Share

Suamiku dingin

Penulis: Adilia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 15:19:12

“Kemana dia?”

Alina langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mencari-cari keberadaan suaminya yang tidak ada di kamar. "Kemana sih tuh, orang. Baru juga sehari, sudah ngilang aja. Nggak tanggung jawab banget jadi suami," gerutu Alina yang celingak-celinguk mencari sosok tampan Dirga yang tidak segera muncul. Dengan malas, Alina melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Perutnya pun mulai keroncongan. "Aduh, aku sudah lapar, tapi kemana sih dia?" gumamnya nampak kesal.

Tidak lama, terdengar suara pintu terbuka, yang membuat Alina bergegas untuk melihatnya. "Dari mana saja? Kok nggak pamit dulu?" tanya Alina yang memberondong pertanyaan pada sang suami.

Dirgantara yang baru saja duduk di sofa, terus mengamati Alina yang sedang berdiri di depannya dengan wajah marah. Dia tidak bisa menahan senyum, saat melihat sang istri yang terus cerewet padanya.

Alina memandang suaminya dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin menusuknya. "Kamu tidak pamit, kamu pergi begitu saja! Apa kamu tidak peduli dengan perasaanku?" tanya Alina dengan suara yang keras.

Dirgantara masih tersenyum, tidak terpengaruh oleh kemarahan Alina. Dia mengangguk pelan, seolah-olah menikmati pertunjukan kemarahan Alina.

"Aku tahu kamu marah, tapi aku juga tahu bahwa kamu tidak akan marah selamanya," kata Dirgantara dengan suara yang lembut. Alina menghela napas, meredam amarah yang sudah memuncak, tapi sedikit demi sedikit hatinya mulai tenang.

"Kamu tidak melihat, aku berpakaian seragam begini? Jangan seperti anak kecil yang apa-apa dipermasalahkan," jawab Dirgantara sambil menaruh beberapa kantong plastik yang berisi makanan.

"Kamu beli makanan?" tanya Alina menoleh ke arah suaminya yang melepaskan seragamnya. "Hmmm" jawabnya lirih. Dirga tidak terlalu banyak berucap pada Alina.

"Sekarang, kamu ambilkan piring dan mangkok untuk mengeluarkan semua makanan ini. Aku sudah lapar," tegas Dirga memerintah istrinya yang masih duduk malas di ruang tamu. "Hm ... baiklah" jawabnya santai, sambil membawa kantong plastik menuju meja makan.

Terdengar suara piring pecah, yang membuat Dirga segera berlari ke belakang untuk melihat apa yang sedang terjadi. Terlihat Alina sedang sibuk mengumpulkan pecahan beling yang ada di atas lantai. "Duduklah!" ketus Dirga, meminta istrinya itu untuk menjauh dari pecahan beling.

"Tapi ...."

"Aku bilang duduk!" bentak Dirga yang langsung dilaksanakan oleh wanita cantik itu.

Alina terus mengamati suaminya yang saat ini tengah sibuk membersihkan pecahan-pecahan piring yang barusan terjatuh karena ulahnya. Bibirnya bergetar, ingin sekali dia berucap maaf pada suaminya itu, tapi sayang lidahnya terasa kelu. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, selain diam dan menunggu omelan dari sang Letnan.

"Lain kali hati-hati, nggak usah terburu-buru," ucap sang suami yang kemudian pergi membawa pecahan beling menuju tempat sampah yang berada di samping asrama.

"Sekarang Ayo kita makan!" ucap pria tampan itu sambil melayani istrinya yang saat ini duduk terdiam ketakutan.

Dirga menggelengkan kepala, saat melihat istrinya itu nampak lesu dan tidak bersemangat, dia hanya memainkan sendok dan makanannya.

"Nggak baik, kita bermain-main dengan makanan. Sekarang masukkan makanan itu ke mulutmu!" Ucapan dari Dirga membuat Alina pun tersadar dari lamunannya. Dengan cepat Ia pun melahap dan menikmati makanan yang barusan dibeli suaminya.

"Pergilah istirahat, biar aku saja yang mencuci piringnya," ucap Dirga lagi dengan wajah dingin. Alina semakin bingung, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tanpa menjawab wanita cantik itu pun beranjak dari meja makan menuju kamarnya. Perasaannya carut marut tidak karuan. Baru sehari saja hidup serumah dengan Dirgantara, sudah banyak sekali masalah yang timbul karenanya.

