Eh ada Elvan, ya? Kira2 ada apa ya?? 😂😂 Will dah mau ketauan apa ya... 😂😂
William adalah orang dari kantor pusat itu? Apa artinya dia punya kuasa lebih atas Ellysium yang ada di Indonesia ini? Ya Tuhan, bisa-bisanya Kayla tidak menyadari hal ini! Tidak bisa dipungkiri kalau saat ini Kayla benar-benar terkejut dengan fakta ini. “O-orang itu Will-William?” Kayla berkata dengan terbata dan suaranya pelan. Deswita memandang Kayla dengan mengangguk pelan lalu kembali berkata, “Ya, dia itu orangnya.” Deswita berkata dengan pelan, dia melihat wajah Kayla yang sedikit menegang. Melihat hal ini jelas Deswita paham bahwa nama yang disinggung saat perseteruan Kayla dan Sandra sebelumnya adalah William yang saat ini ada di dekat mereka. Kayla diam, pikirannya berkecamuk hebat, dia … benar-benar sangat terkejut dengan fakta ini. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan berat. Deswita kemudian mengambil file yang ada di tangan Kayla. “Kay, ini lebih baik aku saja yang meminta tanda tangan Pak Dominic.” Kayla mengangguk pelan, lalu Deswita meninggalkan Kay
Sesaat sebelumnya.William yang menyadari kalau Kayla benar-benar kecewa padanya dengan cepat mencari wanita itu, dia mendatangi Kayla di ruang kerjanya, tetapi wanita itu sudah tidak ada. “Pasti dia sudah pulang,” batin William. Langkah lebar dan terburu-buru, pria itu segera turun ke lantai bawah, tetapi kakinya terhenti ketika melihat Kayla sedang bersama seorang pegawai wanita yang saat ini terlibat pembicaraan yang cukup serius.Perlahan dia berjalan mendekat, baru kali ini bertindak agak konyol. Menguping pembicaraan orang lain, dimana hal ini tidak pernah dia lakukan sebelumnya.William terkejut akan satu hal, Kayla mengakuinya sebagai seorang suami dengan rekan kerjanya sendiri?! Dia jelas sangat bahagia mendengar hal ini, dimana sebelum ini wanita itu mati-matian selalu menyembunyikan hubungan mereka. Kemudian, dia juga akhirnya merasakan apa yang dirasakan oleh Kayla, sebuah keterkejutan akan siapa dirinya sekarang pasti membuatnya tidak terima begitu saja.“Tu-tuan William
Menyadari hal itu, Kayla menjadi panik, dia segera ingin berbalik, tetapi tubuhnya tetap ditahan.“Kak Will–”“Tunggulah sebentar seperti ini.” William berkata dengan lirih.Namun, Kayla memaksa dan membalikkan tubuhnya, dia benar-benar melihat William dalam keadaan kacau! Ya, ini kali pertama Kayla melihat sosok William yang begitu tenang menjadi seperti sekarang ini. Tunggu! Apa ini perbuatannya?!Napas William terdengar tidak teratur, wajahnya terlihat putus asa dan matanya memerah! Benar! William yang di hadapan Kayla saat ini seorang William yang sangat berbeda. Kayla memegang wajah William dengan kedua tangannya, dia tidak menyangka kalau respons William akan berlebihan seperti sekarang ini. Baginya ini benar-benar tidak mungkin terjadi pada sosok William yang sangat kuat!“Kak Will aku–”William segera memegang kedua tangan Kayla yang saat ini menelungkupkan tangannya ke wajahnya itu. Dia bahkan tidak peduli dengan citra dirinya sendiri yang sudah lama dijaga mati-matian di
