Malam hari Jasmin terus terjaga, entah hatinya merasa tidak nyaman tidur sendiri di tempat tidur yang terbilang luas ini. Jasmin mencoba untuk keluar kamar mencari keberadaan Bi Sumi. Namun saat sampai di depan kamarnya, dari jendela kaca melihat Bi Sumi yang tengah tertidur pulas. Jasmin pun mengurungkan niatnya dan kembali ke kamarnya.
Jasmin duduk di sisi tempat tidur suaminya yang biasa terlelap, tangan Jasmin mulai meraba bantal milik Syarif. Seulas senyuman terlihat dari wajahnya.
" Heeemmm baru satu malam Jasmin nggak melihat mas Syarif, rasanya kangen "
" Apa jangan-jangan hati ini mulai ada rasa " tangan Jasmin meremas baju tepat di dadanya dan merebahkan badannya dimana suaminya tidur. Pikirnya selalu membayangkan wajah tampan suaminya hingga tak terasa ia pun terlelap.
" Kriiiing kriiiinngg " alarm ponsel berbunyi nyaring, kedua mata Jasmin masih enggan untuk membuka. Tangan Jasmin terus meraba-raba tempat tidur mencari gawai nya yang ter
Waktu Dzuhur pun tiba Jasmin dan Bi Sumi telah usai masak. Kini Jasmin ingin merebahkan tubuhnya karena merasa lelah, namun kenyataannya saat dirinya membuka pintu kamar, Jasmin melihat Aira yang tengah tertidur lelap di ranjang yang biasa ia gunakan. Lagi-lagi Jasmin harus menghela nafas panjangnya seraya memasuki kamar dan menutup kembali pintu kamarnya." Bagaimana kalau Mas Syarif pulang, apa aku bisa berbagi ranjang dengannya " batin Jasmin. Matanya terpaku melihat Aira yang tertidur pulas.Jasmin yang tak ingin berlama-lama di dalam kamarnya, ia segera mengambil air Wudhu untuk melaksanakan salat Dzuhur. Badan yang lelah seketika hilang mendapati Aira di dalam kamarnya. Usai shalat Jasmin kembali untuk membantu Bi Sumi mengemasi makanan. Jasmin hanya menyisakan beberapa sendok nasi dan lauk di atas meja makan." Mba Jasmin ini nggak terlalu sedikit ?" tanya Bi Sumi tangannya sembari membuka tudung saji. Jasmin yang sedang menyusun kotak makan pun tersenyum
Tak lama seorang dokter wanita pun datang dengan seorang suster, selama pemeriksaan Syarif menunggu di luar tepatnya mencari keberadaan Bi Sumi yang tahu semua kejadian." Bi... Bibi ! " panggil Syarif mencari keberadaan Bi Sumi, Bi Sumi yang sedang mencuci pakaian mendengar suara Syarif memanggilnya." Sepertinya suara Mas Syarif " gumam Bi Sumi" Bibi " panggil Syarif kembali, mendengar suara itupun Bi Sumi menyudahi aktivitasnya, ia segera mencuci tangannya dan mencari sumber suara." Ada apa mas ? " tanya Syarif" Duduk sini bi " perintah Syarif, Bi Sumi tahu ini akan terjadi. Mereka duduk saling berhadapan di ruang makan." Bibi tahu siapa wanita yang kemarin datang ?" tanya Syarif, Bi Sumi mengangguk dan menunduk memainkan jari jemarinya." Siapa bi ?" tanya Syarif penuh penekanan" Emmm anu mas.... Emmm Mba Aira " jawab Bi Sumi" Astaghfirullah... Jadi Aira yang mengaku- ngaku istri kedua saya. Kenapa