"Kok aku jadi nggak kerasan, ya. Aku jadi nggak enak dengan mas Dirga." gumam Alina sambil mengamati ponsel yang ada di atas nakas, dekat tempat tidurnya. "Apa lebih baik aku telepon Ibu dan meminta Ayah untuk menjemput," lirihnya lagi.

Setelah merenung dan berpikir cukup lama, Alina akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi orang tuanya. Dia menceritakan semua kejadian yang barusan terjadi pada kedua orang tuanya. Bukannya prihatin, mereka justru tertawa dan merasa lucu dengan rumah tangga putrinya yang baru saja kemarin di sahkan.

"Itu namanya penyesuaian, Alina. Kamu harus banyak belajar untuk menjadi istri yang baik. Nggak sembarang orang bisa menikahi pria berpangkat Letnan dua seperti nak Dirga loh, Lin. Pokoknya, kamu harus menjadi istri terbaik untuk nak Dirgantara!" Jawaban dari sang ibu, malah membuat Alina kecewa dan kesal. Dia pun menutup panggilannya dan duduk terdiam di tepi ranjang.

Tidak lama, pintu kamar terbuka. Segera Alina Naik ke atas r a n j a n g dan meringkuk ke dalam selimut. "Kamu barusan telepon ibu?" tanya Dirga yang membuat Alina mengeluarkan wajahnya dari balik selimut. Tanpa menjawab, Alina mengangguk pelan. "Bagaimana katanya?" tanya Dirga lagi sambil menghela nafas panjang.

"Katanya, suruh sabar dan patuh," lirih Alina yang membuat Dirga tersenyum begitu manis.

"Kok tersenyum, apanya yang lucu?" tegas Alina balik bertanya.

"Nggak ada," jawab pemuda itu yang kini sudah tidur membelakanginya.

Alina kembali komplain, dia tidak mau suaminya itu malam ini tidur di kamar. "Tidak ada perjanjian hitam diatas putih, kalau kita tidur sendiri-sendiri," ucap Dirga lagi masih dengan posisi yang sama.

"Iya, tapi aku merasa aneh aja. Tidur barengan begini," jawab Alina yang membuat pria gagah dan tampan itu membalikan badannya. "Aneh gimana? Kita sudah suami istri, apanya yang aneh? Apa tidak lebih aneh, kalau kita tidur terpisah? Udah, sini ayo kita bo bok," jawab Dirgantara sambil menarik paksa tubuh Alina berbaring di dekatnya.

"Jangan protes!" tegas Dirgantara yang kini sudah me me luk istrinya itu dari belakang. "Pejamkan matamu!" ucapnya lagi yang membuat Alina panik. Jantungnya berdegup kencang, terasa ingin lepas, saat tangan gagah suaminya melingkar pada pinggangnya yang ramping.

"Iya ... aku nggak akan protes. Tapi jangan begini. Rasanya ri sih," lirih Alina lagi mencoba memindahkan tangan suaminya dari pinggangnya. Kini keduanya saling menatap dan terdiam. "Tunggu sampai aku jatuh cinta padamu, Letnan" lirih Alina yang membuat Dirga terpingkal.

"Terus, kalau tidak cinta, ngapain kamu ikut sayembara perjodohan ini? Bukannya kamu suka dan niat banget pengen nikah sama aku!" tegas Dirga yang mendekatkan wajahnya pada Alina yang polos itu. "Bukan!!! Itu semua salah paham! Aku kira mas Abimanyu yang dicarikan istri, ternyata ...."

"Ternyata kenapa? Kenapa nggak di lanjutin?" tatapan Dirga semakin mendekat.

"Aku nggak mau nikah sama orang militer, mereka terkenal disiplin dan tegas. Aku tidak suka semua itu!" Tiba-tiba Alina terdiam karena Dirga berhasil membungkam bibir Alina dengan ciuman hangatnya. Pemuda itu benar-benar gemas dengan tingkah dan celotehan manja dari putri semata wayang pak lurahnya itu.

