Share

Bab 2

Penulis: Jinji
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-17 22:43:36

Satu Minggu kemudian...

Percakapan antara Rayra dan ibunya malam itu masih tergambar jelas di ingatan Rayra. Betapa ibunya mengiba memintanya untuk menemui pria yang dimaksud oleh ibunya itu. Rayra bahkan belum bertanya banyak mengenai pria yang akan ditemuinya itu. Darimana ibunya mengenalnya dan semudah itu pula ibunya langsung merencanakan pertemuan mereka. 

Hari ini mereka akan bertemu. Rayra masih ragu-ragu untuk memasuki cafe tempat mereka janji bertemu. Kaki Rayra terasa sangat berat untuk melangkah masuk. Rasa trauma dan takutnya akan sosok Edam membuat ia berpikir bahwa semua laki-laki punya potensi memiliki sifat seperti Edam.

Tiba-tiba ponsel Rayra berdering. Tampak jelas tulisan terpampang di panggilan telepon itu. "Edam" dengan emotikon hati dibelakangnya. Rayra sempat mengutuk dirinya sendiri karena belum menghapus emotikon tersebut. 

Tanpa sadar tangannya gemetar, rasa takut seketika langsung mengaliri tubuhnya. Rayra tak mau mendengar suara pria psikopat itu. Demi mengalihkan rasa takutnya, akhirnya Rayra melangkahkan kakinya masuk ke cafe itu. 

"Aku harus mengakhiri ini semua," ucapnya dalam hati. Berharap dan berdoa semoga semua rasa sakit ini akan berakhir dengan segera. 

Lovely Cafe meja nomor 7. Itu pesan dari ibunya. Rayra mengedarkan pandangan ke ruangan cafe dengan meja kursi tersusun rapi dan beberapa sudah terisi oleh pengunjung.

Hati Rayra berdesir tanpa sadar. Di meja nomor 7 itu sudah duduk seorang pria yang mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan lengan kemeja dilipat hampir siku tangannya. Wajah pria itu tampan dan begitu tenang. 

Rayra menepuk pipinya sendiri. Merasa aneh dengan dirinya sendiri. Mungkin itu yang dinamakan terpesona. 

"Hai," Rayra menegur pria itu. 

Pria itu menoleh pada Rayra dan tersenyum. Kemudian ia segera berdiri.

"Nona Rayra?" tanya nya dengan senyum menawan.

"Ya, benar," jawab Rayra agak sedikit kikuk. Pria itu langsung mempersilahkan Rayra untuk duduk di depannya dan membantu Rayra untuk menarik sedikit kursi untuk duduk.

"Terima kasih," Rayra berusaha menutupi betapa kikuk dan kakunya ia sekarang. Dia bahkan sempat heran darimana ibunya bisa kenal pria tampan seperti yang ada di depannya saat ini.

Suasana hening untuk beberapa saat. Rayra bingung apa yang harus dia katakan untuk memulai pembicaraan. Bahkan dia tak berani menatap pria di depannya itu.

"Ehm!" pria itu berdeham dan tampak disengaja. Rayra kaget dan menatap pria itu sejenak. 

"Maaf, aku bukan tipe pria yang bisa berbasa-basi. Jadi mari kita bicara jujur satu sama lain. Namaku Mada Aditama," pria itu berbicara dengan sangat antusias dan tak henti-hentinya menebar senyum yg menawan bagi Rayra.

"Pertemuan ini terjadi karena ibu kita berdua adalah sahabat. Dan tentunya aku hadir disini karena permintaan ibuku. Mungkin seperti itu juga yg terjadi padamu, bukan?" lanjut pria itu dengan santai. Dia dengan mudah mengeluarkan isi kepalanya sedangkan Rayra masih saja diam kikuk tidak tahu harus menjawab apa.

"Dari pertama kita bertemu tadi, tampaknya kamu kelihatan seperti kikuk atau tertekan ...Mungkin?" ucap pria itu hati-hati. Dia berusaha mencari tatapan mata Rayra yang sedari tadi hanya menundukkan wajahnya ke bawah dan sesekali mengedarkan pandang keluar jendela cafe.

"Apa aku membuatmu risih?" tanya pria itu lagi. 

"Ti, tidak," jawab Rayra terbata. Dia ingin sekali menjawab bahwa kehadirannya saat ini juga karena permintaan ibunya dan usaha agar dia bisa lepas dari Edam.

