Share

Bab 2. Nadira

Penulis: EL Dziken
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-10 05:09:18

Sean tak pedulikan lagi, Sonia sudah duduk dengan gelisah.

"Sebaiknya, kita tidak melakukan hal seperti ini lagi, Tidak boleh."

Sonia terdiam, ih, sok suci amat sih, tadi aja napsu banget. Batin Sonia sewot. Karena keinginannya tak terpenuhi.

Sean kembali, melajukan mobilnya pelan, keluar dari area parkir, dan melaju sedikit kencang, untuk mengantarkan Sonia pulang.

Hampir setengah jam perjalanan. Akhirnya sampailah di tempat indekos Sonia.

"Turunlah, aku tidak usah mengantar sampai depan kamarmu yah, karena sudah malam, nggak enak dengan penghuni kost lainnya."

Sonia mengangguk, dan meminta maaf atas tindakannya.

Setelah say goodbye, mobil Sean pun pergi meninggalkan tempat tersebut.

Sebenarnya Sonia agak kecewa juga, karena pria idamannya, menolak saat diajak bermesraan. Seakan dirinya tak dihargai.

Hem, Sonia melenggang pergi menuju kamarnya.

Pagi kembali hadir, Sean sudah berada di ruangan kerjanya. Sudah mengolah data -data kantor. Kinerja Sean yang bagus. Selalu mendapatkan bonus pula oleh bos utama, apa lagi jabatan untuk kepala keuangan, benar-benar menjadi incaran saat ini. Terlebih lagi untuk David. Lelaki macho, pemuda lokal, yang prestasinya pun tak kalah dengan Sean. Mereka dua kandidat yang selalu bersaing untuk jabatan tersebut.

Sean pun menyadari hal tersebut. Makanya Sean selalu berangkat tepat waktu setiap hari.

Sonia sudah ada di bagian PR. Hari ini, ada meeting harian. Budi asissten Sean, rekan kerja yang terbaik. Selalu mambantunya membuatkan projek dalam komputernya.

Begitu juga kali ini.

"Budi, bisa buatkan aku grafik untuk pendapatan dan pengeluaran?"

"Bisa, Pak, nanti saya buatkan. Saya transfer dulu data bulan lalu ya, Pak."

"Oke, terima kasih."

Dua bulan berlalu, tanggal bulan pun sudah ditentukan, dua minggu acara pernikahan Sean dan Dira. Surat-surat sudah beres. Dira sudah setengah mantap untuk terus melanjutkan perjodohan hingga jenjang pernikahan ini.

Sean sudah mengajukan ijin cutinya selama satu minggu. Terakhir bertemu Dira, saat mengurus surat-surat ke KUA, Sean kaget dengan perubahan pada diri Dira. Gaya tomboynya sudah tak terlihat. Bahkan riasan tipis-tipis di wajahnya, menambah paras ayunya. Sean jatuh cinta pada Dira. Mengapa tidak dari dulu kamu begini Dira. Sontak hati Sean berpacu.

Ada rasa gengsi Sean untuk jatuh cinta, tapi hati yang lainpun berkata, "Seksi Sonia lah,"

Ah, dasar lelaki.

Acara demi acara sudah dilalui dengan sukses, ijab kabul sudah Sean ucapkan untuk Andira Saptarini.

Sean ingin memboyong istrinya, ke kota Batam di mana dirinya meniti karir. Berarti Dira harus merelakan meninggalkan semua pekerjaan dan kegiatannya.

"Baiklah, aku ikut denganmu. Sebagai seorang istri, aku manut." ucap Dira pasrah.

"Percayalah, aku ingin berubah, agar rumah tangga ini tak sia-sia."

Dira mengangguk."Tapi, maafkan aku, aku belum siap untuk —"

"Aku tahu, aku akan menunggumu untuk siap. Aku tak memaksamu."

Mereka mempunyai kesepakatan tidak saling menyentuh, Dira ingin Sean melakukan tugas suaminya benar-benar karena cinta.

Seminggu setelah acara pernikahan, mereka pun ijin untuk berangkat ke Batam. Tangis ayah Dira, mengiringi kepergian Sean dan Dira.

