Share

17. Malam dingin

Author: MamGemoy
last update Last Updated: 2025-03-10 23:54:29
Hujan lebat sudah membasahi jalanan Kampung Ciptoasih sejak satu jam lalu. Malam sudah beranjak semakin larut. Noura yang telah meringkuk dalam selimut hendak berlanjut ke peraduan. Prawira yang masih berdiri di samping tempat tidur memandangi lantai yang terdapat karpet biasa dia tiduri. Selimutnya masih terlipat rapi di atas kasur. Dia terlihat enggan untuk membentangkannya di bawah.

"Noura, kamu sudah tidur?" tanyanya sambil duduk di ranjang. Sang istri hanya menjawab dengan gumaman kecil. "Saya tidur di atas, ya?" tanyanya kemudian.

Mata Noura langsung terbuka lebar saat mendengar ucapan Prawira. Dia melirik tajam pada pria itu. "Apa, Mas?"

"Kamu tidak melihat, hujan lebat di luar. Kamu mau biarkan saya mati kedinginan di bawah?" Dia langsung masuk ke dalam selimut tanpa menunggu persetujuan dari sang istri.

"Mas!"

"Tenang saja, saya tidak akan apa apakan kamu. Saya cuma mau tidur dengan nyaman," kilahnya membenarkan selimut pada dada. Kemudian melirik sekilas pada Noura yang mende
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Jodoh Dalam Perjanjian   18. Masalah baru

    Noura berteriak spontan karena terkejut, tangannya bergerak cepat dan tiba-tiba mendorong Prawira hingga jatuh ke lantai. Terdengar bunyi gedebuk dari bawah sana, Prawira mengaduh."Astaghfirullah, Noura. Ini kedua kalinya kamu buat saya jatuh!"Noura yang tidak sadar dengan perbuatannya, segera bangun dan melihat ke bawah. "Mas? Maaf, Mas. Mas sih yang ngagetin." Pria itu tampak jatuh dalam posisi tengkurap."Ya jangan didorong juga. Baru beberapa hari nikah, saya sudah dua kali kena KDRT," ujarnya lagi. Pria itu berbalik langsung duduk dan memegang puncak hidungnya.Noura masih di atas tempat tidur, duduk bersila sambil bersedekap. Sedikit tidak terima dengan ucapan sang suami. "Masa begitu saja dibilang KDRT, Mas? Mas juga ngapain tidur peluk-peluk. Semalam kan sudah dibatasi guling!" Namun, dia hampir tertawa melihat pria itu saat mengusap hidung. Sepertinya puncak hidung mancung itu terbentur lantai dan telah memerah."Kamu yang mendekat dan peluk saya duluan. Guling juga kamu ya

    Last Updated : 2025-03-12
  • Jodoh Dalam Perjanjian   19. Hak sebagai suami

    Bukan hanya di satu toko saja tepung tidak tersedia di pasar. Sebelum berangkat ke pasar besar, Prawira memastikan kembali bagaimana kondisi pasar yang biasa mereka datangi. Stok memang ada tapi hanya untuk pembeli kecil atau perorangan. Sedangkan untuk mereka yang membutuhkan banyak, tidak akan dijual. Pasalnya, dari agen pemasok besar belum memastikan kapan barang akan dikirim. Tampaknya, mereka memang harus pergi ke pasar besar di kabupaten. Demi mendapatkan bahan yang mereka butuhkan. Di pasar kabupaten, mereka malah dikejutkan dengan kelangkaan sama persis dengan pasar di wilayah kampung. Tidak hanya langka, harga yang dijual lebih mahal dari biasanya."Bagaimana ini, Mas?" tanya Kardiman saat mereka di dalam mobil.Prawira belum bisa memutuskan sendiri. Dia harus menghitung pemasukan dan pengeluaran terlebih dahulu. Harus disesuaikan juga dengan bahan lainnya. Isaha bisa rugi besar jika salah memutuskan."Sebelumnya tidak ada informasi akan ada kelangkaan seperti ini, Mas. Bias