Sore ini Syarif mengikuti kebiasaan istrinya, hatinya ingin mengetahui apa saja kegiatan Jasmin selama ia tidak di rumah. Tepat pukul tiga sore, Jasmin dan Syarif pergi menggunakan mobil yang biasa ia kendarai. Jasmin sengaja tidak mengajak Bi Sumi agar Bi Sumi bisa istirahat di rumah. Di dalam mobil dengan suasana hening Jasmin menyandarkan tubuhnya, pandangannya melihat kendaraan yang lalu lalang di luar sana. Entah mengapa tubuhnya cepat merasa lelah, dalam hatinya " Mungkin aku belum sembuh benar "Sesekali Syarif mencuri pandang ke arah istrinya yang terlihat seperti sedang melamun. Syarif menyadarkan istrinya dengan menggenggam tangan kanannya. Sentuhan Syarif mengalihkan perhatian Jasmin yang sekarang menoleh ke arahnya dan tersenyum." Kenapa melamun ?? Apa kamu sedang kangen ayah ?" tanya Syarif menggenggam erat tangan istrinya. Jasmin mengangguk," Tapi ini masih pertengahan puasa mas, Jasmin ingin berbagi makanan sampai menjelang Idu
Pagi hari, Jasmin sudah terbiasa bangun lebih dulu dari Syarif. Ia melihat tangan kanan Syarif yang berada di atas kepalanya. Seutas senyum terlihat di wajah Jasmin, dengan pelan Jasmin mendekat kearah kening suaminya untuk mengecup pelan." Aku sangat sayang sekali mas, Semoga Allah selalu memudahkan urusan mu dan melindungi mu di manapun kamu berada " batin Jasmin tersenyum, tangannya mengusap lembut rambut suaminya. Takut akan suaminya terbangun Jasmin memutuskan untuk ke kamar mandi, Jasmin merasa dirinya sudah tidak lagi halangan." Kenapa hanya flek saja, mungkin karena ku lelah " batinnya" Lebih baik aku mandi saja " imbuhnya dalam hati.Selesai mandi besar, Jasmin segera keluar dari dalam kamarnya untuk menyiapkan menu makan sahur." Eh Mba Jasmin sudah sembuh ?" tanya Bi Sumi yang melihat kedatangan Jasmin." Alhamdulillah ... Sudah bi. Insya Allah hari ini akan puasa " jawabnya tersenyum" Alhamdulillah... Sini
Setelah Jasmin merasa tenang, Jasmin melepaskan pelukannya dari Syarif. Syarif mengusap lembut pipi Jasmin, mereka saling melemparkan senyuman." Boleh mas bertanya ?" tangan Syarif masih berada di pipi Jasmin, Jasmin mengangguk." Apakah dalam hati mu sudah ada nama mas ?" tanya Syarif, Jasmin pun tersenyum" Ada sediiiikiit kali " jawabnya sambil tersenyum dan mengisyaratkan jari telunjuk dan jempol yang akan menempel." Yah sedikit " keluh Syarif menjatuhkan badannya ke atas ranjang, Jasmin pun tersenyum." Bangun mas, katanya mau berangkat lagi " ucap Jasmin menyadarkan Syarif yang memang hari ini harus jalan keluar negri." Oh iya dek, sepertinya mas akan jarang hubungin kamu. " Syarif yang masih tiduran di atas ranjang menyangga kepalanya dengan tangan kanannya." Kenapa mas ?" Jasmin merasa terkejut" Mas pagi ini akan keluar negeri, bukan keluar kota lagi. Jadi... Doakan mas biar cepat pulang " Jasmin pun mengangguk.