Dua jam perjalanan pesawat, akhirnya sampai juga di kota Batam, ini pertama kalinya Dira ke tempat tersebut.

Sean tinggal di apartemen. Ini memudahkan segalanya bagi Dira. Kebetulan apartemen mempunyai dua kamar, mereka tidur dalam masing-masing kamar. Walaupun tindakan mereka salah. Namun Dira belum mau menyerahkan kegadisannya pada Sean.

"Maafkan, aku, Mas." Dira mencoba memanggil Sean dengan sebutan 'Mas'.

Sean tersenyum, mendengar namanya di panggil 'Mas'

"Terserah, kau saja. Silakan, ada dapur, dan kamar mandi sebelah sana."

Sikap dingin Sean kadang selalu berubah-ubah, terkadang terlihat baik, kadangpun terlihat angkuhnya.

Dira, mengembuskan napasnya, ah biarlah aku jalani saja dulu.

"Aku ingin sholat, kau tak sholat?" tanya Dira.

"Iya, nanti." jawab Sean pelan.

"Oh, " Dira pun berlalu dari ruangan tamu, dan menuju kamar yang di tunjuk Sean, sebagai kamarnya.

Hari ini, berlalu dalam diam, Dira pun paham, ada ruang batas yang tak bisa Dira lalui. Namun ruang batas itu, masih tetap menjadi miliknya. Mungkin belum saatnya.

Sean sedang bermain dengan laptopnya, di ruang tengah.

"Mas .... Mas!"

"Iya! " seru kaget dari Sean yang belum terbiasa dipanggil dengan sebutan tersebut.

"Tak ada bahan makanan di lemari es, aku periksa dapur pun tak ada makanan apa pun, aku lapar."

Sean tersenyum, sebenarnya dirinya pun lapar.

"Ayo, kita makan di luar."

"Hampir jam 11 malam, ada yang jual?"

"Hey, ini di kota, pasti adalah, emang di desa sana. Ayok."

"Tunggu, aku pakai kerudung dan jaket." Dira segera berlalu dari hadapan Sean.

Tak lama Dira sudah berkerudung dan memakai jaketnya.

Sean tersenyum. "Ayo."

Mereka kini berada dalam satu mobil. Dalam diam hingga sampai pada warung mie tek-tek, yang memang buka 24 jam. Setelah makan, mereka mampir ke swalayan untuk membeli semua keperluan rumah tangga.

Kemudian mereka pun pulang.

Pagi buta, Dira sudah bangun, membereskan dapur, memasukkan belanjaan yang tadi malam belum sempat dibongkar.

Segelas kopi panas, dan beberapa roti lapis, sudah tersedia di meja makan.

Sean keluar dari kamar mandi, hanya berbalut handuk di bagian bawah saja. Tubuhnya yang kekar nampak terlihat seksi Di mata Dira, segera dipalingkan wajahnya menghindari asumsi yang aneh-aneh.

"Hem, kopi ini menggugah seleraku." Sean langsung duduk, hendak menikmati segelas kopi tersebut.

"Eit! Tunggu dulu, masih panas, dan Mas, pakai baju dulu, maaf, apa boleh aku ke kamar mas, dan menyiapkan baju kerjamu, untuk hari ini?" tanya Dira pelan .

Sean terdiam, dia terlupa, kalau Dira bukan lagi teman kecilnya, tapi sudah menjadi isterinya.

"Oh, aku siapkan baju sendiri saja, maaf, aku pakai baju dulu." Tangan Sean menutup bagian dadanya malu.

Dalam kamar, Sean terduduk dan meruntuki dirinya sendiri. Sebenarnya ada rasa bahagia tersirat, namun mengapa hatinya belum mau menerima Dira sebagai isterinya. Mungkin karena dia adalah teman masa kecilku. Sean tertawa kecil. Semoga waktu bisa mengubah segalanya. Batin Sean .

Sean keluar, sudah berpakian lengkap, dan rapi. Aroma parhum tercium oleh Dira. Baunya, membuat Dira melayang sesaat.