    Last Updated : 2025-03-13
  • Jodoh Dalam Perjanjian   20. Seorang yang penting

    Prawira yang gagal, terdiam tak bisa berkata apa-apa. Keningnya dia lekatkan ke pintu, hingga terdengar bunyi ‘tuk’. Dengan wajah kecewa dia menghela napas panjang. "Siapa yang tiba-tiba telpon, ganggu orang saja." Geramnya dalam hati. Helaan napas berat sekali lagi, lalu pria itu berbalik. Dia memilih mengamati, mencari tahu siapa orang yang menelpon sang istri.Noura nampak tersenyum saat melihat layar ponselnya. Tanpa berpikir dia menggeser tombol hijau itu. "Haii …."Pandangan Prawira menyipit begitu melihat reaksi Noura setelah mengangkat panggilan itu. Suaranya terdengar lembut dan manis. Tidak perlu menebak lagi, dia sudah yakin siapa si penelpon. Raut wajah pria itu langsung berubah gelap. Beberapahari ini dia merasa hubungannya dengan Noura bisa sampai ke tahap baru. Tidak adanya gangguan dari orang yang dikatakan telah mengisi hati sang istri. Namun, kali ini sepertinya dia sedang diuji oleh takdir. Tampak wajah Noura sangat senang, d

    Last Updated : 2025-03-14
  • Jodoh Dalam Perjanjian   21. Saudara?

    Seorang yang penting. Apakah Prawira bisa menyimpulkan, jika pria di hadapannya ini menyukai Noura? Atau kata penting yang di maksud mengarah pada sesuatu yang lain?Apa pun itu, semua akan terungkap nantinya.Pertandingan dimulai, mereka pun bersalaman. Kemudian bergerak ke posisi masing-masing. Tanpa mereka sadari, Noura datang dan terkejut melihat keadaan di depan mata. Wanita itu langsung berdiri dengan sekelompok murid.Mereka memutari arena sebanyak tiga putaran. Kuda-kuda dipasang, bersiap menerima serangan atau menyerang. Suasana tampak tenang, tapi menegangkan. Semua orang yang menonton, diam melihat fokus ke depan.Didit melakukan serangan terlebih dahulu. Prawira menahannya dengan tangkas. Secara cepat juga dia membalas serangan pukulan dari depan, Didit menahan. Serangan demi serangan Didit lancarkan. Tak satupun dari serangan itu mengenai Prawira. Mereka tanpa imbang di menit pertama. Dua jurus telah mereka berikan. Perwira yang sabuk h

    Last Updated : 2025-03-15
  • Jodoh Dalam Perjanjian   22. Wasiat

    Topik pembicaan ketiganya semakin menarik, Noura sengaja membuatnya begitu. Apa pun yang terjadi di kampung mereka di juga selalu menceritakan pada didit, termasuk dengan segala kecurigaanya. Sekalipun Didit sudah tahu, Noura tetap akan cerita. Selama ini pria itu pun juga sudah menjadi tempatnya berkonsultasi tentang pekerjaan."Tadi pagi, kebetulan saya lewat depan rumah Pak Hernanto." Kedua pasang matakini beralih pada Prawira. "Ada mobil box masuk ke rumahnya, sepertinya bukan dari ekspresi resmi.""Benar, kan? Mencurigakan," ujar Noura menyahut."Seminggu saya pergi, begitu banyak hal yang terjadi." Didit melirik pada Prawira, seolah mengirim pertanyaan dari tatapan matanya.Prawira balas memandang, dan Noura menyadari hal itu. Keduanya kompak menunduk sambil berpikir."Kalian sedang melakukan telepati?" Noura bertanya dengan wajah curiga. "Ada yang kamu rahasiakan, Mas?" tanyanya kemudian pada Didit.Pria itu menggeleng. "Sebelum

