Share

Bab 5

Author: MoonHp
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sayup-sayup suara seseorang masuk ke gendang telinganya. Ia perlahan membuka kelopak matanya. Lalu pandangannya mulai jernih setelah beberapa saat.

"Wah, apa gue lagi mimpi?" Prita mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar yang tampak mewah.

Ia beranjak dari kasur dan mulai mendatangi meja make up yang hanya terdiri dari lotion, minyak rambut dan parfum saja.

"Ini mah buat cowok semua," desahnya. Kemudian terduduk pada bangku dan memandang wajahnya ....

Prita langsung menjerit ketakutan ....

"Aaa!"

"Wajah gue kenapa jadi kayak gini?"

"Wah, ini mimpi buruk si!" Ia langsung kembali ke ranjang dan memejamkan matanya. Di cermin tadi wajahnya berubah menjadi seseorang yang familiar tetapi ia tak ingat wajah siapa ini.

Prita memaksakan dirinya untuk tertidur kembali. Namun nihil, ia tak bisa jatuh ke alam tidurnya.

"Wah gawat nih. Apa jangan-jangan gue terjebak di alam mimpi?"

Untuk memastikan Prita mencoba menampar pipinya sendiri sekeras mungkin.

Plak!

"Aw, sakit."

"Ha?" Mulut Prita terbuka lebar bak trowongan.

"Berarti gue gak mimpi? Tapi kenapa gue berubah jadi cowok? Dan ini di mana? Ini rumah siapa?!"

Sekali lagi Prita menjerit keras, membuat Bi Yem segera datang.

"Suara gue jadi gede gini ... tubuh gue? Dada gue rata?!" Prita merengek.

"S-sudah bangun, Tuan Muda?"

Bi Yem mengagetkan Prita.

"Kamu siapa?" tanya Prita.

Bi Yem mendekati Prita dan memeriksa keningnya lalu berkata," Gak panas."

Prita berpikir keras dan mengira apakah dirinya sedang berada di kehidupan selanjutnya setelah kematian? Tapi ayolah, hal begitu hanya ada di novel-novel. Ia juga punya kepercayaan bahwa setelah kematian tempat manusia adalah alam akhirat.

"Lap dulu mukanya pakai tisu basah, takutnya sepidolnya permanen. Bi Yem sudah siapkan sarapan. Tuan Muda segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Ini sudah siang lho ...." kata Bi Yem setelah itu minta diri.

Wajah Prita cengo maksimal, ia masih melongo sambil terus meraba-raba buah dadanya yang hilang.

Kemudian Prita pasrah meski masih tak percaya. Cewek itu membersihkan wajahnya dan menatap dirinya ke cermin. Ia lekat-lekat melihat wajah itu dari cermin sampai dirinya tersadar siapa pemilik wajah ini.

"Zain?"

"Hah? Waduh ngaco nih ngaco." Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

Prita mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya secara perlahan.

Beberapa menit gadis itu terus memandangi wajahnya. Lebih tepatnya wajah orang lain yang entah mengapa bisa jiwanya singgahi.

"Apa gue terkena sihir?"

Prita mengacak-acak rambutnya prustrasi. Ia mencubit kedua pipinya lagi dan merasakan ngilu. Pertanda ini bukanlah mimpi. Ini benar-benar nyata.

Hal yang sangat amat mustahil. Rohnya tertukar dengan raga Zain. Kini jiwanya menempati raga cowok itu dan cowok itu pun sudah pasti terjebak juga dalam raga dirinya.

Prita bergegas ke kamar mandi. Membuka pakaiannya dan ....

"Aaa!" Prita segera kembali memakai handuknya. Setiba, di luar ia mendapati Bi Yem dengan wajah khawatir.

"Ada apa, Tuan Muda?"

Prita bergeleng kikuk. "E--nggak ada apa-apa, kok Bi." Prita masuk kembali ke dalam sana. Ia hanya mencuci wajahnya dan menggosok gigi.