Armany, ini aroma parhum Armany. Batin Dira.

Dira membuatkan sekotak bekal untuk Sean.

Mendorong bekal tersebut di depan Sean.

"Apa ini?! Memangnya aku baka TK, kasih bekal segala." Sean agak sewot dengan perlakuan Dira.

Dira menarik lagi bekal tersebut.

"Kalau tidak berkenan, bilang saja, jangan nyolot begitu!" Dira agak tersinggung bekalnya di tolak Sean.

"Maaf, bukannya begitu, nanti besok atau lain kali, tanya dulu, jadi tidak ada kesalahpahaman." Sean mencoba mendamaikan suasana.

Dira terdiam, "Maafkan aku, bukannya gimana, bekal ini setidaknya bisa menunda laparmu, saat jam makan siang belum tiba."

"Sini, biar bekalmu aku bawa, aku juga minta maaf ya, kita —"

"Aku berusaha untuk berperan menjadi pendampingmu, karena kita —" Dira sudah menitikkan air matanya.

Sean paling tidak bisa melihat air mata wanita di hadapannya.

"Maafkan aku, janganlah menangis, kau tau sendiri kan, sudah lah Dira, jangan menangis."

"Iya, aku tidak menangis." cepat-ceoat dihapusnya air matanya.

Sean tersenyum melihat kejadian ini.

Dira, Dira, mengapa kau buat hatiku berdenyut.

Sean pun membawa bekal tersebut. Memasukkan dalam tas kerjanya.

"Aku berangkat." Sean langsung berdiri dan melenggang pergi.

"Tunggu! Tunggu Mas!" Dira mengejar Sean.

Dan Sean pun berhenti, "Ada apa?"

Dira mendekati Sean, mengulurka tangannya.

Sean pun mengikuti Dira, Dira menjabat tangan Sean dan mencium punggung tangan suaminya.

"Begini, seoarang istri, saat suami berangkat kerja, Salim dulu."

Sean terpaku, tersenyum hambar, dan mengiyakan kata-kata Dira.

Sean segera berlalu.

Dira memandang suaminya pergi, semoga perjodohan ini baik untuk kami. batin Diri.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Geny Giany
semangat kaa .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jodoh Wasiat Ibu   bab 3. Sonia

    Sean sudah lama tinggal d sebuahi kota tempat dia bekerja yaitu kota Batam. Kota ini lah yang membawa dirinya dalam kesuksesan berkarier sebagai kepala bagian keuangan. Sarjana ekonomi dengan nilai IP lumayan tinggi menjadikan dirinya mendapat posisi basah dalam kantornya. Bahkan karena penampilannya yang elegan, ganteng dan mudah bergaul menjadikan seorang Sean bisa langsung memikat sang bos untuk menerima bekerja di perusahaan besar. "Pagi, sayang." sapa Sonia dalam ruangan kerja Sean. Karena tahu hari ini lelaki pujaannya sudah pulang dari kampung halamannya. Sean langsung berdiri dan menyambut Sonya. Kedekatan mereka sudah 70 persen. Seyogianya, Sean akan membawa Sonya untuk dikenalkan pada Papanya sebagai calon istrinya, tapi apa daya? Ah, peduli apa. Batin Sean. Dipeluknya tubuh Sonia. "Ih, jadi kangen," bisik Sonia, di dada Sean."Kangen apa nih, jangan ngeres, ,ya." ledek Sean dan melepas pelukannya. Sean pun masih punya unggah-ungguh pada wanita. "Hey, siapa juga yang ota