"Em ...Bagaimana mengatakannya ya? Yang pasti kita jalani saja dulu sesuai yang ibu kita inginkan. Lagipula mereka hanya meminta kita untuk bertemu. Jadi, kita tidak perlu tertekan karena ini. Maksudku, mungkin kamu sudah punya kekasih," ucap pria itu. Dia tersenyum saat akhirnya Rayra mau menatapnya. 

"Kamu sendiri bagaimana? Apa sudah punya kekasih?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Rayra.

Pria itu terdiam, tidak menjawab. Malah mengalihkan pandangan ke luar jendela.

"Jika ada, aku rasa pertemuan kita ini tidak perlu dilanjutkan," lanjut Rayra. Dia mengatakan hal itu karena pada akhirnya dia tidak sampai hati jika pria di depannya itu hanya dia jadikan tameng untuk menghadapi Edam. Sementara pria itu juga punya kisah hidup sendiri. 

Rayra berdiri dari duduknya. Tidak ada alasan lagi baginya untuk tetap duduk disana. Dari awal dia sudah merasa bahwa ide ini memang tidak cocok. Tidak boleh ada orang lain yang dikorbankan. Apalagi dia tahu bagaimana sifat dan perilaku Edam. Rayra takut pria itu malah hanya akan jadi sasaran Edam. 

"Hei, kita baru saja mulai. Kenapa kamu sudah mau pergi?" pria yang bernama Mada itu bangkit dari duduknya dan berusaha mencegah Rayra pergi. 

"Lebih baik kita akhiri sekarang sebelum nantinya kamu yang akan menyesal," ucap Rayra tegas. Dia tak peduli Mada akan berpikir apa tentangnya. Tapi yang pasti Rayra tidak mau melanjutkan ini lagi. 

Dalam bus, Rayra berpikir keras tentang dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya dia harapkan dari pertemuan tadi. Dia tahu ibunya hanya ingin berusaha mencari jalan keluar untuknya agar bisa menjauh dari Edam. Karena itu ibunya sangat berharap dari pertemuan ini nantinya akan berlanjut ke perjodohan dan pada akhirnya berujung pada pernikahan. Rayra tak ingin semua itu dijalani dengan hati yang palsu. Rayra berharap pertemuan itu menjadi hal yang sangat serius karena akan menentukan bagaimana masa depan dia nanti. 

Namun mendengar perkataan Mada yang begitu santai tadi membuat Rayra sadar bahwa Mada tak berniat serius karena mungkin saja sudah dia sudah punya kekasih. Rayra juga tak ingin menjalani hubungan palsu. Dan sudah sejauh inilah pemikiran Rayra.

Bab terkait

  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 3

    Rayra merasa sangat lelah hari ini. Tuntutan pekerjaan yang harus selesai sesuai deadline mengharuskan dia untuk lembur hingga jam 10 malam. Rayra merasakan pegal dan sakit di sekujur tubuhnya, pasti memar ditubuhnya yang turut memperparah rasa sakitnya itu.Rayra sudah sampai di depan halaman rumahnya. Rumah yang tidak terlalu besar dan sederhana dengan pagar mengelilinginya. Disanalah Rayra tinggal bersama ibunya selama 25 tahun ini. Rayra hanya tinggal bertiga dengan ibu dan adiknya, sementara ayahnya sudah meninggal ketika Rayra berusia 12 tahun.Rayra baru saja ingin membuka pintu pagarnya sebelum akhirnya sebuah suara yang sangat dia kenal memanggilnya."Rayra!" Suara itu membuat tubuh Rayra gemetar. Suara yang sangat ditakutinya. Dia bahkan tak berani untuk menoleh."Sudah seminggu ini kamu tidak bisa dihubungi. Aku sudah berbaik hati berusaha menunggu kabar darimu. Tapi nyatanya kamu sama sekali tidak peduli. Apa kamu sengaja menghindar dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 4

    2 hari kemudian...Rayra sedang berdiri di depan kantor tempat Mada bekerja. Kata Ibunya, Mada menjabat sebagai Branch Manager disana. Rayra menghela nafas berkali-kali, bingung apakah harus masuk atau tidak. Ibunya memaksanya untuk memberi ucapan terima kasih atas pertolongan Mada dua hari yang lalu. Alhasil sekarang Rayra benar-benar berada disana dengan tas yang berisi bekal makan siang lengkap buatan ibunya untuk Mada.Rayra menatap layar ponselnya. Disana sudah ada kontak Mada yang diberi oleh ibunya."Halo," ucap Rayra ketika terdengar suara Halo di seberang telepon. Akhirnya dia menelpon Mada."Apa kamu ada waktu sebentar? Ada yang mau kuberikan," ucap Rayra, setelah menerima jawaban setuju dari Mada. Rayra berjalan masuk ke kantor itu.Rayra melihat Mada yang keluar dari lift. Aura tampannya sempat membuat Rayra terdiam sejenak. Ditambah senyum menawan hampir membuat Rayra menjatuhkan bekal makan siang yang sudah susah pay