    Last Updated : 2025-03-16
  • Jodoh Dalam Perjanjian   23. Masa kecil

    Noura mendekap erat map di tangan, memeluk seolah sedang memeluk ibunya. Perlahan matanya basah, dan embun yang menggenang itu jatuh. Entah kenapa tiba-tiba wanita itu menangis. Setelah mendapat surat itu, Noura merasakan kerinduan yang amat sangat pada almarhumah ibunya. Dia ditinggalkan ketika berumur delapan tahun. Di usia itu, dia sudah bisa mengingat bagaimana cara ibunya menyayangi dirinya. Noura ingat jelas, seperti apa wajah wanita yang melahirkannya itu.Sebelum ibumeninggal, Noura paling dekat dengan ibunya dibandingkan sang ayah. Sikap lembut, perhatian, dan tau apa pun yang Noura mau. Ibunya adalah segalanya bagi Noura.Saat ibunya meninggal, Noura bahkan pernah jatuh sakit selama satu minggu. Semua karena dia terlalu berat merasakan kehilangan. Hingga akhirnya sang ayah memutuskan untuk pindah.Prawira yang menyadari istrinya itu sedang menangis, langsung mendekat dan merangkulnya. Mengusap lengan wanita itu perlahan. membiarkan Noura be

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jodoh Dalam Perjanjian   24. Kisah masa lalu

    Prawira memandangi kotak tua di hadapannya. Ini tidak ada d ingatannya, Noura belum pernah menunjukkan sekali pun, bahkan ketika mereka kecil. Noura pun membuka kotak itu."Dulu setiap kita ke sungai atau sawah, pasti ketemu benda-benda aneh,” ucap wanita itu antusias.Sebenarnya bukan benda aneh yang seperti Noura katakan. Wanita itu terkekeh geli. Dulu mereka sangat polos, sehingga benda apa pun yang mereka temukan, akan menjadi harta karun. Semua benda yang bisa masuk ke kotak, Noura akan simpan.Prawira ingat dengan jelas, apa saja isi yang dia lihat di dalam kotak itu. Kancing baju warna warni, cangkang keong, koin, batu dan sebuah cincin. Tangan Prawira bergerak mengambil cincin itu."Cincin itu punya ibu aku, Mas. Dulu aku memakainya untuk mengingat ibu. Ayah memberi rantai dan menggantungkan di leherku. Waktu kita bermain di sungai, kalungnya putus. Lalu, Mas Didit dan Mas Pra mencari di dalam sungai. Sedangkan aku menangis di pinggiran. Wak

    Last Updated : 2025-03-18
  • Jodoh Dalam Perjanjian   25. Tiga sahabat kecil

    Gadis itu mengaduh sebelum sempat berhasil berdiri tegak. Dia baru ingat akan lukanya sendiri."Aduhh … kaki aku sakit!" ucap Noura seraya berjongkok. Dia menaikkan sedikit rok yang menutupi lututnya."Kamu habis jatuh?" tanya Bhisma, Noura pun mengangguk. Terdapat luka gores di lutut gadis itu, sedikit berdarah. Bhisma ikut berjongkok. Kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. "Pakai ini," ucapnya.Luka gadis itu dia tiup, lalu memasangkan plester lukayang adadi tangannya. Setelah selesai, Bhisma membalikkan badan membelakangi Noura. "Ayo, naik.""Kamu mau gendong aku?" tanya Noura sedikit terkejut.Bhisma menoleh ke belakang. "Iya, memangnya kamu bisa jalan sekarang?" Noura Tampak menggeleng. "Tenang aja, aku kuat kok?" Seolah tau apa yang gadis itu pikirkan.Noura pun akhirnya naik ke punggung Bhisma. Dalam hitungan ketiga, tubuhnya terasa melayang."Benar, kan. Aku kuat!" Seru Bhisma menyombong