Setelah itu, berlanjut memakai baju dengan hati-hati. Prita rasanya seperti sedang di perhatikan oleh Zain, yaitu raga yang sedang jiwanya diami ini.

Sementara di tempat lain, Zain masih tertidur pulas. Tertidur dengan cantik di kamar Prita.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, sang empu masih enggan terjaga, membuat sang ibu mengharuskan membangunkan dirinya dengan cara memukul bokongnya. Ya, sudah hal biasa bagi Resti.

Buk!

Buk!

"Bangun!"

Zain terkesiap. Ia langsung bangun dengan mata melotot ke arah Resti.

"Siapa lo? Berani-beraninya bangunin gue dengan cara seperti ini?!" bentak Zain kasar.

Resti mendelik sinis lalu menjewer telinga anak itu.

"Kurang ajar sama ibu kamu, ya?"

"Eh? Eh! Siapa sih lo? Pembantu baru?" Zain meringis. Namun, masih sempat-sempatnya bertanya.

Resti menyeret tubuh Zain ke dalam kamar mandi dan menyiramnya dengan penuh kepuasan.

"Bangun! Bangun! Jangan mimpi terus!"

Resti enyah setelah membuat perhitungan dengan anaknya.

Zain berontak mengusap wajahnya dan langsung berdiri. Akan tetapi, matanya refleks melihat cermin di sampinganya. Saat itu juga Zain kaget sekaligus bingung.

"Wajah gue?" Hanya cengo setelah itu menelisik dari kaki sampai kepala.

"Tubuh gue?"Zain terkesiap melihat dadanya membesar dan menyadari suaranya berubah seperti wanita.

Zain menyingsing lengan bajunya.

"Otot gue?"

Bruk!

Seketika anak itu pingsan di tempat.

***

Sinar hangat mentari menyapa pagi Prita. Namun, paginya tak secerah matahari di langit sana. Saat ini jantungnya berdetak tak karuan. Pasalnya, seorang pria baru saja menyuguhkan sehelai roti ke piringnya.

Prita cukup takjub dengan rumah ini yang ternyata salah satu meja makannya bercengkrama langsung dengan suasana alam. Halaman yang dipenuhi dengan tanamam hijau yang bisa menyejukkan pandangan.

"Mau selai apa, Zai?" tanya Zeno mulai mendekatkan tiga kaleng selai ke arah Prita.

"A-anu ... itu aja--" Prita menunjuk selai coklat.

"Tumben? Biasanya nanas?"

"L-lagi mau i-itu, Kak."

Jujur saja Prita sangat gugup. Apalagi tadi pagi saat Zeno masuk kamarnya ia sempat mengira pria itu maling, tapi untungnya Bi Yem datang dan menjelaskan bahwa Zeno ini adalah sepupunya. Dan di situ Prita pura-pura lagi ngelindur agar tidak dicurigai.

Aktivitas Zeno terhenti. Ia mendadak bingung dengan sikap Zain. Tak biasanya anak itu memanggil 'kak'. Bahkan sedari kecil baru kali ini cowok itu mengganti mana sapaan untuk Zeno dari 'abang' ke 'kakak'.

"Otak lo ke geser?"

Sang empu mendongak. "M--mungkin karena kecelakaan kemarin," alibinya.

Berbeda dengan Zain, pria itu sedang dipaksa membantu Resti menyiapkan sarapan. Saat ini Zain benar-benar tidak percaya apa yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah realita.

"Kamu itu kenapa si, Pri? Dari pagi kok kamu kayaknya kepaksa bantu ibu!"

Zain tak menyahut. Ia takut jika mulutnya berbicara lagi wanita itu akan memukul kepalanya dengan panci setelah tadi ia juga sempat di getok.

"Yasudahlah, kamu duduk aja di sana. Biar ibu yang siapin semuanya."

