Beranda / Pernikahan / Jodoh Dari Anakku / Bab 58 Mencemaskanmu

Share

Bab 58 Mencemaskanmu

Penulis: HIZA MJ
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-30 08:23:45

Menjelang siang, terik matahari begitu menyengat kulit Maryam yang kala itu berjalan lemah memasuki area pemakaman.

Tangannya memegang satu buket bunga yang ia beli di perjalanan tadi. Matanya bengkak karena ia banyak menangis. Hidungnya bahkan mampet saking derasnya air mata mengalir.

Air matanya kini sudah habis. Ia habiskan ketika berbicara empat mata dengan Ridwan yang sangat amat bebal.

Di kepala Maryam berjejalan penuh pertanyaan 'Kenapa'. Ia sampai tak menyadari ketika disapa beberapa kenalan di sana, termasuk si juru kunci makam.

"Apa biasanya sepanas ini?" Gumam Maryam. Terik kali itu hampir tak bisa ditolerir kulit Maryam atau karena hatinya sedang panas maka panasnya matahari menjadi semakin terasa pedih.

Beberapa langkah lagi sampai di tempat gundukan orang tuanya beristirahat. Langkah Maryam dipercepat.

Maryam duduk bersimpuh di antara makam ayah dan ibunya. Meletakkan buket bunga di atas makam sang ibu.

"Ibu.. Ayah.. Maryam datang. Apa kabar ibu dan ayah di sana? Apa aya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 59 Jangan Membuatku Cemas

    Rama terhenyak mendengar suara itu. Suara itu milik laki-laki. Suaranya sangat berat dan kecemasannya semakin menjadi-jadi ketika ia yakin bahwa suara itu bukanlah suara Ahmad. Rama menepikan mobilnya. Ia diam sejenak sebelum kembali pada sambungan teleponnya. "Hallo... Maaf, pak yang punya hape ini dimana? Kenapa yang angkat teleponnya bapak?" [Mbak Maryam pingsan, Pak. Sekarang ada di rumah sakit. Kata dokter Maryam kekurangan cairan. Saya nggak bisa nunggu lama, saya harus bekerja. Bisa anda jemput sekarang?] Rama mengencangkan cengkeramannya di setir. "Rumah sakit mana, Pak?" [Rumah sakit daerah xxx] "Saya perjalanan dari Bogor, Pak. Apa Bapak masih bisa nunggu saya dulu? Saya mau berterima kasih." [Maaf saya nggak bisa. Saya sudah terlambat sekarang.] "Kalau begitu terima kasih, Pak. Sekali lagi terima kasih."Rama menggigit bibirnya sembari memindah gigi. Melajukan mobilnya secepat mungkin, memaksimalkan kecepatan semampunya agar segera sampai kurang dari waktu tempuh no

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 60 Menyimpannya Sendiri

    "Sekarang Mas udah boleh dengar apa yang kamu lakukan kemarin? Apa yang terjadi sampai bisa pingsan seperti itu?"Rama dan Maryam tengah menikmati udara oagi di tepian danau buatan di daerah tersebut.Usai sarapan demi mengisi perut yang sejak kemarin kosong, juga menuruti permintaan Maryam soal es krim, Rama melihat ada sebuah danau ketika melintas di daerah tersebut.Duduk di sebuah bangku di bawah pohon. Udara pagi benar-benar segar dan menenangkan.Maryam berhenti mengulum es krimnya dan melipat bibir. Lalu berkata, "Ini memalukan, Mas. Kalau boleh biar masalah ini kusimpan sendiri." Jawab Maryan gugup."Apa karena itu kamu pingsan sampai berjam-jam?" Tanya Rama.Apa ini ada sangkut pautnya dengan Ridwan dan Rina? Pikir Rama.Maryam mengangguk. "Mungkin karena lupa nggak makan sama minum." Sahut Maryam santai.Gesturenya menghindari bertatap mata dengan Rama. Itu artinya Maryam tengah menyembunyikan sesuatu yang besar itu. Apa yang memalukan? Apa yang membuatnya begitu memalukan?