"Kenapa? Masih mau komplain lagi?" tanya Dirga dengan senyum yang begitu menawan. Alina hanya menggeleng dan kembali meringkuk ke dalam selimut hangatnya. Dirgantara hanya bisa menggeleng dan tersenyum.

"Mas!”

Bab terkait

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   kedatangan ibu

    Bentak Alina yang mendapatkan pelukan erat dari Dirgantara penuh gemas. "Loh, kok pergi? Mau kemana?" tanya Alina yang melihat suaminya itu tiba-tiba melepaskan pelukan dan beranjak dari tempat tidurnya. "Katanya nggak boleh bobok bareng kalau malam. Jadi, aku istirahat di depan saja" jawab Dirga yang masih berdiri membawa beberapa bantal dan guling di tangannya. Alina tidak menjawab, dia hanya mencebik dan kembali membelakangi Dirga. Melihat istrinya yang tidak peduli, Dirga pun segera pergi meninggalkan kamar menuju ruang tamu. Dengan rasa malas, pemuda itu melempar bantal serta guling ke atas sofa dan menidurkan dirinya di sana. "Biasanya tidak selemah ini. Tapi entah kenapa, setelah punya istri, bukannya menikmati, malah bertambah capek aja ini," gerutu Dirga yang saat ini sudah memeluk gulingnya. "Kata siapa menikah itu damai, ribet iya" imbuhnya lagi yang tidak sengaja didengar oleh Alina. "Jadi, menikahiku, membuat kamu susah, lelah, dan __""Ssstttt ..... sejak kapan kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Masak dengan ibu mertua

    Dirgantara mendapatkan tugas mengawasi pendidikan yang tengah ditempuh oleh para prajurit. Dia tidak akan bertemu dengan Alina selama seminggu ke depan. Untunglah ada sang ibu yang akan menemani istri manjanya itu. "Alina, tolong kamu siapkan semua pakaian tugas milik suamimu. Mari ibu bantu kamu untuk menyiapkannya. Biar kamu terbiasa dan tahu mana-mana saja seragam yang harus dibawa," lirih ibu sambil merangkul lengan menantunya itu. "Baiklah, Bu," jawab Alina yang ditanggapi senyuman oleh nyonya Suyarso. Kini kedua wanita itu tengah sibuk menata dan menyiapkan pakaian milik Dirgantara. "Lin, apakah kamu bahagia hidup bersama, Dirga?" tanya sang ibu mertua, membuat Alina kaget. "Ehm ... kan baru dua hari, Bu. Mana bisa Alina menilai," jawaban dari Alina tersebut membuat nyonya Suyarso mengernyit. "Kok baru dua hari? Bukannya kamu juga sangat menginginkan pernikahan ini? Nyatanya kamu ikut daftar calon menantu keluarga Suyarso." Seketika Alina terdiam dan menunduk. "Jangan bilang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Orang asing

    "Begini, katanya pak Dirgantara nitip minta dibawain selimut warna coklat yang ada di dalam lemari. Katanya di sana udaranya sangat dingin. Kebetulan saya mau pergi ke asrama satu, jadi sekalian saya bawain, Mbak," jawab pria paruh baya berseragam itu dengan wajah tenang. Seketika Alina menghela nafas kasar. Dia tidak menyangka, pria paruh baya itu benar-benar membuatnya jantungan. "Ya ampun, Pak. Saya kira ada kabar apa, ternyata hanya sebuah selimu. Kalau begitu bapak tunggu sebentar di sini. Saya akan ke dalam mengambilkan selimut pesanan mas Dirga," sahut Alina yang pergi meninggalkan pria berseragam itu menuju kamar. Dengan hati-hati, wanita cantik itu membuka lemari pakaian agar tidak membangunkan ibu mertuanya. Dengan seksama, Alina melihat-lihat lipatan selimut yang ada di depannya. "Apa yang ini?" batinnya sambil mengambil selimut tipis berwarna coklat dan membawanya ke depan. "Ini, Pak. Terima kasih ya Pak, sebelumnya sudah mau di repotkan." Pria itu pun berdiri dan meneri