Reaksi saat Kayla mendengarnya sangat terkejut, tanpa diberitahu juga Kayla mengerti ucapan Ghafa barusan yang merujuk pada Anastasia, dia takut kalau nanti masalah ini diketahui oleh William, apalagi keributannya di kantor tadi cukup memicu perhatian sebagian orang walau tidak banyak. “Itu … aku tidak melakukan apapun, kok.” Kayla sedikit gelagapan dan melihat ke arah William, kemudian membuang pandang ke arah lain. “Ghaf ini bisa kita bicarakan saja nanti, Kay, gantilah bajumu dulu. Biar aku bicara dengan kakakmu ini sebentar.” William memegang kepalanya dengan sangat lembut dan berkata dengan suara rendah. Hal ini membuat Kayla tidak bisa membantah ucapan William. Kayla kemudian berjalan masuk ke kamar dengan langkah yang sedikit ragu. Penasaran dengan apa yang dibicarakan keduanya, Kayla kembali membuka pintu kamar itu. “Ghafa seharusnya kamu tidak bisa bersikap seperti itu pada Kayla.” William berkata dengan nada santai. Ghafa menghela napas dalam kemudian berkata, “Elvan sud
“Kak Will … aku … belum bisa, aku … masih halangan.” Kayla berkata dengan nada rendah lalu menggigit bibir bawahnya dan menurunkan pandangan matanya. Hal itu jelas membuat William menghentikan kegiatannya seketika, lalu detik berikutnya menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa kecil.Melihat hal itu jelas membuat Kayla benar-benar merasa sangat konyol. Agar tidak jauh lebih aneh lagi, Kayla langsung berdiri dari sofa itu dan segera membalikkan badannya seraya berkata, “Kak Will aku mandi dulu!”William hanya terpaku melihat wanita itu yang terlihat salah tingkah, pun sama dirinya juga tidak menyadarinya kalau saat ini dia sudah nekat bertindak terlalu jauh! Tiba-tiba, ekspresi William berubah suram. Kalau dia benar-benar melanjutkan tindakan tadi, maka akan ada masalah besar yang terjadi. Hal terbesar yang dia sembunyikan dari Kayla selama ini … bisa saja terbongkar dan merusak segalanya!Menutup mata dan menenangkan diri, William pun menatap ke arah Kayla pergi tadi. Bila dipikirk
Pertanyaan William langsung membuat Kayla terkejut dan merona merah. “A-aku ….”Melihat Kayla tergagap, William berlanjut meraih tangan Kayla, menarik wanita itu mendekat, lalu mencium keningnya. “Selamat pagi.”“Pa-pagi Kak Will,” balas Kayla sedikit gugup. Masih merasa malu lantaran William mungkin saja melihat aksi konyolnya, Kayla langsung beranjak cepat dari tempat tidur. “A-aku siap-siap dulu!”Melihat Kayla turun dari tempat tidur dan berniat langsung berlari keluar, melewati kamar mandi, William yang mendudukkan dirinya menautkan alis dan bertanya, “Kamu … tidak cuci muka dulu?”Sadar dia melakukan hal bodoh, Kayla langsung menjawab, “A-ah, itu … aku ke kamar mandi luar saja! Kak Will bersiap-siaplah, nanti terlambat ke kantor!” Lalu, dia pun dengan cepat menghilang dari tempat itu.Dalam hati dia merutuki kebodohannya, “Kaylaaa … dasar bodoh kamu!”Melihat ekspresi Kayla saat keluar dari ruangan, William memasang senyum, tahu apa yang wanita itu pikirkan.‘Menggemaskan ….’