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 61 Harus Segera

    Ahmad meletakkan tasnya di kursi, menyandarkan bahunya kemudian merebah di sana.Ia baru saja sampai di rumah lebih awal setelah beberapa hari terakhir selalu lembur di kantornya.Ya. Ahmad hanya lembur di kantor, tidak sedang tugas ke luar kota seperti apa yang dituturkan oleh istrinya sendiri pada Rama."Novi dimana?" Tanya Ridwan sambil menyeruput teh yang disediakan Rina."Dia ada kegiatan pramuka 3 hari dan ini hari kedua. Kamu nggak ingat?" Sergah Rina, suaranya sedikit meninggi dan melirik Ahmad dengan sengitnya.Sementara Ahmad terdiam. Merasa bersalah sebab tak ingat kegiatan sang anak dan merasa tak luput dalam memberikan perhatian.Tapi, bukankah wajar? Dia juga manusia dengan karunia kealpaan. Di kantor, ia sedang sibuk-sibuknya karena pekerjaan yang banyak. Hingga tak begitu memperhatikan keadaan rumahnya. Baginya yang kaum lelaki, perasaan itu wajar."Ridwan mana?" Tanyanya setelah diam lama.Pertanyaan itu seketika membuat Rina pias. Berkali-kali berdehem menyamarkan ras

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 62 Kamu yang Pertama

    "Ines nggak ada masalah selama kamu bisa memegang janji sama kami bahwa kamu tidak akan mengecewakan kami semua terutama Maryam. Selama itu kamu pegang dan ingat baik-baik, Mami rasa Ines nggak masalah." Tutur Bu Andini tersenyum meyakinkan Rama. Tak ada yang perlu dicemaskan dan ditakutkan. Pun begitu dengan Ines. Bu Andini percaya pada Rama walaupun tetap harus ia ingatkan. Juga, tentang Ines yang lambat laun ia percayai pasti akan melunak dan menaruh kembali kepercayaannya pada adiknya. "Belum apa-apa Rama udah ngerasa kaya menantu di rumah ini." Seloroh Rama. Pak Ali mengangkat alisnya enggan berkomentar. Sepertinya istrinya dan Ines lebih tau semuanya. "Terserah apa kata kamu. Yang penting cuma satu itu pesan Mami." Rama merapatkan bibirnya dan menghela napas dalam. "Iya.. iya.. Rama janji. Rama akan selalu ingat itu. Rama janji akan jaga dan bahagiain Maryam dan anak-anaknya. Jadi kapan?" Tanya Rama tak sabar. "Apanya?" Sergah Bu Andini. "Nikahnya.." Bu Andini menghembus

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 63 Saudara

    Maryam pernah mengatakannya pada Rama, bahwa Rama adalah yang pertama baginya. Maryam bukan membual. Maryam memang merasakan semuanya pada Rama seperti pertama kalinya.Ia berdebar-debar untuk kali pertamanya. Ia salah tingkah untuk pertama kalinya. Ia bisa tersenyum bahkan tertawa tanpa beban bersama Rama. Ia dibolehkan bersandar, ia dibolehkan mengeluh, Maryam juga dibolehkan menangis menggunakan bahu Rama.Maryam dipeluk, Maryam dicium dengan lembutnya bahkan Maryam dipanggil sayang. Semuanya membuatnya haru. Perlakuan Rama membuatnya serasa terbang tinggi, seolah beban di pundaknya kini hilang seketika.Semua karena Rama. Dan dia beruntung bertemu pria itu. Maryam berjanji dalam dirinya bahwa ia akan mengabdikan diri pada suaminya sepenuhnya nanti, ia akan berbakti dan membuat Rama tak menyesal telah memilihnya.Semakin mendekati hari pernikahan mereka, debaran di dadanya semakin meningkat. Maryam merasa seolah jantungnya mendesak tulang dada dan menjebol keluar.Kadang sesak, tap