    Last Updated : 2025-03-18

Latest chapter

  • Jodoh Dalam Perjanjian   38. Arti aku untukmu

    Noura ingin berkata sesuatu. Namun, lidahnya seakan kelu, sulit untuk mengungkapkan. Dipandangi wajah suaminya yang menunggu. Dia tampak ragu untuk mengungkapkan.Apa yang akan dia katakan sebenarnya telah menjadi beban di pikiran wanita itu. Terlebih lagi setelah tahy bahwa Prawira adalah teman masa kecil yang pernah memberi kenangan indah di hidupnya."Kenapa?" tanya Prawira karena wanita itu cukup lama diam."Aku minta maaf soal surat perjanjian itu. Jika kamu keberatan, kita bisa batalkan saja. Dan ... kamu bisa tinggalkan aku jika kamu merasa terbebani," tutur Noura kemudian. Sebenarnya dia juga tidak habis pikir kenapa bisa mengeluarkan kata-kata itu. Mungkin karena adanya rasa bersalah."Jadi itu yang kamu mau?" Prawira menatap teduh pada sang istri. Dia juga tau, pernyataan itu bukan yang ingin Noura katakan. "Jika itu mau kamu, saya akan turuti. Saya sudah katakan, bahwa saya akan menuruti setiap kemauan kamu. Jadi kamu mau?"Dengan cepat Noura mengelengkan kepala. Langsung m

  • Jodoh Dalam Perjanjian   37. Kembali seperti masa dulu

    Noura mencari keberadaan sang suami dari saat selesai sholat isya. Entah kenapa rasanya semakin tidak mengerti, dia sadar Prawira sengaja menghindarinya. Noura menempatkan dirinya sebagai seorang sahabat yang sedang membutuhkan. Dan dia sangat merasa kesepian. Ingin rasanya bercerita banyak hal dengan teman masa kecilnya itu. Mengenai kehidupannya beberapa tahun ini, tentang bagaimana dia melewati hari setelah perpisahan mereka. Bagaimanapun juga, Prawira pernah menjadi bagian di hidup seorang Noura.Ketika Noura ingin melangkah ke luar kamar. Pintu tiba-tiba saja terbuka. Sosok pria yang dia tunggu sejak satu jam lalu, muncul dari balik pintu. Mereka sama-sama terjingkat kaget, saling pandang wajah satu sama lain. Detik kemudian, Prawira mengalihkan pandangan, lalu berjalan melewati Noura.Noura berbalik saat pria itu lewat begitu saja dan acuh padanya. "Mas, dari mana?" tanyanya mengikuti langkah sang suami.Pria itu langsung menuju tempat tidur mengambil bantal dan selimutnya. Terl

  • Jodoh Dalam Perjanjian   36. Cinta pertama dan terakhir

    "Non Noura. Sepertinya tadi Jaka sudah minta maaf, lagian dagangan pada jatuh semua, jadi dia kebingungan mau beresin. Untung ada warga yang bantu." Sepertinya akan ada kesalah pahaman, Kardiman pun anggkat bicara lagi ingin meluruskan.Namun, mendengar hal itu Pak Sugiarto tersentak kaget, fokusnya malah beralih. "Apa? Gerobak saya gimana? Rusak parah nggak, Man?""Hihhh, ayah bukannya tanya keadaan anaknya. Malah mikirin gerobak. Lihat nih, aku luka, Yah." Noura menunjukan telapak tangannya yang tergores, dia kembali protes. Pak Sugiarto malah terkekeh.Dan tiba-tiba gadis itu berpikir jail, dia mendekat langsung mendekap sang ayah."Ehh Nou … kamu basah, Nou!" Pak Sugiarto mencoba mendorong Moura menjauh, tapi tubuhnya dipeluk erat. Sehingga bajunya pun ikut basah.Noura tertawa puas ketika sang ayah telah basah. Tak terima, Pak Sugiarto mengangkat kedua tangan, mengarahkan pada pinggang Noura. Dengan cepat, Pak Sugiarto meraup dan menggelitiki Noura. Gadis itu tertawa serta mengg

