu sampai tertidur. "Bukankah Mas bilang sudah sampai Bandara sejak pukul 8. Kenapa baru pulang?" "Ada masalah tadi di jalan, kamu bisa pastikan pada Mbak Widi besok kalau bertemu. Akh!" Rintihan lirih ketika Damar membuka jaket

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   76. Wanita Tak Dikenal

    Damar sampai di Bandara dan menunggu Dika yang akan menjemput, katanya mobil yang ditumpangi mengalami pecah ban di dekat Bandara, jadi Damar memilih menghampiri Dika menggunakan Taksi online. Jam menunjukan pukul 8 malam saat sampai di Solo. Rasa lelah dia rasakan, apalagi pesawat delay beberapa jam karena cuaca buruk. "Maaf, Komandan, harusnya saya tidak terlambat," ucap Dika ketika melihat Damar menghampirinya. "Apa sudah selesai?" Setelah meletakkan tas yang dibawa, Damar memghampiri Dika yang merapikan ban yang pecah itu ke bagasi, seperti baru selesai. "Mohon izin, baru selesai, Komandan, apa kita—" "Pak, tolong saya. Pria di sana mengikuti saya sejak tadi, bisakah saya pulang bersama dengan menggunakan motor di depan mobil Bapak."Seorang wanita pengguna jalan menghampiri Damar yang berniat akan pulang. Wanita itu tampak ketakutan ketika mengatakannya. Jalanan memang tidak begitu ramai, wanita itu langsung menghampiri Damar dan Dika. Wanita itu melihat Dika memakai seragam

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   75. Ngidam

    "Ngidam pengen suaminya pulang, bagaimana kalau jadi pindah tugas, akan sulit." Suara seseorang menghentikan tangis Jenar karena mendengarkan kata-kata itu. Hatinya semakin gelisah, dia hanya ingin suaminya pulang sekarang, agar merasa lega. "Aku telepon lagi nanti, aku bicara dulu dengan seniorku. Tidak apa-apa kan?" Meski bekerja di lingkup orang yang lebih tua, tidak membuat Damar besar kepala, karena dia juga masih baru di posisinya sekarang dan harus banyak belajar dari seniornya. "Sudahlah, makin bikin kesal saja." Jenar mematikan sambungan telepon begitu saja karena suaminya masih saja sibuk, padahal dia merindukannya. Lawan bicaranya hanya menatap layar ponsel sesaat panggilan masuk itu tertutup. Mood Jenae Hal seperti ini tidak biasa dia lakukan, mungkin juga karena efek hamil karena beberapa hari kemarin terus bersama dan sekarang ada tugas keluar kota. Namun, jika memang suaminya di pindah tugas, dia sunggu harus merelakan pekerjaannya untuk fokus pada keluarganya.

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   74. Ingin Bertemu Suami

    "Rumah rapi walau kamu sedang sakit, kalau bukan suami yang baik, apa coba. Yang banyak bersyukur, Nak." "Jangan terus memarahi anakmu, nanti dia malah kabur dan Damar menyalahkan kita tidak becus merawatnya," sahut Anggi pada besan yang juga temannya. Mereka dekat karena memang sudah berteman sejak lama. "Aku gemas padanya kalau sudah keras kepala." Yang di marahi hanya diam bersandar di ruang tengah rumah dinas Damar, baru tadi siang dia pulang dan sesampainya di rumah diperlakukan bak ratu karena tidak boleh melakukan apapun, apalagi Dokter bilang harus melewati trimester pertama ini agar janinnya benar-benar kuat untuk diajak melakukan kegiatan. "Kamu tidak menginginkan sesuatu, Je? Makan apa gitu?" tanya Wulan. "Apa ya, Mbak, pengen ketemu Mas Damar saja sih, gak pengen makan apa-apa." "Mau di tungguin suamimu ya. Sabar ya, Nak, kita di sini bersamamu. Lain kali kalau ada apa-apa bilang. Atau kamu mau pulang ke Jakarta saja agar bisa kita bantu," tutur Anggi. "Dan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status