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 64 Hari Bahagia

    "Ibu.. Ayah.. Maryam bawa Mas Rama ke sini. Ibu dan Ayah pasti udah kenal. Mas Rama ke sini beberapa hari yang lalu. Mas Rama mau bawa Maryam dan anak-anak jadi keluarganya, Bu..Yah.. Kami akan menikah beberapa hari lagi." Ucap Maryam tercekat. Maryam berjongkok di antara pusara ayah dan ibunya dengan tangan Rama yang melingkar di bahunya. Air matanya mengalir. Ini hari momen bahagianya. Detik-detik menjelang hari baiknya tapi tidak ada orang tua yang mendampinginya. "Ibu.. Ayah.. Maryam janji Maryam akan bahagia. Maryam seneng. Ibu dan Ayah nggak perlu khawatir lagi." Maryam berkata susah payah karena isak tangisnya. Rama semakin mengeratkan pelukannya dan mengusap air mata itu. "Ibu.. Ayah. Saya Rama, saya kesini lagi. Saya mau minta ijin untuk membawa anak perempuan Ayah dan Ibu untuk hidup bersama saya. Saya mencintai Maryam dan anak-anaknya. Saya menyayangi mereka, jadi Ibu dan Ayah nggak perlu khawatir lagi. Saya berjanji akan menjaga dan membahagiakan mereka dengan sepenuh j

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 65 Efek Masuk Angin

    Keriuhan persiapan pernikahan yang bisa dibilang mendadak itu sungguh menguras seluruh tenaga dan pikiran Rama. Seperti yang dikatakan Bu Andini dan Pak Ali, beliau berdua menyerahkan semuanya pada Rama. Semua hal itu diurus oleh Rama dibantu dengan Teh Arum. Beruntungnya Rama, Pak Ali dengan murah hati meminjamkan asisten plus skretarisnya untuk membantunya. Sebab Rama tak pernah mau menggunakan sekretaris maupun asisten. Bukan karena tak butuh, tapi pekerjaannya memang tak terlalu membutuhkan itu. Menjelang hari H, Rama masih berkutat dengan Wedding Organizer memandu ke sana kemari dan memastikan tidak ada yang tertinggal atau terlewat. Rama sampai tak sempat menengok calon istrinya yang sudah berada di kamar tamu rumahnya. Degup jantung Rama berpacu cepat membuat adrenalinnya merambat cepat menjadikan energinya seperti meningkat berkali lipat. Pada akhirnya membuat ia sendiri kewalahan, karena otaknya justru menyuruhnya terus berpikir dan bekerja. Padahal ia ingin menemui Mary

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 66 Akhirnya...

    "Maryam.. Kamu.. Kok di sini?"Maryam terperangah.Kepalanya meneleng dan alisnya terangkat. Ia sampai tak bisa berkata-kata.Kemudian dengan perlahan mengambil tasnya kembali dan berjalan lambat mendekati Rama."Maksudnya?"Rama mendelik mendengar pertanyaan itu. Matanya menghindari tatapan Maryam, melihat sekelilingnya.Kemudian menunduk melihat pakaiannya. Ia merasa baru memakai pakaian serba putih dan baru akan mengucapkan ikrar pernikahan tadi.Lalu kenapa Maryam sudah ada di kamarnya? Pakaiannya juga sudah berganti. Apa dia bermimpi? Apa sebenarnya mereka sudah sah?Rama linglung. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mendekati Maryam."Maksudnya apa, Mas? Jadi aku nggak boleh di sini?" Ucap Maryam pelan. Ia mencoba tenang meski di dadanya bergemuruh kesal. Kemudian meletakkan tas di pojok lemari.Maryam mengamati Rama yang sepertinya sedang linglung dan bingung. Apa efek masuk angin bisa bikin orang amnesia? Rasanya mustahil."Bukan begitu. Maksudnya.. Maaf, sebentar.." Ucap R