Zain mengembuskan napas kasar setelah itu duduk seperti yang diperintahkan oleh Resti.

Selang beberapa menit, akhirnya nasi goreng dan beberapa lauk yang lain terhidangkan. Namun, Zain malah seperti tak senang atas kedatangan makanan itu. Ia menyeringai menolak hidangannya.

"Gue itu gak bisa makan berat di pagi-pagi gini--" Resti segera menyumpal mulut Zain dengan ketimun.

***

"Eh, tuh! Tuh!" Jali menunjuk-nunjuk Prita yang barusan memakirkan motor bututnya.

Semalam anak PARPATI diberi tugas untuk menjahili Prita yang hampir saja membuat Zain terbunuh dalam kecelakaan waktu itu.

Yudi dan Deo sudah bersiap akan memegangi tubuh Prita untuk mereka karungi.

"Hai, Bro!" sapa Zain yang memang kini sudah tak dikenal sebagai Zain, karena raga dirinya tertukar dengan raga cewek itu.

"Dih so akrab banget." Jali cengengesan.

Sebelum sampai pada teman-temannya di dekat gawang, mata Zain teralihkan saat melihat raganya sedang berjalan di tengah lapangan. Dan saat itu pula Zain tersadar bahwa teman-temannya tidak akan mengetahui ia yang sebrnarnya. Lantas Zain cepat-cepat mengejar Prita.

"Woi!" teriak Zain.

"Liat deh, Kak. Cewek itu semakin berani aja sama si Zai!" Pinka bersama temannya melihat tak suka dengan tingkah Prita yang seolah-olah sudah berusaha membuat Joan tertarik dengannya.

Joy melihat nanar dan mengedikkan bahu kemudian berlalu.

"Keluar dari tubuh gue?!" Zain mengguncang Prita yang menempati raganya setelah ia berhasil membawa Prita menjauh dari keramaian.

"Lo pasti main sihir 'kan? Cepat balikin tubuh gue!"

Seakan dirinyalah penyebab permainan tak dir ini, padahal Prita pun masih tak percaya dirinya adalah bukan Prita.

"Gue gak tau apa-apa?! Lo pikir gue punya ilmu sesat? Ini udah bukan jamannya angling darma!"

"Bisa aja lo dikutuk sama leluhur lo' kan. Gue yakin pasti ini ada hubungannya dengan nasib sial lo. Cewek sok cari perhati--"

Grep!

"Ahaha, kena lo," sorak Yudi dan Deo bersamaan.

"Udah Zai, lo bisa tenang sekarang. Lo ngga akan liat cewek ini di hari-hari lo lagi," imbuh Jali. Mereka langsung pergi membawa Zain yang disangka Prita di dalam karungnya.

Di sana mulut Prita masih belum mengatup. Ia masih syok apa yang baru saja ia lihat.

"Jadi kalo jiwa gue ngga nyasar ke tubuhnya kakak kelas sialan itu, mereka bakal ngarungin gue?" lirih Prita pada dirinya sendiri.


Related chapters

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 6

    Yudi tampak menimang-nimang apa yang akan mereka lakukan, sebab jarang sekali cewek yang menjadi target mereka."Mmm, kita apain, yah?"Deo dan Jali masih menahan tubuh seseorang dalam karung yang mereka duduki di kursi kudang yang tampak sudah usang termakan waktu."Gelitikin aja gimana?" Jali menautkan alis."Ini cewek bro ... sensitif kalo main raba-raba aja.""Gagabah maneh teh!" Semprot Yudi pada Jali."Eh! Eh! Buka dulu karungnya. Kasian dia kehabisan napas atuh!"Napas Zain terdengar ngos-ngosan setelah Jali dan Deo membuka benda yang menutupi dirinya."Kurangajar?!" Zain berontak dan menendang lutut Yudi yang sedang duduk berhadap-hadapan dengannya.Kedua cowok itu makin mengeratkan tali yang mengikat Zain. Mereka terkejut dengan tenaga yang barusan dikeluarkan cewek itu, sampai-sampai hampir saja Yudi terjungkal."Wah, buas nih! Gawat atuh ieu mah ...." Yudi mengelus dada."Ngapain kalian ngarungin