Suara itu sangat akrab di telinga Kayla dan juga William.“Tidak bisakah melakukan hal ini di rumah saja?”“Kak Ghafa?!” suara Kayla tertahan. Dia benar-benar seperti seorang yang sedang tertangkap tangan melakukan hal yang buruk, padahal tidak ada masalah juga karena saat ini dia sedang bersama suaminya.Ghafa melihat ke arah William dengan tatapan tajam, sementara William hanya memasang wajah datarnya dan seolah-olah tidak ada masalah yang besar. William kemudian merangkul Kayla keluar dari lift.Berbeda dengan Kayla yang sedikit panik, William berbisik di belakang telinga Kayla, tetapi dengan suara yang sengaja bisa didengar oleh Ghafa ketika mereka melewati Ghafa. “Sudah tidak perlu hiraukan kakakmu, dia hanya iri saja.”Hal ini sukses membuat Ghafa memutar bola mata malasnya.“Dasar kalian ini mentang-mentang pengantin baru!” gerutunya.Kayla menghela napas berat. “Kak Ghafa ngapain pagi-pagi ke sini?” tanya Kayla cepat.“Wah, apa aku tidak boleh ke tempat temanku sendiri?” Ghafa
Di dalam mobil yang membawanya ke kantor Kayla nampak banyak berpikir dia menghubungkan semua yang dia ketahui dengan kemungkinan yang sedang terjadi. Kemudian dia membuka ponselnya dan menelusuri sosial media, dia membuka laman sosial resmi milik usaha keluarganya memang saat ini sedang terkunci untuk fitur komentar.Kemudian dia menyusuri berbagai hal tentang usaha keluarganya dan … walaupun itu sepertinya nampak teredam, tetapi tetap saja ada yang masih muncul ke permukaan.Kayla terkejut melihatnya, ternyata Anastasia memang sudah bertindak terlalu jauh, dia tidak bisa mengabaikan hal ini! Dia kemudian menekan nomor Anastasia dari ponselnya dan tidak menunggu lama panggilan darinya dijawab oleh wanita itu.“Kayla … kenapa kamu menghubungiku? Apa kamu ingin mengajakku bertemu? Jangan bermimpi Kayla! Kamu … lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu!” Anastasia langsung berkata dengan nada tajam pada Kayla.Kayla mencoba tenang mendengarnya.“Ana, aku menghubungimu hanya ingin menga
Daisy tidak langsung menjawab. Wanita tua itu menatap Kayla dengan ekspresi datar, seolah-olah pertanyaan itu tidak membutuhkan penjelasan panjang. "Tenangkan dirimu, Kayla. Kau tahu posisi ini bukan sesuatu yang mudah. Keluarga Drake butuh seseorang yang bisa diandalkan, dan itu termasuk kamu.""Diandalkan?" Kayla hampir tertawa, tetapi suaranya terdengar getir. "Nenek menyeretku ke sini, memberikan gelar adik William? Apa ini tidak salah? Apa aku hanya pion dalam permainan keluarga ini?" Suaranya meninggi, mencerminkan gejolak emosi yang ia tahan selama ini. Ketenangan yang biasanya ia tunjukkan runtuh dalam sekejap.“Nona, rendahkan suara Anda saat bicara dengan Nyonya besar,” ucap seorang wanita berpostur langsing yang berdiri di samping Daisy, suaranya dingin dan penuh otoritas."Kamu yang diam dan tutup mulut!" Kayla menunjuk wanita itu dengan tatapan tajam.Wanita itu terperangah, tetapi sebelum ia bisa membalas, seorang wanita lain yang bertubuh gempal ikut menyahut, suaranya
Kayla berdiri mematung di depan villa megah itu, matanya tertuju pada dinding putih yang tampak pucat di bawah sinar matahari pagi musim dingin. Angin menusuk kulitnya, membawa aroma tanah basah yang menyelinap ke dalam napasnya, tetapi tak mampu menenangkan gejolak di dadanya. Ranting-ranting gundul pepohonan di sekitar villa berayun pelan, seperti mencerminkan pikirannya yang kusut. Beban berat seolah menekan pundaknya, menciptakan sensasi tidak nyaman yang tak kunjung hilang. Ia merapatkan mantel lebih erat, mencoba menghalau hawa dingin, tapi kekhawatiran dan rasa tak percaya diri justru membuatnya semakin kaku. "Kamu harus bisa, Kayla," gumamnya dalam hati, namun suaranya tenggelam di antara desir angin yang dingin.“Ayo masuk.” Suara Daisy memotong lamunannya. Wanita tua itu melangkah lebih dulu, tak menunggu respon dari Kayla. Kayla menelan ludah, mencoba menghapus keraguan yang menggantung di dadanya, lalu mengikuti langkah tegas Daisy ke dalam villa.Di ruang tamu yang luas