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 4. Mesra

    "Sepertinya, tuan Sean telah mempunyai pasangan lain, tuan." jelas salah satu ajudannya.Papa Sean tampak terdiam, "Semoga anakku serius menikah dengan Dira.""Jauhkan juragan tengik tersebut, pantau juga ayahnya Dira. dia banyak hutang hanya untuk berjudi. ""Baik tuan." dan ajudan tersebutpun meninggalkan Papa Sean dalam ruangan kerjanya.tak lama di teleponnya, seseorang ,"Siapkan salah satu kamar hotelmu, untukku."***Sean dan Sonia sudah meluncur menuju sebuah resto langganan mereka. Sonia sengaja melepas dua kancing atas bajunya agar belahan dadanya terlihat, sekadar untuk menggoda Sean sedikit, dengan alasan bajunya terasa sesak bagian atas. Lah iyalah, bagian itu yang membuat baju bagian atas terasa sesak dengan ukuran dada yang super lheb. Sean tampak sudah tergoda. Dirinya lelaki dewasa apalagi dia punya hasrat pada wanita cantik yang duduk di sebelahnya. Konsentrasinya menyetir jadi buyar. Karena setiap melewati tanjakan polisi tidur. Dada Sonia jadi ikutan bergetar. Rasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 5. Tak Tergoda

    Malam menjelang, janji Sean untuk mengantar Sonia dipenuhi juga untuk dinner, karena bagi Sean, pantang bagi dirinya untuk melanggar janjinya sendiri. Apa lagi pada Sonia. Sean sudah berada di teras depan indekos milik Sonia. Memang dirinya harus indekos karena jadwal pemotretannya yang terkadang hingga malam hari. Sebenarnya iklan apa ya? Sean tak pernah peduli dengan apa yang di lakukan Sonia. Asal masih sewajarnya ya, terserah saja. Setelah keduanya sudah berada di dalam mobil, Sonia tampak duduk menyilangkan kakinya, dalam pakaian mini dresnya berwarna hitam, kulitnya yang putih bersih terlihat kontras dengan warna baju yang di kenakan malam ini, justru lebih elegan di mata Sean. Pahanya yang mulus terpampang bebas di depannya.Sonia menunggu waktu yang tepat. Rasanya sudah tidak tahan melihat Sean. Nafsunya seakan sudah di ubun-ubun.Sean menghentikan mobilnya di sebuah studio. Yang biasa Sonia pakai untuk pemotretan iklan, baju dan lainnya. Kali ini Sonia mendapat iklan prod

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 6. tersirat

    Sean kembali pulang . Tadi dirinya, setelah makan malam bersama Dira, Pamit ada urusan kantor bersama teman. entahlah Dira percaya atau tidak. Sean tahu, Dira tidak gampang percaya begitu saja.Sean mematikan lampu mobilnya. Baru saja turun dari mobilnya. Dira sudah berada di depan pintu."Baru pulang Mas?" tanyanya pelan."Iya, aku langsung pulang kok. ini saja belum jam mal—""Jam 12 malam bukan jam malam ya, Mas." "Sudahlah, maafkan aku, aku —""Sekarang Mas Sean sudah punya Istri, jadi kurangi waktu bermainnya.""Iya, aku tahu , ayo kita masuk. sudah malam.""Tadi, kau bilang belum jam mal—.""Stt, Ayo masuk, nggak enak ribut depan rumah, " Sean menggandeng Dira masuk rumah."Mas, " Dira menurut saja saat Sean menggandengnya masuk ."Kita sudah punya kesepakatan Dira. ""Tapi aku berhak peduli karena Mas Sean sudah mejadi suamiku, walaupun aku belum sepenuhnya menjadi istrimu. "Oh, ayo kita lakukan saja kewajiban kita yang tertunda. " Dan Sean sudah bersiap membuka kancing kemej

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Jodoh Wasiat Ibu   bab 7. Sonia Marah

    Sean terdiam dalam ruangannya, sebenarnya dalam hatinya sudah agak reda, sudah sedikit mengenyahkan Sonia dari sisinya. Dirinya merasa di khianati atas kedekatannya dengan David. Entah sejak kapan hal tak di sadarinya itu berlangsung di belakangnya.Terlihat, Sonia duduk di balik Meja PR nya. Air matanya di hapus dengan tisu. Dasar! Lelaki itu tak mungkin bisa aku lepaskan. Sean anak dari CEO, hanya Sonia yang tahu. karena memang Sean sudah menceritakan perihal keluarganya pada Sonia. wanita mana yang tidak silap mata. melihat lelaki tajir yang gampang sekali dibodohi Sonia. Bahkan Sean adalah tipe pria yang royal. gampang sekali memberikan sejumlah uang pada Sonia. Siapa perempuan yang sudah menikah dengan Sean? kau! ku buat kau! tak betah dekat kekasihku! batin Sonia.Sementara itu, Dira sedang mencoba resep baru, dan ini adalah menu makanan yang Sean paling suka, yaitu sushi. Dira sudah payah untuk membuatnya. Sean marah tidak ya? Kalau aku datang ke kantornya? dan memberikan kejuta