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 7

    "Matematika 'kan pelajaran favorit lo Zai. Kok, bisa-bisanya lo nyontek sama si Jaki?"Deo dan Jali sibuk mengipas-ngipasi keringat Prita yang bercucuran setelah tadi gadis itu ketahuan mencontek dan disuruh lari keliling lapangan sebanyak tujuh kali. Ternyata guru kelas 12 lebih menakutkan daripada guru BK. Dan ini menjadi pengalaman pertama seorang Prita dihukum."Yang kenceng!" perintah Prita."Ternyata enak juga jadi dia. Punya pelayan yang siap gue suruh apa pun. Rasain kalian. Ini akibatnya karena udah berusaha mengintimidasi adik kelas." Lagi-lagi Prita menyergah dalam hati dengan penuh kepuasan."Eh, ngomong-ngomong si Joan mana, ya?" Deo mulai cari-cari pandang ke setiap sudut lapangan hingga koridor."Lagi sama si Joy kali. Lagian hubungan mereka itu gak jelas masih aja dipertahanin.""Si Joy cantik-cantik kok buaya, yah. Si Joan juga bego. Masih mau aja sama tuh cewek.""Sut! Sutt! Orangnya datang." Jali berbisik heboh.Joan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 8

    "Udah sekarang lo balik ke rumah lo! Dan gue kembali ke rumah gue. Siniin kunci motor gue! Gue gak mau pake motor butut lo lagi!""Tapi 'kan raga kita masih ketuker. Apa mereka bakal--""Gue tinggal bilang kalo gue kena kutukan gara-gara lo--""Enak aja! Ini bukan karena gue ya. Ini itu udah takdir alam. Gue yakin alam semesta ini bakalan kasih petunjuk dengan apa yang udah terjadi ini."Zain mendecih sinis, "Cih, bahasa lo!"Mata Zain teralihkan pada lebam di wajah Prita. "Obatin luka itu! Gue gak mau wajah gue yang tampan rusak. Lo harus tanggung jawab." Zain melesat setelah menaiki kendaraan mewah yang sudah ia rebut kembali dari Prita.***Pintu rumah Prita tampak masih tertutup rapat. Tandanya sang ibu masih belum pulang ke rumah.Ia langsung merebahkan tubuhnya pada kasur empuk nan nyaman. Prita memandang langit-langit dengan pikiran berkecamuk."Apa si yang udah gue lakuin? Kenapa gue bisa berubah gini?""Apa iya gue

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 9

    Kelap-kelip lampu yang mengambang di kolam renang mengalihkan perhatian Prita yang baru saja masuk.Mulutnya menganga melihat kemewahan acaranya. Ternyata Zain ini benar-benar keturunan orang kaya."Zai!" panggil seorang gadis yang tampak cantik dengan gaun putih selutut.Tiba-tiba gadis itu bergelayut pada tangan Prita."Kamu datang, Zai?" Joy tersenyum.Prita kaget setengah mati mendapati Joy yang sedang memeluk tangannya.Prita tampak bingung sendiri saat Joy membawanya ke hadapan orang-orang berpakaian serba rapi dan gelamour."Anak Papa tampan sekali," kata pria yang entah siapa, Prita tidak mengenalinya.Yang lebih membuat Prita terhenyak adalah kehadiran Danu. Cowok itu berdiri di belakang Delon dengan wajah sinis. Lalu, perempuan di sebelahnya juga nampak tak suka dengan Prita yang bertubuh Zain.Sesaat kemudian, Delon melambaikan tangan kepada seseorang di belakang Prita. Prita menoleh dan lagi-lagi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 10