Jasmin mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam butik, tidak perlu waktu lama untuk ia memilih pakaian. Lima menit ia keluar dari dalam butik di tangannya menenteng dua paper bag berukuran lumayan besar, sesampainya di dalam mobil Jasmin menyerahkan dua paper bag itu kepada Bi Sumi." Ini untuk Bi Sumi dan Pak Slamet, anggap saja.... Ini kenang kenangan dari Jasmin " ucap Jasmin menyerahkan dua paper bag kepangkuan Bi Sumi, dengan halus Bi Sumi menolak pemberian dari Jasmin dan menggelengkan kepalanya." Bibi cuma ingin Mba Jasmin terus menemani bibi di rumah " rengeknya dengan wajah sendu" Iya bibi terima dulu saja pemberian dari Jasmin, insya Allah kalau Allah mengizinkan hari raya idul Fitri nanti Jasmin akan berkunjung ke rumah " jelas Jasmin." Benar ya... Bibi tunggu " jawabnya, Jasmin pun tersenyum dan mengangguk di balik cadarnya. Terpaksa Bi Sumi harus menerima pemberian dari Jasmin. Jasmin mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi agar cepat s
Di sebrang sana Syarif yang masih duduk menghadap laptop dan memeriksa laporan karyawannya, pandangannya beralih melihat kearah ponsel yang bergetar di atas meja. Saat di buka ternyata pesan dari istrinya." Astaghfirullah ampuni hamba atas semua kecerobohan hamba Ya Allah " batin Syarif yang lupa menyertakan nama Aira di dalam CV-nya." Sekarang dia pasti sangat terluka karena kesalahan hamba " lanjutnya dalam hati seraya menyandarkan kepalanya di kaki sofa dengan posisi kepala yang menengadah ke atas.Syarif menghela nafasnya, padahal malam ini ia tidak makan apapun setelah buka puasa ia hanya minum karena sangat mencemaskan keadaan istrinya. Syarif berusaha bekerja keras karena ingin mengembangkan usahanya, terlebih ia ingin menyenangkan istrinya. Namun keadaan rumah tangganya semakin memburuk, membuat Syarif kepikiran dengan kondisi Jasmin saat ini. Rasanya tidak mungkin ia selesaikan masalah ini lewat sambungan telepon, dengan rencana Syarif membereskan ker
Sesampainya di makam Jasmin dan Ismail mbersihkan makam, tangan Jasmin mulai mencabuti rumput-rumput liar yang mulai tumbuh di pusaran makam ibunya. Setelah berdoa Jasmin menaburkan bunga yang ia bawa di keranjang. Saat semua sudah selesai Ismail mendekap dan memegang lengan Jasmin." Ibu Jasmin pulang dulu ya bu, Assalamualaikum " batinnya, Ismail dan Jasmin berjalan keluar dari makam. Sebelum masuk ke dalam mobil Ismail mengahampiri penjaga makam." Pak tolong kalau makam istri saya sudah mulai tumbuh rumput, tolong di bersihkan dan di rawat ya pak, ini ada sedikit rezeki untuk bapak " Ismail mengeluarkan amplop dari dalam saku celananya." Terimakasih pak, Insyaallah akan saya jaga dan rawat. Terimakasih untuk ini pak " jawabnya" Ambilah, setiap bulan akan saya beri tips untuk bapak " ujar Ismail yang hanya dianggukki oleh bapak penjaga makam." Ya sudah saya pamit pulang dulu Assalamualaikum " Ismail yang masih mendekap tubuh Jasmin" W
Sepuluh bulan berlalu, hari-hari Jasmin di sibukkan dengan mengurus putranya dengan penuh kasih sayang. Di usianya yang akan menginjak satu tahun, Hanif bertambah aktif dengan segala tingkah lucu dan menggemaskan. Jasmin mengurus Hanif dengan bantuan Bi Sumi yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, sesekali mereka bertukar tugas rumah untuk menjaga Hanif. Namun yang sering Jasmin lakukan dia lebih senang melakukan tugas rumah, melihat Bi Sumi yang sudah tua rasanya Jasmin tidak tega untuk terus menggunakan tenaganya. Seperti saat ini dari jarak yang tidak terlalu jauh Jasmin yang sedang menyiapkan makan siang untuk Hanif, ia melihat kearah Bi Sumi dan putranya yang sedang duduk. Hanif selalu senang saat bermain dengan Bi Sumi, melihat putranya tertawa terbahak layaknya anak kecil, Jasmin teringat suatu hal di hatinya." Seandainya ibu tahu, Jasmin sudah memiliki putra yang sangat lucu bu " batin Jasmin memang selalu merindukan kehadiran ibunya. Seketika air mata Jasmin su