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Mertuaku

    Wanita paruh baya itupun akhirnya beranjak dari ruang tamu menuju kamar menantunya. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya nyonya Suyarso memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu. "Alina, apakah ibu boleh masuk?" tanya sang mertua sedikit sungkan. "Masuk, Bu," jawab Alina yang yang berbaring dengan posisi membelakangi pintu. "Nak Alina, apakah ibu boleh ngomong sebentar," lirih nyonya Suyarso yang kini sudah duduk di tepi ranjang. "Silahkan, Bu," jawab Alina masih dengan posisi yang sama. Setelah cukup lama terdiam, nyonya Suyarso akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan pada Alina, perihal sikapnya barusan yang tidak menghargai orang lain. "Jadi ... menurut Ibu, sikap Alina kurang baik?" lirih Alina yang kini sudah bangkit dan menatap ibu mertuanya itu. "Bukan begitu, Alina. Ibu hanya ingin memberi pengertian kepadamu. Barusan sikapmu yang main nyelonong itu salah, Nak. Seharusnya salam dulu dan menebar senyum. Walau tidak menyapa, setidaknya tersenyumlah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tak terduga

    "Loh ... Dirgantara!" ucap sang ibu dengan senyum mengembang di wajahnya. Wanita paruh baya itu membuka lebar kedua tangannya, menyambut kedatangan putra sulungnya itu. Dirgantara langsung memeluk hangat sang ibu penuh kasih dan rindu. Abimanyu pun ikut berdiri dan menepuk lembut pundak sang kakak. Mereka nampak begitu bersemangat dan senang melihat kedatangan Dirgantara. Sejenak mereka terdiam dan menoleh ke arah Alina. "Na, sambut suamimu" ucap ibu yang mengagetkan Alina. "Hah," Segera wanita cantik itu menjabat tangan suaminya dengan senyum di wajah cantiknya. "Alina, ini bukan lebaran. Tapi dia suamimu yang baru pulang dari tugasnya. Disambut dong," titah sang ibu mertua yang membuat Alina mengerutkan keningnya. "Lah ... baru juga dua hari, Bu. Tidak sampai setahun, ngapain harus histeris begitu?" Jawaban dari Alina tersebut membuat Abimanyu tergelak. "Kamu istri yang hebat! Mantu pilihan ibu, memang keren. Aku suka!" sahut Abimanyu sambil merangkul pundak Alina. "Kamu ini ap

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tinggal sekamar

    AKU MENOLAK UNTUK DIJODOHKAN, TAPI AYAH DAN IBU MEMAKSAKU, HINGGA AKHIRNYA MENERIMA DAN …Batin Dirgantara sambil terus menatap lekat wajah cantik sang istri yang mulai mengoleskan krim di wajahnya. "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apakah ada yang salah dari wajahku?" tanya Alina terlihat sangat panik. Dia sangat perfect dalam berpenampilan, sehingga dia sangat takut, jika ada satupun yang kurang dari dirinya. Dirgantara menggeleng sambil berucap, "cantik, sangat cantik." Sontak jawaban dari Dirgantara itu membuat Alina salah tingkah. "Oh, begitu ya," lirih Alina yang kembali fokus pada kaca cermin yang ada di hadapannya. Sementara Dirgantara hanya terkekeh dan menggeleng. Dia benar-benar dibuat tergila-gila oleh wanita yang sekarang sangat manja dan keras kepala itu. Setelah selesai menggunakan krim di wajahnya, Alina bergegas merapikan tempat tidur dan bersiap untuk beristirahat. "Seharian tadi, ngapain aja dengan ibu?" tanya Dirgantara penuh rasa penasaran. Alina pun kembali t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Malam Pertama

    Dirgantara menatap Alina. Dia ingin mendengarkan perkataan Alina yang sempat terputus. "Liburan minggu depan, bolehkan aku pulang ke rumah ibu. Aku sudah rindu pada Ayah dan Ibu," lirih Alina yang langsung diangguki oleh suaminya itu. "Terima kasih ya, Mas," imbuh Alina nampak begitu bahagia dan girang. Melihat istrinya begitu bersemangat, membuat Dirgantara senang. "Baiklah, berangkatlah dengan hati-hati. Ingat, pulang tepat waktu, aku akan buatkan makanan untukmu," ucap Alina sambil memperbaiki pakaian suaminya. "Aku tidak bisa menentukan kapan waktu pulang, Alina. Nanti, aku akan kabari lagi," ucap Dirgantara yang kemudian pergi meninggalkan kediamannya yang nyaman itu menuju tempat tugas. Di sana sudah berbaris para prajurit melakukan pelatihan-pelatihan yang biasa di lakukan untuk persiapan diri. Dirgantara masuk ke dalam sebuah gedung dan melakukan pertemuan dengan atasannya. Mereka merencanakan sesuatu untuk pengiriman para prajurit ke daerah rawan konflik. Dirgantara nampa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Dunia kita Indah