    Bersedekap dada dengan wajah ditekuk, itulah yang sedang Pinka lakukan ketika melihat sosok Prita berjalan melewatinya.Tak butuh waktu lama, Pinka langsung menarik tubuh Prita dari belakang. Ia dan kedua temannya menyeret gadis itu ke dalam toilet."Ngapain si lo, akhh ... lepasin!" rontak Zain brutal.Plak!"Kurangajar! Dasar cewek gak tau malu! Apa maksud lo hancurin acara pertunangan Kak Joy dan Zain?" tanya Pinka galak.Zain menyunggingkan bibirnya lalu meludah. "Cuih, peduli apa lo?"Zain tahu Pinka tidak suka dengan dirinya, ia tidak pernah berpihak padanya dan buktinya Pinka tidak mau mengakui Zain sebagai saudaranya, karena Zain tahu Pinka malu mempunyai saudara anak haram seperti dirinya.Pinka makin dibuat geram dengan tingkah Prita yang sebenarnya adalah Zain. Ia menjambak rambut panjang cewek itu dan memberikan tatapan tajam."Makin hari lo makin berani ya, sama gue!" Tekan Pinka."Dev, ambilin a

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 11

    "Mau kemana? Sekarang lo gak bisa kemana-mana.""Mau ngapain si lo pada, gak ada kerjaan banget bully gue terus. Kurang kapok gue Jambak? Apa perlu gue buat darah keluar dari tubuh kalian?" Sorot Zain tajam.Mereka semua malah tertawa tanpa rasa takut. "Tutup bacot lo, ada seseorang yang ingin ketemu sama lo!""Siapa?" Sinis Zain."Kak Joy!" Pink tersenyum miring. Setelah Joy masuk pink cees keluar. Joy mendekati Zain di pojokan sana, ia sedang memerhatikan Joy yang tidak bisa ditebak."Ngapain lo ke sini?" Jutek Zain.Joy mengukir senyum di bibirnya."Kenapa si Pria? Kamu ada dendam apa?" Joy tampak mengelus rambut Zain.Beberapa saat kemudian Joy menjambaknya."Akkk, sakit bangsat!" ronta Zain. Tawa dari Joy mulai terdengar."Sakit ya, lebih sakit mana saat lo hancurin acara tunangan gue sama Zain. Lo itu siapanya Zain si? Lo gak berhak masuk ke kehidupan Zain anak kampungan!"Zain menyunggingkan seny

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 12

    Mulai saat ini Cici menjauh dari Prita. Ia yakin cewek di sampingnya ini sebutnya adalah Zain. Karena dari sejak beberapa Minggu yang lalu sikap Zain yang menghawatirkannya sama persis dengan Prita.Zain menoleh pada Cici yang sedang memperhatikannya. Ia melotot tajam membuat Cici segera melihat ke papan tulis lagi."Mimpi apa gue harus satu bangku sama ni monster," batin Cici merasa takut.Di sisi lain, Prita tidak masuk sekolah, karena ia sedang mendatangi tempat kecelakaan antara dirinya dan Farel waktu lalu."Perasaan tempat ini gak keramat. Terus penyebab jiwa gue nyasar kenapa?" Prita melihat hanya melihat beberapa pohon yang sekarang di isi oleh pedagang.Refleks Prita melihat seorang wanita yang tampak berpakaian aneh sedang melihatnya sambil tersenyum miring.Wanita itu segera menyebrang jalan saat terciduk oleh Prita."Hei! Mau ke mana?" teriak Prita. Ia segera mengejar wanita tersebut.Wanita itu tetap berjalan cepat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 13