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 5

    Kebersamaan Rayra dan Mada kemarin malam ternyata tertangkap mata oleh Edam. Selama beberapa hari Edam selalu berusaha menghadang Rayra tapi tak pernah berhasil karena ada Mada yang diam-diam mengikuti Rayra. Edam semakin geram juga semakin cemburu melihat Mada dan Rayra. Namun dia tidak menyerah. Rupanya malam ini tidak terlihat Mada mengikuti Rayra. Wanita itu pulang sendirian dan terlihat sibuk dengan ponselnya. Di tangan kanannya, Edam sudah memegang sebuah payung. Bukan dia gunakan untuk berlindung dari hujan, tapi dia sudah berniat jahat untuk melakukan sesuatu yang tak baik pada Rayra dengan payung itu. Dia bersembunyi di balik mobil yang diparkir di pinggir jalan. Menunggu Rayra melewatinya. Buk! Edam memukulkan payung itu ke belakang kepala Rayra. Seketika Rayra langsung terhuyung dan terjatuh pingsan. "Aku sudah mencoba baik padamu, Rayra! Tapi kamu malah semakin membuatku marah. Jangan salahkan aku jika aku begini pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 1

    Rayra menyelinap masuk ke rumahnya. Langkahnya sangat pelan dan hati-hati. Takut ibu dan adiknya akan terbangun. Rayra berusaha menutupi memar di pipi kirinya dengan rambut panjangnya dan melangkah pelan menuju kamar.Klik!Lampu ruang tamu menyala. Sudah ada ibunya berdiri di depan pintu kamarnya."Ibu ..." ucap Rayra lirih. Ibunya sudah terlihat meneteskan air mata."Sudah berapa lama terjadi begini? Sudah berapa lama kamu menutupinya dari ibu, Rayra??" tanya ibunya dengan nada memaksa. Terdengar Isak tangis di suara itu."Apa maksud ibu? Aku tidak menutupi apapun ibu," jawab Rayra dengan suara bergetar. Dia begitu takut jika ibunya tahu apa yang sebenarnya terjadi selama ini antara dia dan Edam.Benar saja, ibunya melangkah ke arahnya. Dan tiba-tiba menyibakkan rambutnya yg tergerai menutupi pipinya. Terlihat jelas memar di pipi kirinya. Kemudian ibunya juga menyingkap sweaternya hingga terlihat punggung Rayra yang juga ada ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17

Bab terbaru

  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 5

    Kebersamaan Rayra dan Mada kemarin malam ternyata tertangkap mata oleh Edam. Selama beberapa hari Edam selalu berusaha menghadang Rayra tapi tak pernah berhasil karena ada Mada yang diam-diam mengikuti Rayra. Edam semakin geram juga semakin cemburu melihat Mada dan Rayra. Namun dia tidak menyerah. Rupanya malam ini tidak terlihat Mada mengikuti Rayra. Wanita itu pulang sendirian dan terlihat sibuk dengan ponselnya. Di tangan kanannya, Edam sudah memegang sebuah payung. Bukan dia gunakan untuk berlindung dari hujan, tapi dia sudah berniat jahat untuk melakukan sesuatu yang tak baik pada Rayra dengan payung itu. Dia bersembunyi di balik mobil yang diparkir di pinggir jalan. Menunggu Rayra melewatinya. Buk! Edam memukulkan payung itu ke belakang kepala Rayra. Seketika Rayra langsung terhuyung dan terjatuh pingsan. "Aku sudah mencoba baik padamu, Rayra! Tapi kamu malah semakin membuatku marah. Jangan salahkan aku jika aku begini pa