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Jodoh Wasiat Ibu   bab 8 rencana licik

    Sonia tak peduli, ancaman dari Budi. dirinya segera masuk dalam ruangan Sean tanpa permisi."Dia! wanita alim itu istrimu!" cecarnya tanpa basa-basi. Sean kaget dan hanya diam saja."Aku tidak akan diam saja. Dia sudah merebut kekasihku!""Aku sudah bukan kekasihmu lagi. sudah aku bilang aku tidak suka, kau dekat dengan David. " Sean keceplosan. saat ini yang di khawatirkan adalah adanya penyusup musuh dalam selimut."Aku tak ada hubungan dengan David. " Sonia teriak histeris.Sean tergugu, "Kau tak perlu marah besar. jangan pernah ganggu istriku. apa bila terjadi —""Kau mengancam ku!" potong Sania. Air mata kepalsuan meleleh kembali. sang ratu drama mulai beraksi."Keluarlah, jangan membuatku marah, dan akan bertindak kejam padamu." Sean menyuruh dengan tangannya, agar Sonia segera pergi dari ruangannya. "Sayang, aku terlalu sayang padamu, aku tak rela , kau bersama yang lain. " rengek Sonia hendak mendekati Sean."menjauhlah, Sonia. aku ingin menjadi suami yang baik untuk Istriku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Jodoh Wasiat Ibu   bab 9. Bantuan Gibran

    "Mas Sean, bangun Mas, sudah pagi." Dira membangunkan Sean di kamarnya. kini Sean tak mengunci pintu kamarnya."Uh ...." Sean menggeliatkan tubuhnya. Dilihatnya Dira berdiri di dekat ranjangnya. Tubuhnya terlihat sudah mandi. Sean segera menarik tangan Dira, masuk dalam pelukannya. Dira kaget, dan segera melepaskan pelukan itu."Kenapa, aku kan suamimu?" tanya Sean bingung."Iya— tapi aku kan malu." Pipi Dira bersemu merah.Sean tersenyum, "Iya, maaf ya, aku —""Sudahlah.," Dira bangkit dari samping Sean. "Bangunlah, dan shalat subuh. Aku mau membuatkan kopi untukmu, eh, pengin sarapan apa?" "Hem, kaya kemarin, nasi goreng itu tuh, sama telor ceplok setengah matang.""Oke, Mas, aku buatkan?" Dira melenggang, namun segera Sean menarik tangan istrinya."Apa nggak sewa asisten rumah tangga saja, aku nggak mau kau cape. ""Nggak usah, Mas kan tahu, aku masih bisa melakukanya dan sudah terbiasa. nanti saja kalau aku butuh." jawab Dira. walaupun tak menyukai dengan adanya asisten rumah tan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 10. Pindah Rumah

    Brak!!!! suara pintu dilempar batu besar. Dira segera melihat siapa yang sudah berkali-kali melempari rumahnya dengan batu, berbagai pesan tertulis terikat di batu tersebut."Astagfirullah, siapa juga yang melakukan hal semacam ini?" Dira tak membuang kertas-kertas ancaman itu. Sedianya akan di tunjukkan pada suaminya.Waktu berlalu, Dira hari ini tak berani untuk keluar rumah. pasalnya kemarin ada sepeda motor yang sengaja menyerempetnya di jalan. entah siapa, orang itu berpostur sama dengan orang yang pernah membekap Dira.Hingga kaki kirinya terkilir, mendengar kabar menantunya mengalami hal seperti itu. beberapa orang di turunkan segera untuk melindungi Sean dan Dira.Namun, Sean menolak, tindakan Papanya."Jangan dulu, Pah, aku nggak mau mereka tahu siapa aku. biar Dira aku lindungi. biar kami cari rumah baru saja Pah." "Baiklah, Papa percayakan keselamatan Dira. ingat jangan terjadi sesuatu yang fatal pada Dira.""Baik , Pah. "Waktu berlalu, kejadian teror pelemparan batu memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24