    Drrtt! Drrtt!Zain meloncat ke kasur untuk mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering.Hep!Zain berhasil menangkap benda tersebut. Ia melepas handuk di kepala yang melilit rambut panjangnya. Zain baru saja habis keramas.Saat Zain hendak mengangkat panggilan dari Prita, Resti malah tiba-tiba datang dan segera merebut ponsel miliknya."Ketahuan kamu ya, Pri! Jam segini masih main hape. Pake teleponan segala lagi! Ibu sama kamu kan sudah sepakat bahwa kamu di jam segini belajar dan lanjut tidur! Apa gak puas seharian main hape?"Rasanya ubun-ubun Zain ingin meledak mendengarkan omelan dari Resti barusan. Di rumahnya tidak ada yang seberani ini padanya. Tidak ada seorang pun yang berani membentak. Tidak ada seorang pun yang berani memarahinya. Apalagi karena soalan sepele seperti ini."Kenapa si ibu marah-marah terus!" Zain berteriak membuat Resti semakin naik pitam."Eh, kamu! Anak gadis makin berani sama i

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 81

    Joan melangkah masuk ke bandara. Setalah kejadian pertunangan Zain dan Joy yang gagal, Joan memilih meninggalkan Indonesia bersama kakeknya. Tepatnya Joan akan kuliah di luar negeri. Ia membawa kakeknya sekalian untuk dititipkan di rumah tantenya yang ada di Belanda selama Joan sibuk kuliah.Varos juga akan mendapat perawatan yang lebih baik di sana. Joan sudah menyiapkan semuanya.Joan memilih akan menjalani hidup baru. Keputusannya sudah bulat dan akan dijalankannya."Ayo, Kek," ucap Joan lalu membawa Varos masuk ke dalam pesawat.***Malam ini adalah malam yang berpengaruh bagi nyawa Prita. Sebab saat ini mereka bertiga sudah memegang pistol untuk melenyapkan Prita begitu saja jika Prita tidak menuruti apa yang mereka perintahkan.Seperti yang dikatakan Cici bahwa malam ini bertepatan dengan malam gerhana bulan Merah, malam yang langka bagi Prita dan Zain, namun agaknya akan terlewatkan sia-sia sebab Prita akan segara dileny

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 80

    Zain menghela napas berat seolah mengeluarkan beban.Merasa gagal, karena belum juga menemukan Prita–ia menangis, menitipkan air matanya di rumah pohon."Seharusnya gue yang diculik! Bukan lo, Pri," kata Zain sembari memandang ke arah rumah tua yang dulu Prita lihat."Kenapa lo yang ngalamin ini?" Zain kembali menunduk dengan air mata yang mulai bercucuran.Tiba-tiba Zain teringat apa yang dulu Prita katakan mengenai Zeno yang akan membunuhnya. Zain teringat dengan kedatangan Misha. Zain mulai mengerti kemana Prita pergi. Mereka telah mengukir Prita."Zeno berniat membunuh lo!" kata Prita waktu itu.Zain bangkit untuk segera mencari keberadaan Zeno di rumahnya. Ia harap Zeno masih ada di sana. Zain akan meminta Zeno memberitahu padanya di mana keberadaan Prita. Zain tidak akan membiarkan Zeno menyakiti Prita.Zain lekas naik ke motornya–motor mewahnya yang ia ambil di pinggir jalan. Motonya yang ditinggalkan Prita begi

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 79

    Kepergian Danu sudah seminggu lebih, tetapi Liana masih banyak melamun. Liana teringat Danu yang suka mengeluh karena selama ini ia belum mendapatkan apa yang ia mau. Anak itu ingin menjadi pewarisnya Delon, tetapi Delon sama sekali tidak mau membuat Danu menjadi senang. Yang Delon pikirkan hanyalah Zain. Zain si anak haram itu. "Bi, tolong buatkan saya kopi!" seru Delon para pekerja di rumahnya. Mendengar suara Delon, Liana jadi tertegun. Dulu ia pernah berusaha meracuni Delon. Akan tetapi, berhasil digagalkan oleh Zain. Dan sekarang adat kesempatan emas bagi Liana untuk meracuni Delon. Karena tidak ada harapan lagi, Danu sudah tiada, Liana hanya tinggal mengakhiri kisahnya dengan membunuh Delon dan Liana akan berusaha melenyapkan Zain juga dan dengan begitu semua harta dan kekuasaan Delon akan jatuh ke tangan Liana. Liana segera beranjak dari kursi dan secepat kilat menuju dapur. "Biar saya aja, Bi!" cegah Liana pada Bi Ina. "Baik, N