    "Maafkan aku yang belum bisa membuatmu senang," lirih Alina yang membuat sang suami terkekeh. Kedua mata pasangan itu kini saling beradu. Ada tekanan dalam dada Dirgantara yang ingin keluar dari tempatnya. "Alina, bolehkah aku mencium keningmu? Sekali saja?" lirih sang Letnan berpamitan pada istrinya. Tanpa banyak berpikir, Alina akhirnya tersenyum dan mengangguk, yang membuat hati Dirgantara seketika menjadi lega. Dengan lembut, pemuda berwajah sempurna itu mengecup hangat kening Alina. Tanpa di sadari, Dirgantara lanjut mencium kedua pipi dan hidung Alina yang mancung. "Mas""Aku tahu, kamu belum siap," jawab Dirgantara yang masih terus mengamati wajah cantik istrinya. Alina kemudian mengatakan pada Dirgantara untuk tidak memberitahu ibu mertuanya, masalah masakannya hari ini. Seketika Dirgantara terkekeh tiada henti. "Alina ... Alina ... ya tidak mungkinlah. Apalagi, masakanmu tadi begitu enak," sahut Dirgantara yang membuat Alina gemas dan memukul kesal pada suaminya. "Jahat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06

Bab terbaru

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Dunia kita Indah

    "Maafkan aku yang belum bisa membuatmu senang," lirih Alina yang membuat sang suami terkekeh. Kedua mata pasangan itu kini saling beradu. Ada tekanan dalam dada Dirgantara yang ingin keluar dari tempatnya. "Alina, bolehkah aku mencium keningmu? Sekali saja?" lirih sang Letnan berpamitan pada istrinya. Tanpa banyak berpikir, Alina akhirnya tersenyum dan mengangguk, yang membuat hati Dirgantara seketika menjadi lega. Dengan lembut, pemuda berwajah sempurna itu mengecup hangat kening Alina. Tanpa di sadari, Dirgantara lanjut mencium kedua pipi dan hidung Alina yang mancung. "Mas""Aku tahu, kamu belum siap," jawab Dirgantara yang masih terus mengamati wajah cantik istrinya. Alina kemudian mengatakan pada Dirgantara untuk tidak memberitahu ibu mertuanya, masalah masakannya hari ini. Seketika Dirgantara terkekeh tiada henti. "Alina ... Alina ... ya tidak mungkinlah. Apalagi, masakanmu tadi begitu enak," sahut Dirgantara yang membuat Alina gemas dan memukul kesal pada suaminya. "Jahat

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Malam Pertama

    Dirgantara menatap Alina. Dia ingin mendengarkan perkataan Alina yang sempat terputus. "Liburan minggu depan, bolehkan aku pulang ke rumah ibu. Aku sudah rindu pada Ayah dan Ibu," lirih Alina yang langsung diangguki oleh suaminya itu. "Terima kasih ya, Mas," imbuh Alina nampak begitu bahagia dan girang. Melihat istrinya begitu bersemangat, membuat Dirgantara senang. "Baiklah, berangkatlah dengan hati-hati. Ingat, pulang tepat waktu, aku akan buatkan makanan untukmu," ucap Alina sambil memperbaiki pakaian suaminya. "Aku tidak bisa menentukan kapan waktu pulang, Alina. Nanti, aku akan kabari lagi," ucap Dirgantara yang kemudian pergi meninggalkan kediamannya yang nyaman itu menuju tempat tugas. Di sana sudah berbaris para prajurit melakukan pelatihan-pelatihan yang biasa di lakukan untuk persiapan diri. Dirgantara masuk ke dalam sebuah gedung dan melakukan pertemuan dengan atasannya. Mereka merencanakan sesuatu untuk pengiriman para prajurit ke daerah rawan konflik. Dirgantara nampa