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08

Bab terbaru

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 94

    Malam itu, semua orang kembali ke kamar dengan dada mengembang bahagia. Setelah Khalid memutuskan undur diri. Termasuk Khalid yang juga memasang senyum sepanjang perjalanan pulangnya.Tak apa menunggu dua sampai empat minggu lagi. Ia yakin jawaban Ines adalah 'iya' untuknya.Tetapi, masih ada satu hal lagi yang mengganjal bagi keduanya. Icha.Seharusnya, Icha ikut dilibatkan tadi. Seharusnya ia mengajak Icha diskusi terlebih dulu sebelum memutuskan pulang.Khalid sedikit menyesal. Sebab entah kapan lagi memiliki kesempatan seperti tadi, saat Icha dengan gamblang bertanya soal niatannya.Senyum Khalid semakin mengembang memingat hal itu.Ines mengetuk pelan kamar anaknya yang berada di rumah Pak Ali itu. Ines sempat melirik jam tangannya, masih jam 20.20. Biasanya Icha masih memainkan gawai untuk sekedar nonton youcup atau game online.Ines mengetuk lama. Lama tidak ada sahutan lalu Ines sedikit berseru."Icha.. Buka pintunya, Dek. Udah tidur, ya"Panggilan Adek yang selalu Ines sematka

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 93

    "Gimana, Pi, Mi? Mbak Ines mana?" Tanya Rama tak sabar.Mahesa sudah lelap setelah ditimang gendong oleh papanya. Salma dan Fatih juga susah berhasil terlelap setelah sedikit drama pencarian sang mama yang sedang menggali informasi dari Icha.Maryam berjalan dari arah kamar Icha, menuju ruang tamu bergabung dengan suami dan mertuanya.Belum juga Pak Ali maupun Bu Andini menjawab, Rama kembali berkata,"Itu ketawa-ketawa kenapa? Padahal tadi kayaknya sengit banget kaya mau nerkam mangsa. Kok bisa?""Kamu cerewet banget kaya perempuan!" Sergah Bu Andini. "Tunggu aja di sini. Biarin mereka ngomong. Semoga itu pertanda baik. Kita berhutang banyak pada Nak Khalid.""Ha? Hutang apa? Perusahaan? Emang iya, Sayang?" Rama mencecar lagi, memvalidasi pada MaryammTadi sewaktu ada tamu gayanya berwibawa sekali, tak mau banyak omong tak mau ikut campur. Begitu tidak ada orang sifat aslinya langsung keluar. Jiwa kepo dan cerewetnya seringkali bikin Bu Andini pusing tujuh keliling.Maryam mendelik k

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 92

    Hujan malam itu tak lagi deras. Menyisakan rintik lembut terbawa angin sepoi menimpa punggung Ines yang kini sempurna menghadap Khalid.Matanya memicing, mengkerut lalu membeliak karena sebuah hantaman memori masa lalu.Memori itu masih berserak, tapi ia bisa mengingatnya.Seorang laki-laki berdarah campuran arab dengan cambang dimana-mana, bola mata cokelat yang perlahan memejam itu berada di bawahnya, menopang bobot tubuhnya. Saat Ines bangkit dari atas tubuh itu, ia melihat belakang kepala laki-laki itu mengalir darah segar.Saat itu, yang dilakukan Ines adalah berteriak kencang histeris. Ia sama sekali belum pernah melihat darah sebanyak itu.Dan laki-laki itu terluka kepalanya karena kecerobohannya.Ines tengah bercanda dengan temannya waktu itu di halaman fakultas entah berebut apa, berlarian mundur tanpa tahu bahwa ada batu besar yang siap menyambutnya tanpa dosa.Ines mundur dan tersandung batu itu, tubuhnya terpelanting mundur menabrak seseorang di belakangnya dan menindih or