  • Jodoh Dalam Perjanjian   35. Kekesalan Noura

    Noura mengalihkan pandangan pada pria yang hampir menabraknya. Keadaan pria itu lebih mengenaskan, lalu dia melihat gerobak bakso yang sudah dibenarkan posisinya. Mata Noura menyipit, ternyata dia tahu pemilik usaha bakso tersebut. Sedikit merasa bersalah, Noura menghela napas panjang. Pasti akhirnya si Tukang Bakso itu akan dimarahi sang juragan, yaitu ayahnya sendiri. Tetapi, Noura bukan menyesal karena kecelakaan ini, lagi pula juga bukan kesalahannya. Dia merasa, pasti banyak kerugian yang ayahnya dapat."Mbak Noura nggak apa-apa?" tanya bapak di sebelah Noura, kasihan.Noura tersenyum dan berterima kasih sekali lagi. "Itu gerobak bakso Ayah saya, kan, Pak?" tanyanya."Iya, Mbak. Duhh, sampai peot gitu, kacanya pecah juga. Tapi, sepertinya ... baksonya udah habis," ujar si bapak setelah melihat keadaan gerobak tadi sekilas."Baru jam segini, udah habis?" Noura merasa terkejut. Baru sekitar jam empat sore, biasanya setelah magrib atau isya dagangan habis.Sebuah motor bebek tiba-ti

  • Jodoh Dalam Perjanjian   34. Pertemuan

    Dua Minggu setelah kondisi Prawira membaik. Pak Sugiarto membawanya pulang, memberinya tempat tinggal, juga merawat dengan baik. Warga kampung juga bergantian datang melihatnya. Prawira diperkenalkan sebagai anak kenalan Pak Lurah yang mendapat kecelakaan. Tidak punya sanak saudara, hanya bisa bergantung padanya.Entah warga yang datang karena kasihan, atau hanya sekedar ingin tau siapa sosok yang baru dibawa pulang dari rumah sakit?Prawira sangat berterima kasih pada warga kampung yang menemukannya, terutama pada Pak Sugiarto yang suka rela mau menampung dirinya. Telah banyak hutang budi yang dia miliki, terutama akan biaya rumah sakit yang tidak sedikit. Prawira berjanji dalam hatinya, akan membalas atas semua keberuntungan dan kesempatan. Hutang nyawa dibalas nyawa.Satu bulan setelah kejadian itu, Prawira benar-benar pulih dengan baik. Dia sudah bisa beraktivitas secara normal. Ingatannya juga perlahan kembali. Namun, ketika menyadari tentang jati dirinya, Prawira akhirnya bungka

  • Jodoh Dalam Perjanjian   33. Ambang Kematian

    Pertarungan semakin sengit ….Sekali lagi, Prawira melawan ketiganya secara bersamaan. Sisa-sisa tenaga yang dia miliki dikerahkan seluruhnya. Menangkis serangan, membalas, memukul dan menendang.Segala cara yang dia bisa, dia lakukan. Satu pukulan melayang di udara, segera Prawira tahan dengan kepalan tangan. Tangan satunya menyerang di bagian perut lawan, hingga sang lawan menunduk karena dorongan yang kuat. Satu lagi serangan tiba-tiba dari belakang, Prawira menangkis tanpa melihat. Lawan yang terkena tinjunya tadi, ditendang hingga memental. Dengan gerakan cepat berbalik, membalas serangan di belakang. Satu serangan dan balasan terjadi dalam hitungan detik. Erangan dalam pergumulan terdengar dari mulut mereka bergantian."Sial, kalian membuatku kewalahan!" teriak Prawira di sela pertarungan. Napas terengah-engah, sekujur tubuh sakit, tenaga hampir habis.Deruan napasnya memburu setiap melakukan gerakan. Prawira menahan serangan tongkat dengan kedua tangan menyilang, mendorong dan