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tinggal sekamar

    AKU MENOLAK UNTUK DIJODOHKAN, TAPI AYAH DAN IBU MEMAKSAKU, HINGGA AKHIRNYA MENERIMA DAN …Batin Dirgantara sambil terus menatap lekat wajah cantik sang istri yang mulai mengoleskan krim di wajahnya. "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apakah ada yang salah dari wajahku?" tanya Alina terlihat sangat panik. Dia sangat perfect dalam berpenampilan, sehingga dia sangat takut, jika ada satupun yang kurang dari dirinya. Dirgantara menggeleng sambil berucap, "cantik, sangat cantik." Sontak jawaban dari Dirgantara itu membuat Alina salah tingkah. "Oh, begitu ya," lirih Alina yang kembali fokus pada kaca cermin yang ada di hadapannya. Sementara Dirgantara hanya terkekeh dan menggeleng. Dia benar-benar dibuat tergila-gila oleh wanita yang sekarang sangat manja dan keras kepala itu. Setelah selesai menggunakan krim di wajahnya, Alina bergegas merapikan tempat tidur dan bersiap untuk beristirahat. "Seharian tadi, ngapain aja dengan ibu?" tanya Dirgantara penuh rasa penasaran. Alina pun kembali t

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Tak terduga

    "Loh ... Dirgantara!" ucap sang ibu dengan senyum mengembang di wajahnya. Wanita paruh baya itu membuka lebar kedua tangannya, menyambut kedatangan putra sulungnya itu. Dirgantara langsung memeluk hangat sang ibu penuh kasih dan rindu. Abimanyu pun ikut berdiri dan menepuk lembut pundak sang kakak. Mereka nampak begitu bersemangat dan senang melihat kedatangan Dirgantara. Sejenak mereka terdiam dan menoleh ke arah Alina. "Na, sambut suamimu" ucap ibu yang mengagetkan Alina. "Hah," Segera wanita cantik itu menjabat tangan suaminya dengan senyum di wajah cantiknya. "Alina, ini bukan lebaran. Tapi dia suamimu yang baru pulang dari tugasnya. Disambut dong," titah sang ibu mertua yang membuat Alina mengerutkan keningnya. "Lah ... baru juga dua hari, Bu. Tidak sampai setahun, ngapain harus histeris begitu?" Jawaban dari Alina tersebut membuat Abimanyu tergelak. "Kamu istri yang hebat! Mantu pilihan ibu, memang keren. Aku suka!" sahut Abimanyu sambil merangkul pundak Alina. "Kamu ini ap

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Mertuaku

    Wanita paruh baya itupun akhirnya beranjak dari ruang tamu menuju kamar menantunya. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya nyonya Suyarso memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu. "Alina, apakah ibu boleh masuk?" tanya sang mertua sedikit sungkan. "Masuk, Bu," jawab Alina yang yang berbaring dengan posisi membelakangi pintu. "Nak Alina, apakah ibu boleh ngomong sebentar," lirih nyonya Suyarso yang kini sudah duduk di tepi ranjang. "Silahkan, Bu," jawab Alina masih dengan posisi yang sama. Setelah cukup lama terdiam, nyonya Suyarso akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan pada Alina, perihal sikapnya barusan yang tidak menghargai orang lain. "Jadi ... menurut Ibu, sikap Alina kurang baik?" lirih Alina yang kini sudah bangkit dan menatap ibu mertuanya itu. "Bukan begitu, Alina. Ibu hanya ingin memberi pengertian kepadamu. Barusan sikapmu yang main nyelonong itu salah, Nak. Seharusnya salam dulu dan menebar senyum. Walau tidak menyapa, setidaknya tersenyumlah

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Orang asing

    "Begini, katanya pak Dirgantara nitip minta dibawain selimut warna coklat yang ada di dalam lemari. Katanya di sana udaranya sangat dingin. Kebetulan saya mau pergi ke asrama satu, jadi sekalian saya bawain, Mbak," jawab pria paruh baya berseragam itu dengan wajah tenang. Seketika Alina menghela nafas kasar. Dia tidak menyangka, pria paruh baya itu benar-benar membuatnya jantungan. "Ya ampun, Pak. Saya kira ada kabar apa, ternyata hanya sebuah selimu. Kalau begitu bapak tunggu sebentar di sini. Saya akan ke dalam mengambilkan selimut pesanan mas Dirga," sahut Alina yang pergi meninggalkan pria berseragam itu menuju kamar. Dengan hati-hati, wanita cantik itu membuka lemari pakaian agar tidak membangunkan ibu mertuanya. Dengan seksama, Alina melihat-lihat lipatan selimut yang ada di depannya. "Apa yang ini?" batinnya sambil mengambil selimut tipis berwarna coklat dan membawanya ke depan. "Ini, Pak. Terima kasih ya Pak, sebelumnya sudah mau di repotkan." Pria itu pun berdiri dan meneri