Bab terbaru

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 56. Kritis

    Sean berlari di samping ranjang beroda milik sebuah Rumah sakit. Nampak, Dira terbaring, wajahnya pucat pasi. bibirnya membiru. Matanya terpejam rapat. Bila Aisyah tak menangis, mungkin Sean tak tahu, kalau Dira sudah pingsan di sudut nakas."Lebih baik, Bapak tunggu di sini, Pak. Silakan daftar pasien dahulu, percayalah, kami akan lakukan yang terbaik untuk pasien." ucap salah satu perawat yang mendorong, hingga ke ruangan gawat darurat.Dari jauh, Ilham dan Dewi berlari mengejar Sean."Pak, bagaimana Kak Dira?""Mereka sedang menanganinya," jawab Sean dalam kecemasan, "aku belum daftar pasien." sambungnya pada Ilham."Biar aku saja, Pak. " Dewi segera pergi ke bagian pendaftaran pasien.Sean terduduk, napasnya masih memburu. Dengan ditemani Ilham. Mereka menunggu kabar tentang Dira.Sepuluh menit kemudian, Dewi sudah datang kembali,. dengan membawa minuman, lalu menyerahkan pada Sean."Minumlah dulu, Pak. Tenangkan hati, Pak Sean.""Betul, Pak " Ilham pun menyerahkan minuman pada Se

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 55. Bimbang

    "Boleh aku gabung dengan kalian?" tanya Dira, masih berdiri di depan Dewi.Segera wanita tomboy itu berdiri, dan memberikan kursi padanya. Dewi segera mengambil kursi yang lain, dan menjejeri kursi tadi."Bu Dira? apa yang dilakukan di sini?" tanya Ilham masih dalam kebingungan. Pasalnya Dira yang selama ada di Malang yang dia tahu selalu diam di rumah."Kalian ini kenapa sih? kok kaya lihat hantu saja. " Dira duduk pada kursi yang diberikan Dewi."Kak ..."Dira tersenyum pada mereka. " Mas Sean lagi ada di rumah sakit, menemani Tiara dan Papa yang sedang cek up."Ilham dan Dewi masih, terdiam sambil menatap Dira."Kalian ini? Mas Sean kesini pakai motor, aku bonceng saja. Nggak enak aku ikutan ke rumah sakit. biar Tiara saja yang mengantar Papa, toh, memang sudah terbiasa dengan Tiara 'kan?" jadi aku ... dan akhirnya, aku bisa menemukan kalian. tadinya aku ingin minum espresso dan sepiring roti." "Aku pesankan, Kak." Dewi segera bangkit dari duduknya dan menuju tempat pemesanan.Dir

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 54. Keajaiban Sang Pencipta

    Pagi ini, sinar matahari menyeruak dari sela dedaunan. Riaknya membuat bayangan pada lantai trotoar, hingga bayangan itu membuat bias cahaya.Seorang anak kecil, berlari bebas. Mendekati seseorang, berkerudung lebar dan bercadar."Subhanallah .... jangan berlarian, nanti kau jatuh!" teriak wanita itu, sambil mengejarnya. Bajunya melambai. warna hitam yang pekat. Di belakangnya, seorang lelaki berjenggot tebal, mengikutinya sambil menggendong seorang anak kecil sekitar berumur Lima tahunan."Umi, jangan berlari, nanti kau jatuh!" Seru lelaki tersebut pada wanita yang dipanggilnya Umi.Akhirnya gadis kecil yang berlari itu, sudah digandeng oleh wanita bercadar tersebut.Mereka adalah keluarga Gibran.Lelaki yang dulu pernah menjadi orang yang paling dekat dengan Sonia atau Miss Lola. Istri dari lelaki tersebut adalah adik kandung dari Dewi. Mereka dulu pernah berseteru dalam keluarga. Anak yang sudah dalam genggaman wanita itu adalah anak yang dulu pernah diiadopsi oleh Sonia. Tapi, k