Kayla dan William pulang dari tempat itu saat pagi hari. Rose menyambut Kayla dengan wajah yang cukup cerah. Semalam dia juga menghubungi William dan mengatakan kalau Kayla belum pulang, nadanya terdengar khawatir, tetapi saat William mengatakan kalau Kayla bersamanya dia cukup terdengar lega.Setelah William pergi ke kantor, Kayla duduk di depan televisi yang dinyalakan dengan lumayan keras, pikirannya melayang ke acara yang akan dia hadiri nanti, lalu acara yang akan dia tinggalkan. Ternyata benar, menjadi orang yang sangat penting itu memang selalu dihadapkan dengan dilema.“Nyonya, silakan diminum tehnya,” ucap Rose memecah pikiran Kayla.“Ah, Iya, Bi, terima kasih.” Kayla berkata dengan sopan. Setelah Rose meninggalkan tempat itu, dia memandang punggung pelayannya itu dari kejauhan dan teringat akan beberapa percakapan singkatnya dengan William semalam.“Apa mungkin yang memberi tahu nenek adalah Bibi Rose?” gumama Kayla singkat.Memikirkan hal ini, rasanya kepala Kayla mau pecah
Frank membawa Kayla menuju salah satu villa yang ada di pinggiran kota, tempat ini memiliki suasana yang cukup nyaman dan tenang. “Ini tempatnya, Nyonya.” Frank berkata pelan.Kayla melangkah keluar, sedikit menggigil karena udara dingin. Namun, tatapan hangat William yang sudah menunggunya di pintu vila langsung menghapus rasa dinginnya. Pria itu mengenakan pakaian kasual — kaos polos dengan sweater bewarna gelap dengan celana panjang santai — membuatnya terlihat begitu berbeda dari sosok formal seperti sebelum William berangkat ke kantor“Kak Will!” seru Kayla sambil berlari kecil menghampiri William dan langsung memeluk pria itu.“Ayo cepat masuk, di luar sangat dingin.” William membawa Kayla masuk ke dalam dan di tempat ini memang sangat hangat. William menuntunnya berjalan ke ruang makan. Di atas meja sudah terlihat hidangan makanan yang sangat lezat. Kayla lalu melihat ke arah William, mempertanyakan maksud pria itu.“Ini …?”“Dinner di luar selain di rumah,” jawab William sin
Kayla terdiam, pikirannya yang semula terfokus pada acara yang akan dihadiri bersama William tiba-tiba buyar begitu saja. Dia tidak tahu harus merespons seperti apa."Tapi ini...," Kayla mencoba mengumpulkan keberanian untuk menolak, namun lidahnya terasa kelu. Rasanya tidak mungkin untuk menentang permintaan Nenek Daisy."Acara ini sangat penting untuk menjaga nama baik keluarga Drake. Kamu hanya perlu datang dan tampil dengan baik. Semua persiapan akan diatur oleh orang-orang nenek," ujar Daisy dengan nada santai, seolah-olah ini hal kecil.Kayla masih terdiam. Hatinya mulai diliputi kegelisahan. Pikirannya bercabang ke berbagai kemungkinan. Apakah ini cara Nenek Daisy untuk memastikan dia benar-benar tidak bisa datang ke acara bersama William?"Kay, nanti selama di sana, tolong perhatikan sikapmu. Akan ada banyak tamu penting, termasuk pejabat dan kemungkinan walikota serta dewan kota. Keluarga Drake memiliki hubungan dekat dengan mereka. Aku harap kamu bisa menjaga citra keluarga i