  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 4

    2 hari kemudian...Rayra sedang berdiri di depan kantor tempat Mada bekerja. Kata Ibunya, Mada menjabat sebagai Branch Manager disana. Rayra menghela nafas berkali-kali, bingung apakah harus masuk atau tidak. Ibunya memaksanya untuk memberi ucapan terima kasih atas pertolongan Mada dua hari yang lalu. Alhasil sekarang Rayra benar-benar berada disana dengan tas yang berisi bekal makan siang lengkap buatan ibunya untuk Mada.Rayra menatap layar ponselnya. Disana sudah ada kontak Mada yang diberi oleh ibunya."Halo," ucap Rayra ketika terdengar suara Halo di seberang telepon. Akhirnya dia menelpon Mada."Apa kamu ada waktu sebentar? Ada yang mau kuberikan," ucap Rayra, setelah menerima jawaban setuju dari Mada. Rayra berjalan masuk ke kantor itu.Rayra melihat Mada yang keluar dari lift. Aura tampannya sempat membuat Rayra terdiam sejenak. Ditambah senyum menawan hampir membuat Rayra menjatuhkan bekal makan siang yang sudah susah pay

  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 3

    Rayra merasa sangat lelah hari ini. Tuntutan pekerjaan yang harus selesai sesuai deadline mengharuskan dia untuk lembur hingga jam 10 malam. Rayra merasakan pegal dan sakit di sekujur tubuhnya, pasti memar ditubuhnya yang turut memperparah rasa sakitnya itu.Rayra sudah sampai di depan halaman rumahnya. Rumah yang tidak terlalu besar dan sederhana dengan pagar mengelilinginya. Disanalah Rayra tinggal bersama ibunya selama 25 tahun ini. Rayra hanya tinggal bertiga dengan ibu dan adiknya, sementara ayahnya sudah meninggal ketika Rayra berusia 12 tahun.Rayra baru saja ingin membuka pintu pagarnya sebelum akhirnya sebuah suara yang sangat dia kenal memanggilnya."Rayra!" Suara itu membuat tubuh Rayra gemetar. Suara yang sangat ditakutinya. Dia bahkan tak berani untuk menoleh."Sudah seminggu ini kamu tidak bisa dihubungi. Aku sudah berbaik hati berusaha menunggu kabar darimu. Tapi nyatanya kamu sama sekali tidak peduli. Apa kamu sengaja menghindar dari

  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 2

    Satu Minggu kemudian...Percakapan antara Rayra dan ibunya malam itu masih tergambar jelas di ingatan Rayra. Betapa ibunya mengiba memintanya untuk menemui pria yang dimaksud oleh ibunya itu. Rayra bahkan belum bertanya banyak mengenai pria yang akan ditemuinya itu. Darimana ibunya mengenalnya dan semudah itu pula ibunya langsung merencanakan pertemuan mereka.Hari ini mereka akan bertemu. Rayra masih ragu-ragu untuk memasuki cafe tempat mereka janji bertemu. Kaki Rayra terasa sangat berat untuk melangkah masuk. Rasa trauma dan takutnya akan sosok Edam membuat ia berpikir bahwa semua laki-laki punya potensi memiliki sifat seperti Edam.Tiba-tiba ponsel Rayra berdering. Tampak jelas tulisan terpampang di panggilan telepon itu. "Edam" dengan emotikon hati dibelakangnya. Rayra sempat mengutuk dirinya sendiri karena belum menghapus emotikon tersebut.Tanpa sadar tangannya gemetar, rasa takut seketika langsung mengaliri tubuhnya. Rayra tak mau menden

  • Jodoh Terbaik Dari Ibu   Bab 1

    Rayra menyelinap masuk ke rumahnya. Langkahnya sangat pelan dan hati-hati. Takut ibu dan adiknya akan terbangun. Rayra berusaha menutupi memar di pipi kirinya dengan rambut panjangnya dan melangkah pelan menuju kamar.Klik!Lampu ruang tamu menyala. Sudah ada ibunya berdiri di depan pintu kamarnya."Ibu ..." ucap Rayra lirih. Ibunya sudah terlihat meneteskan air mata."Sudah berapa lama terjadi begini? Sudah berapa lama kamu menutupinya dari ibu, Rayra??" tanya ibunya dengan nada memaksa. Terdengar Isak tangis di suara itu."Apa maksud ibu? Aku tidak menutupi apapun ibu," jawab Rayra dengan suara bergetar. Dia begitu takut jika ibunya tahu apa yang sebenarnya terjadi selama ini antara dia dan Edam.Benar saja, ibunya melangkah ke arahnya. Dan tiba-tiba menyibakkan rambutnya yg tergerai menutupi pipinya. Terlihat jelas memar di pipi kirinya. Kemudian ibunya juga menyingkap sweaternya hingga terlihat punggung Rayra yang juga ada ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status