  • Jodoh Dalam Perjanjian   32. Janji dan perpisahan

    Janji mereka saling terucap. Dengan tautan jari kelingking sebagai tanda kesepakatan mereka. Moment itu pun diakhiri dengan foto bersama. Menyimpan memori indah mereka kala itu.Tanpa mereka tau, tanpa mereka prediksi. Janji yang terucap kala itu, tak selamanya bisa ditempati. Beberapa bulan setelah itu, Prawira diboyong kedua orang tuanya pergi jauh dari Jakarta. Dengan terpaksa Prawira kecil ikut sang papa pindah tugas ke kota lain. Lebih tepatnya ke wilayah bagian timur Indonesia.Noura, Didit, juga orang tua mereka, akan mengantar kepergian Prawira beserta keluarga di bandara. Mata Noura tampak memerah, dia telah menangis di sepanjang perjalanan. Membuat sang ayah kewalahan membujuknya agar diam.Ketika tiba di bandara, Noura dan Didit kecil langsung dibawa ke terminal keberangkatan. Mendatangi Prawira beserta keluarganya yang sengaja duduk di bangku tunggu. Tampak Prawira yang tengah tertunduk di sana. Dia enggan untuk memperhatikan sekitarnya. Pria kecil itu sangat berat untuk m

  • Jodoh Dalam Perjanjian   31. Kejutan

    Gadis kecil ituterlihat sangat bersemangat, berlari ke arah kedua anak laki-laki yang sudah seperti saudara baginya. Beberapa hari ini dia selalumurung, berpikir apakah Prawira jadi datang atau tidak.Noura sudah menantikan kedatangannya.Ketika Noura hampir sampai di dekat mereka, tiba-tiba Didit maju dan menghalangi, sehingga gadis itu pun menghentikan langkahnya."Eiittt, tunggu dulu," ucap Didit seraya membentangkan tangan."Mas Didit, minggir!" Noura dengan wajahkesal."Jangan marah dulu … ayo hadap belakang." Didit membalikkan badan Noura bersamaan dengannya."Kenapa, sih, Mas!""Huussss jangan banyak tanya, diam aja." Didit menutup mulut Noura yang sedang manyun. "Ayo,Bhisma!"Prawira kecil pun mendekat, lalu mengikatkan kain hitam panjang pada mata Noura yang dia keluarkan dari kantung celananya. Gadis kecil itu hanya diam membiarkan mereka memperlakukannya. Dia hanya terkekeh dan sedi

  • Jodoh Dalam Perjanjian   30. Prawira Bhisma

    Prawira mengendarai motornya menuju padepokan Didit, tempatnya membuat janji. Saat dalam perjalanan, dia sedikit merasa aneh dengan suasananya. Rasanya seperti ada yang mengikuti, dia dibuntuti sosok pria misterius. Tak ingin terlihat curiga karena menyadari hal itu, Prawira pura-pura tidak melihat. Sampai di tempat tujuan, dia langsung masuk ke dalam. Sudah ada Didit menunggu sendirian."Mas, Didit,” sapa Prawira setelah pria itu mengangkat tangan menyambut dirinya.Didit tersenyum tipis dan menyambut Prawira melakukan brohug. "Bhisma, apa kamu diikuti?""Iya, Mas. Seperti yang kita duga, aku sudah mulai dicurigai." Prawira duduk di kursi yang tersedia. "Sepertinya aku harus segera pergi dari sini.""Apa mereka orang-orang yang mencelakaimu waktu itu?""Belum bisa dipastikan, Mas. Penampilanku waktu itu dan sekarang sangat berbeda. Kematian Dendi—samaranku juga sudah diumumkan di media. Jika mereka mencurigaiku, mungkin ….""Kamu harus lebih berhati-hati, jangan terlalu mencolok. Sese

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status