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 53. Clear

    "Mas, foto siapa ini?" tanya Dira pada suaminya, setelah dirinya naik lagi ke dalam truk.Sean memandang foto tersebut, dan mengerutkan dahinya."Foto, kekasih Firman, mungkin. kemarin firman yang bawa truk ini." "Oh, kupikir ...""Janganlah, berpikir yang aneh-aneh sayang, aku tak akan melakukan hal tersebut. Percayalah," ucap Sean menyakinkan istrinya.Dira, hanya tersenyum, lalu memandang Sean."Mas, tak bosen dengan aku?""Tidak, justru senyummu itu yang aku rindukan.""Tak inginkah Mas ... bercumbu?""Oh, pasti itu ada, tapi aku lebih suka mencumbui istriku, aku tipe setia, dulu sudah puas olehku berbuat don juan.""Benarkah?""Dengarlah Dira, saat ini yang aku impikan adalah membuatmu sehat, punya rumah, punya usaha, tinggal melihat anak-anak tumbuh dalam kebajikan. Kita menua bersama."Dira tersenyum dan menitikkan air matanya, segera diraihnya tangan suaminya, dikecupnya berulang kali punggung tangannya.Sean mengerti kesedihan Diri. diraihnya tubuh kurus itu, dan dipeluknya

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 52. Penganggu

    "HAI! LEPASKAN ADIKKU!" teriak keras dari Dewi. Wanita gesit itu langsung berlari mendekati Tiara. Murni pun tergopoh-gopoh seraya membawa pentungan golf milik Papa Panji.Dua lelaki yang menarik tangan Tiara langsung melepaskan tangan Tiara. Mereka langsung berlari meninggalkan tempat tersebut."Kurang ajar! Wei! jangan lari." Murni sudah mengangkat tinggi-tinggi tongkat tersebut.Dewi, menatap tajam dua lelaki tanggung tersebut yang langsung hengkang dengan sepeda motornya. Namun, Dewi mengingat nomor plat itu dengan baik dalam ingatnya.Tiara , bersembunyi di belakang tubuh kakaknya. "Kau kenal mereka, Tiara?""Iya kak, salah satunya adalah Wawan, dia yang terus mengejarku, aku sudah menolaknya, tapi dia masih main paksa saja. Siapa yang mau pacaran sama preman, kak," jelas Tiara."Oh, naksir sama Non Tiara, ya? tapi preman? jangan Non! enak aja, gadis cantik dan shaleh gini, sama preman." Murni sudah mencicit sebal pada lelaki yang belum dikenalnya."Sudahlah, Mbak, Nggak usah k

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 51. Terjerat

    "Hai, kurang ajar!" Sonia berteriak, karena rambutnya ditarik dengan keras oleh Murni, Sonia tak tinggal diam, dia membalas tindakan Murni yang tiba-tiba tersebut. Wanita yang sudah dalam keadaan emosi itu menarik lengan Murni, dan membuatnya mengaduh karena kuku-kuku itu menghujam dalam lengannya.Murni menarik tangan Sonia membantingnya hingga tubuh wanita itu tersungkur keras ke lantai toko mainan siang itu.Banyak mata yang melihatnya, namun Murni tak pedulikan lagi, diinjaknya jari jemari Sonia. Otomatis dia berteriak sekencang-kencangnya, seraya menarik betis kaki Murni.Wanita setengah abad itu hampir tersungkur, tapi kakinya segera menahan tubuhnya agar tidak terjerembab. Sonia kaget, melihat kuku tangannya sudah patah, terlihat merah karena bekas injakan keras kaki Murni.Semua yang melihat, tak ada yang melerai. Tiara, segera menyingkir, dan memanggil satpam di depan toko.Terjadi pertengkaran lagi, kali ini lebih ekstrem, mereka sudah bergumul, saling tarik-menarik rambut,