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 91

    Tok tok tok. Maryam mengetuk pintu kamar Icha beberapa kali, tetapi tidak ada sahutan. Mustahil Icha sudah tertidur. Maryam meraih handle pintu itu, terkunci. "Mbak Icha cantik.. Ini Tante. Boleh Tante masuk? Mbak Icha belum tidur 'kan?" Bibir Maryam hampir menempel dengan pintu karena suara rendahnya. Ia tak ingin membuat keirbutan di malam itu sekaligus agar suaranya tetap terdengar oleh Icha. "Mbak Icha.. Tante pengen curhat, nih.." Bujuk Maryam lagi. Ia menggunakan panggilan 'Mbak' pada Icha agar Icha dianggap sebagai yang paling tua dan dihargai. Nyatanya, Icha bukan anak kecil lagi. Panggilan yang awalnya diciptakannya untuk melatih Salma dan Fatih itu justru amat sangat disukai oleh Icha. Tak lama terdengar bunyi anak kunci diputar. Kemudian handle pintu bergerak dan membuat pintu itu terbuka."Kalau Tante mau membujukku karena Mama, mending Tante pergi aja. Maaf. Icha lagi pengen sendiri." Icha hendak menutup pintunya kembali tapi ditahan oleh tangan Maryam. "Tunggu du

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 90

    Khalid adalah mahasiswa luar negeri dari program 'Student Exchange' di kampus tempat Ines menimba ilmu. Fakultas yang sama, tetapi sayangnya mereka berbeda jurusan. Hanya sekitar satu tahun, dua semester penuh Khalid memintal ilmu di nusantara kendati ia masih memiliki darah nusantara dari ibunya. Ibunya berasal dari sini. Mereka tinggal berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain termasuk Indonesia karena bisnis keluarganya. Tetapi sejak ibunya meninggal 18 tahun lalu, keluarga mereka seolah ikut berhenti melupakan nusantara. Mereka mulai menetap di Dubai dan selama 18 tahun itu tak ada yang kembali ke Indonesia. Baru sekarang Khalid kembali karena mengingat seorang gadis yang dulu dikenalnya. Dengan alasan ingin mengembangkan bisnis, Khalid membujuk sang ayah agar mengijinkannya ke Indonesia. Lalu tepat sebulan yang lalu, ia tak sengaja bertemu dengan Ines di sebuah bank yang ternyata ia adalah manager di sana. Bagaimana Khalid masih mengingat wajah Ines padahal sudah lewa

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 89

    Setelah acara reuni malam itu, Khalid bergegas terbang menuju Dubai untuk menemui kedua ayahnya. Dini hari pesawatnya mulai meninggalkan zona udara Indonesia menuju negara yang memiliki teknologi super canggih itu.Di sanalah tempat tinggalnya selama 20 tahun terakhir.Ah, lebih tepatnya, di sanalah ayahnya sekarang tinggal. Seorang diri. Hanya ditemani seorang asisten rumah tangga yang membantu beliau mencukupi kebutuhan sehari-hari. Usianya sudah menjelang 85 tahun. Istrinya sudah lama meninggal meninggalkannya sendirian di dunia ini.Anak-anaknya?Anaknya melanglang buana mengikuti rezekinya masing-masing bersama keluarga masing-masing. Tinggalah si bungsu yang tak kunjung menikah dan membuatnya resah.Hidupnya dilanda gelisah karena memikirkan si bungsu yang katanya enggan menikah.Maka malam itu, merasa waktunya telah dekat. Beliau meminta anak bungsunya agar lekas kembali ke tanah air."Hidup tak melulu soal bisnis dan uang. Ada ruang kosong di jiwa yang harus segera diisi agar