Usai makan Rafa bercengkrama sejenak dengan keluarga Jasmin dan Syarif, sedangkan para wanita membereskan piring kotor dan membantu membereskan tempat yang digunakan mereka saat makan. Jasmin berjalan sambil memandangi perut Dokter Nina, merasa seperti ada yang aneh." Apa jangan-jangan dokter Nina hamil ?" batin Jasmin seraya menyerahkan piring kotor kearah Bi Sumi." Dok, kalau boleh tahu... Apakah dokter sedang hamil ?" tanya Jasmin menghampiri Dokter Nina yang kini sedang menata mangkok berisi lauk pauk. Dokter Nina tersenyum dan mengangguk kecil kearah Jasmin." Benarkah alhamdulillah ya Allah .... " seru Jasmin sembari memeluk tubuh Dokter Nina, kedekatan mereka kini sudah melebihi dari persahabatan. Jasmin menganggap Dokter Nina sebagaimana saudara perempuan yang saling berbagi ilmu dan menyayangi." Semoga baby-nya sehat terus ya " lanjut Jasmin, tangannya mulai mengelus perut Dokter Nina yang mulai membuncit. Dokter Nina memegang tangan Jasmin ya
Gelapnya malam yang terasa sunyi, membuat semua insan tertidur pulas. Kehadiran Hanif membawa perubahan bagi Jasmin dan Syarif. Malam ini mereka mengubah posisi tidurnya, mereka saling memeluk Hanif yang kini berada di tengah-tengah mereka. Jasmin sengaja tidak memberikan guling sebagai batasan antara Syarif dan Hanif, karena Jasmin tahu suaminya sangat menyayangi putranya. Tengah malam Syarif merasakan gerakan Hanif, kaki mungilnya terus menendang-nendang tangan Syarif yang tepat berada di bawahnya. Perlahan Syarif mulai membuka matanya, Syarif melihat putranya yang tengah terjaga. Pandangannya beralih ke arah Jasmin yang masih terlelap dan tidak merasakan putranya yang kini bangun, senyuman terlihat di wajah Syarif kala melihat istrinya." Dia pasti sangat lelah " batin Syarif beralih menggendong putranya yang kini sudah berada di tangannya, awalnya Syarif merasa takut saat menggendong buah hatinya yang masih terlihat sangat kecil namun ia menyadari tidak mungkin membangun
Usai mengadzani putranya, melalui sambungan telepon Syarif memberikan kabar bahagia kepada orang - orang yang selama ini menunggu kehadiran buah hatinya. Rona bahagia tak lepas dari wajah tampannya yang terus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada istrinya yang sudah berjuang." Mas .... Putra kita belum diberi nama " ucap Jasmin sembari memegangi tangan suaminya yang hendak pergi keluar ruangan." Mas, serahkan kepada kamu sayang karena kamu yang sudah berjuang " lirih Syarif kembali duduk di sisi Jasmin" Mas saja, Mas Syarif kan sekarang sudah jadi kepala keluarga " Jasmin tersenyum begitupun dengan Syarif." Mas beri nama Hanif Yasser Syathibi, bagaimana apa kamu setuju sayang ?" tanyanya yang dianggukki oleh Jasmin." Iya mas, nama yang bagus "jawab Jasmin tersenyum.Tepat pukul sembilan malam Ayesha, Musa dan Ismail tiba di rumah sakit dimana Jasmin berada, mereka tiba secara bersamaan disaat Syarif sedang melaksanakan shalat
Empat bulan berlalu .....Kini usia kandungan Jasmin memasuki usia delapan bulan, Jasmin sering mengeluh kesulitan saat tidur dan sering merasa panas di tubuhnya. Malam pun ia sering terbangun karena sering buang air kecil, tak jarang Syarif selalu dibangunkan di malam hari untuk menemaninya makan karena perutnya terasa lapar. Syarif pun menyadari bahwa istrinya sedang berbadan dua, dengan senang Syarif selalu menemani istrinya. Akhir-akhir ini Syarif harus menjadi suami yang siap siaga. Pagi ini adalah terakhir kalinya Jasmin cek kandungan, Syarif selalu antusias saat mengantarkan Jasmin karena ia sangat senang ketika melihat perkembangan buah hatinya di layar monitor." Alhamdulillah ... Tinggal tunggu waktu saja, posisi baby-nya sudah pas " ucap Dokter Nina sembari menggerakkan alat USG di atas perut Jasmin." Alhamdulillah... Semoga dilancarkan " doa Jasmin yang masih terbaring" Aamiin " sahut Syarif dan Dokter Nina bersamaan.Usai cek kandung