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 78

    Semua anak-anak Parpati sedang berada di depan ruangan Deo. Mereka dikabari oleh Yudi, sebab ketika Yudi mengunjungi kediaman Deo, pembantuan memberi tahu bahwa Deo masuk ke rumah sakit usai tertusuk pisau."Kita berdoa aja semoga Deo selamat," imbuh Zain."Iya, Zai, lebih baik kita banyak-banyak ini doa supaya Deo segera siuman," tambah Jali yang terlihat paling khawatir.Di sudut kursi, Mela masih mengiringi keadaan Deo dengan tangisannya. Sementara Rino menundukkan kepalanya menunggu dokter keluar.Yudi beranjak menghampiri mereka berdua."Tante, Om," panggil Yudi sehingga mereka mendongak ke arahnya."Saya Yudi, temannya Deo," sapa Yudi memperkenalkan diri.Mela menghapus air matanya dan menerima tangan Yudi dan ingin bersalaman dengannya."Deo, sering ke rumah Yudi. Dia sering curhat masalah kalian," gumam Yudi membuat Rino dan Mela saling memandang satu sama lain."Dia curhat mengenai kami?" tanya Mela.

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 77

    Cici sedang asik menonton acara. Namun tiba-tiba sang ayah malah memindahkan channel-nya dengan seenaknya. Glen memindahkan channel-nya ke siaran berita. "Ih, ayah! Ganggu aja si!" protes Cici melirik ke sang ayah di sampingnya yang baru duduk. Glen tak menggubris Cici dan tetap melihat ke arah televisi. Pada saat Cici melihat siaran berita itu, Cici kaget saat membaca tulisan di layar tivi mengenai gerhana bulan merah. Glen merasa tidak tertarik dengan beritanya, lalu ia memindahkan nya lagi. Akan tetapi segera Cici cegah. "Eh, tunggu!" tahan Cici. "Hah, nanti akan ada gerhana bulan?" gumam gadis itu di dalam hati. "Gue harus cepet-cepet kasih tahu Prita," ucap Cici. Dan segera bangkit dari duduknya lalu melenggang ke luar memakai sepatu nya. "Eh, kamu mau kemana malam-malam begini?" teriak Glen melihat sang anak dengan tiba-tiba terbirit ke luar. "Mau ke rumah Prita, Yah. Ayah silakan saja tonton beritanya!" s

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 76

    Joy keluar dengan gaun mewah dan indah. Gadis itu terlihat sangat cantik memakai gaun putih itu.Para tamu terhipnotis dengan aura kecantikan Joy. Mereka bertepuk tangan saat Joy memasuki mimbar dan berdiri di sebelah anaknya Delon.Acara tiup lilin sebentar lagi dan Zain belum juga datang. Prita dibuat cemas, kemana sebetulnya Zain?MC sudah mengatakan agar Prita meniup lilin. Para tamu masih bernyanyi untuknya. Namun Prita tak kunjung meniupnya, ia ingin melihat Zain lebih dulu."Silakan Tuan Muda, tiup lilinnya," ulang MC berseru.Prita hanya bisa menghela napas dan meniup lilin itu. Gemuruh tepuk tangan menghadiahi telinga Prita.Selanjutnya acara potong kue. MC kembali meminta Prita agar memotong kuenya. Tetapi Prita tidak melakukannya, ia meminta Delon agar menunggu seseorang sebenar saja."Pah, kita tunggu teman aku satu lagi yah," ucap Prita berbisik pada telinga Delon."Lho siapa? Memangnya ada teman kamu yang belum sa