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 88

    "Belum ada kabar lagi dari Pak Khalid, Teh?" Tanya Maryam yang sengaja berhenti di meja Teh Arum pagi itu."Belum, Bu. Nomor Pak Khalid tidak aktif sejak seminggu yang lalu."Sudah lewat dua minggu sejak pertemuan mereka membahas kerja sama itu. Tapi Khalid seolah raib begitu saja.Tak ada kabar. Arum pun tak bisa menghubungi siapapun entah sekretarisnya atau kantor Khalid. Sebab Khalid lah yang menghubungi mereka secara langsung menggunakan nomor pribadinya pertama kali.Sesuatu terasa janggal. Apa sebenarnya Khalid memiliki maksud lain?Tapi obrolan mereka dua minggu yang lalu biasa saja. Obrolan layaknya bisnis lainnya. Tidak ada yang mencurigakan.Kecuali satu. Sebutan unik yang dilontarkan Khalid untuk Mbak Ines.Astaga."Aneh.." Gumamnya.Pikiran Maryam terbang ke beberapa hari yang lalu saat ia berkunjung ke rumah oma dan opa anak-anaknya.Bu Andini sempat menyinggung bahwa Ines uring-uringan sejak pulang dari acara reuni kampusnya itu.Tidak jelas apa yang ia kesalkan tapi kat

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 87

    Malam di kediaman keluarga Rama. Icha berada di sana, dititipkan oleh mamanya karena ia akan memenuhi undangan reuni itu.Icha memilih berada di rumah om dan tantenya karena lebih rame. Juga bisa bermain dengan Mahesa. Dari pada di rumah oma-nya. Bisa-bisa ia mati kutu. Kata Icha.Jadilah malam itu ia menginao di sana. Rama tak tinggal diam. Ejekan demi ejekan ia lontarkan pada kakaknya itu.Seumur-umur ia tak pernah melihat kakaknya keluar rumah untuk acara-acara semacam itu. Kecuali benar-benar resmi.Rama mengernyit. "Nggak biasanya ikut-ikutan acara begituan. Famgat (family gathering) kantor aja dia sering mangkir." Ejek Rama yang ia utarakan pada Maryam.Ia sedang duduk berdua di kursi ruang makan hanya bersama istrinya, sambil mengawasi anak-anak bermain di depan televisi ruang keluarga."Sewaktu ke butik itu dia juga terus uring-uringan. Katanya Mbak Ines dapet undangan khusus untuk acara itu. Jadi ngerasa nggak enak kalau nggak dateng." Sahut Maryam."Memangnya siapa ngundang?

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 86

    Ines bergidik karena sapaan yang kedengarannya sangat biasa itu.Tapi karena ekspresi si laki-laki itulah Ines merasa jijik. Ganteng, sih. Tapi...Tampang si laki-laki itu sudah di usia sangat matang. Ines berani menebak kalau usianya pasti di atas empat puluhan. Mustahil kalau laki-laki itu belum menikah.Atau, dia memang tipe laki-laki genit yang suka tebar pesona dengan caranya yang sok cuek seperti tadi?Ines menegakkan duduknya lantas menggeleng menyapu pikirannya soal si laki-laki itu. Ngapain pula dia memikirkan orang asing?"Kasihan yang jadi istrinya. Suaminya genit begitu." Gumamnya lirih seraya melirik singkat punggung laki-laki yang sekarang sudah menghilang di balik elevator."Mbak Ines.. Ngelihatin apa?" Sapa Maryam dari belakang Ines.Ines terperanjat. Seperti seseorang yang ketahuan diam-diam memata-matai, Ines salah tingkah."Eh? Udah selesai?" Lontarnya."Nunggu lama, ya? Maaf, Mbak. Jadi, kan? Udah makan?" "Jadi.. jadi. Mm, Mar?""Ya?""Tamu tadi, aku dengar mau ke

DMCA.com Protection Status