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Masak dengan ibu mertua

    Dirgantara mendapatkan tugas mengawasi pendidikan yang tengah ditempuh oleh para prajurit. Dia tidak akan bertemu dengan Alina selama seminggu ke depan. Untunglah ada sang ibu yang akan menemani istri manjanya itu. "Alina, tolong kamu siapkan semua pakaian tugas milik suamimu. Mari ibu bantu kamu untuk menyiapkannya. Biar kamu terbiasa dan tahu mana-mana saja seragam yang harus dibawa," lirih ibu sambil merangkul lengan menantunya itu. "Baiklah, Bu," jawab Alina yang ditanggapi senyuman oleh nyonya Suyarso. Kini kedua wanita itu tengah sibuk menata dan menyiapkan pakaian milik Dirgantara. "Lin, apakah kamu bahagia hidup bersama, Dirga?" tanya sang ibu mertua, membuat Alina kaget. "Ehm ... kan baru dua hari, Bu. Mana bisa Alina menilai," jawaban dari Alina tersebut membuat nyonya Suyarso mengernyit. "Kok baru dua hari? Bukannya kamu juga sangat menginginkan pernikahan ini? Nyatanya kamu ikut daftar calon menantu keluarga Suyarso." Seketika Alina terdiam dan menunduk. "Jangan bilang

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   kedatangan ibu

    Bentak Alina yang mendapatkan pelukan erat dari Dirgantara penuh gemas. "Loh, kok pergi? Mau kemana?" tanya Alina yang melihat suaminya itu tiba-tiba melepaskan pelukan dan beranjak dari tempat tidurnya. "Katanya nggak boleh bobok bareng kalau malam. Jadi, aku istirahat di depan saja" jawab Dirga yang masih berdiri membawa beberapa bantal dan guling di tangannya. Alina tidak menjawab, dia hanya mencebik dan kembali membelakangi Dirga. Melihat istrinya yang tidak peduli, Dirga pun segera pergi meninggalkan kamar menuju ruang tamu. Dengan rasa malas, pemuda itu melempar bantal serta guling ke atas sofa dan menidurkan dirinya di sana. "Biasanya tidak selemah ini. Tapi entah kenapa, setelah punya istri, bukannya menikmati, malah bertambah capek aja ini," gerutu Dirga yang saat ini sudah memeluk gulingnya. "Kata siapa menikah itu damai, ribet iya" imbuhnya lagi yang tidak sengaja didengar oleh Alina. "Jadi, menikahiku, membuat kamu susah, lelah, dan __""Ssstttt ..... sejak kapan kamu

  • Jodoh Dadakan Dirgantara   Suamiku dingin

    “Kemana dia?” Alina langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mencari-cari keberadaan suaminya yang tidak ada di kamar. "Kemana sih tuh, orang. Baru juga sehari, sudah ngilang aja. Nggak tanggung jawab banget jadi suami," gerutu Alina yang celingak-celinguk mencari sosok tampan Dirga yang tidak segera muncul. Dengan malas, Alina melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Perutnya pun mulai keroncongan. "Aduh, aku sudah lapar, tapi kemana sih dia?" gumamnya nampak kesal. Tidak lama, terdengar suara pintu terbuka, yang membuat Alina bergegas untuk melihatnya. "Dari mana saja? Kok nggak pamit dulu?" tanya Alina yang memberondong pertanyaan pada sang suami. Dirgantara yang baru saja duduk di sofa, terus mengamati Alina yang sedang berdiri di depannya dengan wajah marah. Dia tidak bisa menahan senyum, saat melihat sang istri yang terus cerewet padanya.Alina memandang suaminya dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin menusuknya. "Kamu tidak pamit, kamu pergi b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status