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 75

    Ternyata Zeno membawa Prita ke kediaman Delon. Pria itu sudah menipunya.Prita memerhatikan jalan, ia sudah. Bapak betul jalan ke arah ini ini."Ini kan jalan kerumah bokap?" terka Prita membuat Zeno tersenyum miring.Zeno berpikir sepupunya itu memang benar-benar tidak ingat hari ulang tahunnya. Sesekali Zeno mendelik sepintas, melihat wajah sepupunya yang kecut."Kak, lo bohongin gue yah?" gumam Prita. Namun tak mendapat respon dari Zeno."Kak!" panggil Prita mengguncang sedikit tangan Zeno dari samping. Tidak mungkin juga Zeno berniat jahat saat ini, sebab pakaian Zeno sangatlah rapi."Gue gak bohongin lo! Ini emang hari ulang tahun anaknya Tuan Delon, yaitu lo!" Akhirnya Zeno memberitahu Prita. Sayang sekali padahal jika tidak diberi tahu maka ini akan menjadi suprise bagi Prita."Hah, gue?" Prita menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi wajah terkejut."G–gue ulang tahun?" tanya Prita sekali lagi. Hanya untuk sek

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 74

    Prita dan Zain sedang duduk-duduk menikmati angin sore, tepatnya di taman yang tak jauh dari bascamp.Prita melirik ke arah Zain yang sedang memandang langit. Ia berkata,"Sorry, ya, gue cuma bisa jadi peringkat ketiga. Apalagi ini pelulusan lo." Prota membuat Zain menurunkan pandangannya dan menoleh padanya."Ya mau gimana lagi," lirih Zain. Sebenarnya ia tak ambil pusing, toh rangking bukan sebuah patokan baginya. Justru skill yang bisa membuktikan bagaimana nanti Zain kedepannya."Oh iya, lo sama gue belum lanjutin yang kemarin," ucap Zain membuka topik baru. Jujur saja Zain ketagihan dengan hal yang terjadi pada waktu itu."Yang kemarin?" Kening Prita berkerut."Yang di rumah pohon itu!" tukas Zain mencoba mengingatkan Prita."Astaga, lo mesum!" sentak Prita segera menjauh dari Zain. Namun Zain sepertinya tidak mau berada jauh dari Prita. Cowok itu menarik Prita hingga posisi mereka benar-benar intim."Lo kan ud

  • Jiwa Nyasar (Kau adalah aku)   Bab 73

    "Kalian pikir gua takut, hah!" Resti memasang badan melarang orang-orang itu masuk ke dalam rumahnya. Resti tidak akan membiarkan mereka merusak rumahnya lagi. Orang-orang yang ada di depannya ini adalah orang-orang yang sama yang merusak rumahnya pada waktu ini. Bedanya jumlah mereka saat ini lebih banyak."Udahlah kita masuk aja, lagian cuma perempuan satu ini masa takut," oceh orang itu.Buk!Resti melayangkan sapu tepat di wajahnya."Mau ngapain kalian ke rumah gue!" sentak Zain tiba-tiba. Ia datang bersama Prita. Prita sudah memberi tahu Zain bahwa mereka adalah orang-orang suruhan Liana."Mereka-mereka ini sebenarnya adalah orang-orang suruhan Liana!" imbuh Prita tajam."Jangan so tau kamu bocah ingusan!" bantah si kepala pelontos. Kulitnya hitam seperti orang Afrika."Gue gak so tau, mending kalian ngaku aja deh!" sergah Prita."Kami ini suruhannya Tuan Delon!" ungkap laki-laki bertubuh besar, pria itu memiliki leh

DMCA.com Protection Status