Ba'da Maghrib semua warga mulai berkumpul di rumah Syarif, Syarif memang terkenal dengan sikapnya yang ramah di kalangan masyarakat sekitar. Jasmin yang hendak keluar menyapa para tamu pun di halangi oleh Syarif." Sayang diluar kan laki-laki semua, lebih baik temani Ummi saja di kamar " jelas Syarif, Jasmin pun mengangguk mengerti." Mas tidak rela, jika bidadari mas dipandang oleh banyak orang " tutur Syarif tersenyum seraya memegangi dagu Jasmin, sekilas terlihat senyuman manis di wajah Jasmin. Syarif menggandeng tangan Jasmin, untuk diantarkan ke kamar Ayesha. Setibanya di depan pintu, tangan Syarif memegang handel pintu." Ummi, Syarif titip istri kesayangan Syarif ya mi " ujar Syarif menitipkan Jasmin seperti anak kecil. Ayesha yang kini sedang menonton berita di televisi pun tersenyum." Duduk sini nak, Syarif memang terkadang protektif nya kelewatan " sahut Ayesha yang tahu sekali sikap putranya. Ayesha meminta Jasmin untuk duduk di de
Malam ketika Jasmin sudah tertidur pulas, Syarif masih terjaga karena merasa haus. Ia melihat gelas kosong yang berada diatas meja, Syarif pun beranjak dari tempat tidurnya dan dengan pelan membuka pintu kamarnya. Namun ada yang ia lupakan, Syarif tidak menggunakan kembali kaos yang tadi ia lepas. Sesampainya di dapur, masih ada Aira yang juga sama hendak mengambil air minum untuk ia bawa ke dalam kamarnya." Sejak kapan Mas Syarif tidur telanjang dada, apa jangan-jangan nggak di kasih jatah ya... Sama Mba Jasmin ?" tanya Aira dengan nada menggoda kakaknya dan memegang gelas di tangannya." Berisik dek, anak kecil mau tahu saja " jawab Syarif dengan acuh, namun bukan Aira kalau tidak terus-menerus bertanya. Aira mendekati Syarif dengan arah sedikit berjinjit." Mas nikah itu, enak nggak sih ?" tanya Aira penasaran, tentu saja dengan suara lirih seperti sedang berbisik. Syarif pun tersenyum jahil, sebelum menjawab pertanyaan adik perempuannya ia menengguk air min
Sore hari ketika sang Surya sudah mulai terbenam dan menggambarkan semburat jingga yang disuguhkan dengan indahnya langit sore menjelang malam. mobil Jasmin dan Syarif kini memasuki sebuah rumah sakit dimana disana mereka sudah berjanjian dengan seseorang, siapa lagi kalau bukan Dokter Nina. Saat memasuki rumah sakit Syarif menggandeng tangan istrinya. Setibanya di depan pintu ruangan Nina, Syarif dengan sopan mengetuk pintu, setelah mendapatkan sahutan dari dalam Jasmin dan Syarif masuk. Syarif pun mengatakan niat kedatangannya, dengan cekatan Dokter Nina mengarahkan pasangan pasutri itu ke sebuah ruangan khusus dimana Jasmin akan melakukan cek USG.Jasmin dan Syarif memasuki ruangan yang menurutnya sangat asing, Jasmin diarahkan untuk berbaring di sebuah Brankar yang mana akan dilakukan USG. Syarif terus mendampingi istrinya dan duduk di samping Jasmin. Sedangkan dokter Nina, ia mulai menuangkan cairan di atas perut Jasmin. Dokter Nina mengarahkan Syarif dan Jasmin untuk me
Malam hari Aira dan Ayesha sibuk di dapur untuk membuat hidangan menuju hari Idul Fitri. Keberadaan Bi Sumi jangan ditanyakan, Bi Sumi diizinkan pulang ke kampung halamannya untuk beberapa waktu yang kemungkinan cukup lama. Kepulangan Bi Sumi membuat Ayesha meminta bantuan kepada Aira, putrinya untuk memasak berbagai menu khas lebaran." Ummi ... Aira panggil Mba Jasmin untuk bantuin kita ya mi " ujar Aira tangannya sibuk memegang sendok, memasukkan beras yang sudah dicuci bersih ke dalam ketupat." Jangan ganggu mereka nak, biarkan mereka melepas kangen " jawab Ayesha sembari mengaduk sayur di atas kompor." Iya iya mi " sahut Aira, merasa kecewa tidak bisa bertemu dengan kakak iparnya.Di balkon kamar Jasmin yang hendak keluar dari kamar terus dihalangi oleh suaminya dengan alasan ingin terus bersamanya di sepanjang malam ini. Terpaksa Jasmin harus mengikuti kemauan suaminya." Mas lepas... Jasmin mau duduk " Sampai detik ini Syarif b