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 50. Murni

    Pagi cerah, mengiringi langkah Murni menuju rumah keluarga Dira. Rumah besar berpagar tinggi itu membuatnya melongo.Kemudian, segera masuk. Rasa kangen pada Aisyah begitu menggebu."Mbak Murni." Panggilan itu membuat Murni menghentikan langkahnya. ternyata, Dewi. Senyum merekah menyambutnya. Mereka saling berpelukan, teringat dulu, saat mereka sama-sama sebagai asisten Bu Dira. Selalu ada perselisihan antara mereka, tak ayal merekapun sering berantem."Dewi, ah bahagianya aku bisa bertemu denganmu lagi." "Ha ha, tentu saja, tapi saat ini kau akan jarang menemukan aku, mampirlah nanti ke rumahku ya?""Hah, kau tak tinggal di sini juga! lalu ...""Aku tinggal bersama kedua adikku, Mbak. Cuma setengah jam saja kok.""Bagaimana keadaan Bu Dira dan yang lainnya?""Sehat. tapi saat ini jaga perasaan Bu Dira. agak tidak stabil.""Oh, Apakah?""Sudahlah, ayo masuk. mereka sedang berkumpul, ada Ilham juga.""Wah, ada cowok ganteng juga."Dewi tersenyum, inilah Mbak Murni yang masih saja suk

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 49. Bertemu Sonia

    Sudah hampir satu Minggu Sean sekeluarga berada di Malang. Sean mencoba berdamai dengan situasi. Beberapa anak perusahan armada milik Papa Panji diurus oleh Sean. Kali ini, terlihat Sean memakai kaus dan jins belel, ada handuk kecil melingkar di lehernya.Nampak, Papa Panji tersenyum melihat penampilan menantunya. Lelaki yang dulu pernah diasuhnya terlalu gagah dalam kostumnya pagi ini."Gantilah, bajumu. Nggak pantas, masa bendahara PO pakai baju kaya gitu," protes Papa."He he, Sean kali ini, mau mencoba truk yang baru, Pah. Tadi pagi, Fadli sudah bilang ada lima truk pengangkut pasir datang, semuanya dalam keadaan baru. Semoga bisnis aku kali ini sukses, Pah." Sean bersemangat dengan bisnis barunya."Oke, Papa paham dirimu, jangan terlena. Dira lebih butuh perhatianmu. Jangan lupa besok, jemput Marni, biar gajiannya Papa yang urus.""Baik, Pah."Sean merasa kini harus membuka peluang bisnis yang baru dan menjanjikan.Tiba-tiba, ada uluk salam dari luar. Terlihat Tiara datang bersam

  • Jodoh Wasiat Ibu   Pulang ke Malang

    Malam ini adalah malam terakhir di kata Batam. Kota yang pernah membesarkan bisnis Sean, kota impian yang ingin ditaklukkan oleh pria ganteng itu. Namun, kini semua hilang sudah. Sejak pernikahan dalam perjodohan dengan Dira, teman masa kecilnya, menjadikan impian itu kini terkubur dalam-dalam. Setelah mengalami banyak bertubi-tubi ujian dari Allah.Dua buah hati, Raska dan Aisyah menjadikan rumah tangganya menjadi lebih dewasa lagi.Cobaan hidup Dira tak berhenti sampai di sini saja. Dirinya harus melawan emosi dan rasa percaya dirinya yang hilang.Untung, Sean adalah lelaki yang tahan bantingan. type yang setia ada pada dirinya. Akan tetapi, lagi-lagi krisis percaya diri istrinya mencuat, bila hal tersebut hadir, Dira langsung terdiam, mengunci dirinya dalam kamar, hanya menangis sepanjang hari. Di hadapan Sean, ada sepuluh koper lebih, semua akan dibawa ke kota Malang, Kota kelahirannya. Kota di mana ada kenangan tersendiri."Mbak Murni, apa semua sudah siap? punya dedek juga?" ta

DMCA.com Protection Status