Stella mengeluarkan beberapa batuk kecil sebelum bersuara, "Aku disuruh masuk atau harus berdiri di depan pintu jadi kurir saja?" ujarnya sambil tersenyum lebar, mengangkat kotak kue di tangannya sebagai bukti tugasnya.Kayla yang tengah sibuk memeriksa pesan di ponselnya langsung tersadar dan terkekeh ringan. "Ah, maaf, sampai lupa! Masuk, dong, Stell."Setelah Stella masuk dan duduk di sofa ruang tamu, dia langsung memulai ceritanya. "Tadi aku ada rapat di kantor Ellysium sama Tuan Kaisar William Drake. Setelah selesai, tiba-tiba dia manggil aku secara khusus dan bilang, ‘Tolong temui istriku, dia pasti sedang kesepian dan butuh teman.’" Stella menirukan nada serius William, lalu terkikik.Kayla, yang kini duduk di sebelah Stella, tersenyum lebar mendengar cerita itu. Pandangannya beralih ke kotak kue yang Stella bawa. Matanya berbinar penuh antusias."Itu kue cokelat, ya? Pasti suamiku yang minta sekretarisnya siapkan. Kak Will memang tahu banget apa yang aku suka!" Kayla berseri-se
Pagi hari, Kayla membuka matanya perlahan, dan pandangannya langsung tertuju pada William yang masih tertidur di sampingnya. Lengannya melingkar erat di pinggang Kayla, seolah tak ingin melepasnya. Suara dengkuran halus dari suaminya membuat Kayla tersenyum lembut, hatinya terasa hangat melihat sisi William yang begitu tenang. Ditambah lagi setelah pembicaraan panjang semalam.Dengan hati-hati, Kayla menyentuh pipi William, jari-jarinya mengelus lembut kulit suaminya. “Kak Will,” bisiknya pelan, mencoba membangunkannya.Mata William sedikit terbuka, pandangannya masih berat. “Hmm, pagi,” jawabnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.“Pagi, Kak Will,” sapa Kayla dengan nada manis. Senyuman tipis langsung terukir di wajah William, membuat Kayla merasa seolah mendapatkan hadiah pertama di pagi hari.“Jam berapa sekarang?” William bertanya sambil menarik Kayla lebih dekat dalam pelukannya, memejamkan matanya lagi.“Hampir jam tujuh. Bangun, Kak Will, hari ini kamu masih a
Mendengar kata-kata William yang tulus, Kayla merasa hatinya menghangat. Perasaan dihargai oleh suaminya membuat dadanya penuh dengan emosi. William bahkan rela meluangkan waktu dari kesibukannya hanya untuk mendengarkan ceritanya. Beberapa saat dia hanya diam, matanya terarah pada pria di hadapannya, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia semakin menyadari betapa dirinya makin mencintai suaminya itu.“Kay,” suara lembut William memecah keheningan. “Apa kamu masih ragu, hehm?” tanyanya sambil menarik tubuh Kayla ke dalam pelukannya. Wangi citrus dan mint yang khas dari parfum William menyeruak, mengisi ruang di antara mereka.Kayla memejamkan mata dan membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. “Kak Will …” ucapnya lembut, suaranya terdengar manja. Tanpa sadar, tangannya memeluk pria itu lebih erat. Pelukan itu, di tengah tekanan yang baru saja ia alami, seolah menjadi tempatnya meluruhkan segala beban.William mengecup lembut puncak kepalanya. “Hehm… apa kamu belum mau menceritakan
“Kay,” tegur William, dan ini membuat lamuan Kayla buyar hingga nyaris menjatuhkan tas yang dipegangnya. Kondisi ini membuat William dengan sigap menolongnya. Bau mint yang menguar dari wangi sabun mandi milik William ini masuk ke dalam indra penciumannya, membuatnya juga cepat tersadar kalau saat ini William sudah berada di dekatnya dengan handuk yang melilit di tubuhnya. “Kamu bertemu dengan Stella hari ini, apa yang dia katakan?” tanya William setelah meletakkan tas itu ke atas meja kembali. Kayla melihat ke arah William dengan tatapan datarnya dan bertanya dalam hati, “Apa … aku harus mengatakan hal ini pada Kak Will?” “Hei, kamu kembali melamun?” William membuyarkan kembali pikiran Kayla. “Ah, Kak Will sudah selesai?” Kayla dengan cepat mengulas senyum di wajahnya, dia memutuskan untuk menunda dulu membicarakan hal ini. William melihat ke arah Kayla dengan tatapan menyelidik. “Kay, aku … minta maaf.” Suara pria itu terdengar sangat lembut di telinga Kayla. “Maaf, karena ak