Setelah mengantongi alamat tempat digadainya sertifikat tersebut, Indah yang telah menyiapkan dana untuk mengambil sertifikat tersebut menuju ke lokasi dan janji bertemu dengan pengacaranya.Usai mengambil sertifikat Indah menyerahkan data yang diperlukan pada pengacaranya untuk melakukan gugatan cerai pada Dimas di halaman rumah orang yang meminjamkan uang pada Angel, kala mereka telah menuju mobil masing-masing.“Om Jaya, tolong dibantu agar perceraian saya dan Dimas bisa secepatnya diproses,” pinta Indah memberikan map biru berisi data yang diperlukan untuk bercerai.“Indah, apa kamu yakin dan sudah memikirkan secara matang akan menceraikan Dimas? Sebab hal ini tersangkut paut dengan putrimu, Indira,” tutur Jaya selaku pengacarakeluarga Singgih.“Iya Om, sudah. Karena Indah pikir ini adalah jalan terbaik. Apa lagi, Dimas sudah secara diam-diam menikah dengan wanita lain dan ibunya mendukung juga,” jawab Indah.“Untuk saksi yang akan kamu hadirkan apa sudah ada? Setidaknya harus ada
Dua minggu kemudian, laporan Indah bersama Cintya dan dua orang OB yang jadi saksi kunci atas jatuhnya Indah dari lantai 3 ke lantai 2 membuat Angel di jemput paksa usai mengabaikan panggilan pertama dan kedua dari kepolisian. Saat terjadi penjemputan paksa, Angel tengah berada di rumah orang tua Dimas.“Selamat siang! Saya dari petugas kepolisian ingin menjemput saudari Angel atas dugaan penganiayaan yang dilakukan dua bulan lalu pada ibu Indah!” tegas seorang polisi di depan pagar rumah ibunda Dimas.“Apa Bapak mau masuk dulu ke rumah? Nggak enak kalau tetangga pada dengar. Soalnya, bisa jadi ini hanya fitnah saja, Pak,” ujar Dina membuka pintu pagar.Di rumah kediaman Mardiah, hanya ada Dina, Mardiah, Dimas dan Angel. Mereka tengah berpikir dan berdiskusi untuk bisa meminta harta gono-gini atas gugatan cerai yang dilakukan Indah. Karena itu, Dina tidak masuk kuliah. Sedangkan Dini dan Dinda menunaikan rutinitasnya sebagai pelajar dan mahasiswa.“Silakan duduk Pak,” ajak Dina masuk
Saat ini Indah berada di kantor tengah melakukan audit atas pengeluaran dan pemasukan pada perusahaan ditemani Cintya, Rara dan Rafli. Ada sejumlah kejanggalan atas beberapa transaksi yang nominalnya tidak terlalu besar. Tetapi seminggu sekali ditransfer oleh Dimas dengan menggunakan buku cek yang disembunyikannya.“Cintya, karena kamu teman dekat si pelacur itu. Kira-kira untuk uang sebesar 2 juta yang di transfer setiap minggu oleh Dimas, yakin untuk Angel? Soalnya, sedikit sekali nominalnya,” tutur Indah tersenyum saat mereka tengah diskusi di ruang kerja Rara.“Uang sebesar itu bagi saya besar, Bu. Sebulan jadi delapan juta. Salary saya saja 6 juta. Banyakan uang jajan Angel, Bu,” seloroh Cintya tersenyum.“Ya udah kalau iri sama si pelacur itu, belajar dong jadi pelakor. Seharusnya, kalau mau jadi pelakor, jangan tanggung-tanggung. Masa dipakai tiap hari bayarannya cuma 2 juta seminggu. Jatuhnya, murah sekali. Apalagi kalau minta service yang lain. Hahahahaha..., dobel rugi!” gel
Dimas yang dilaporkan oleh Rafli selaku kepala bagian accounting tentang keuangan kantor yang digelapkan selama setahun belakangan ini, membuat Dimas yang baru saja mendapat panggilan interview pada sebuah perusahaan kelapa sawit terkejut bukan kepalang saat seorang anggota kepolisian menghubungi dirinya lewat sambungan telepon guna melakukan konfirmasi atas laporan tersebut.Indah yang akhirnya ikut mendampingi Rafli melaporkan Dimas, meminta pada pihak kepolisian agar pemanggilan Dimas kekantor polisi bertujuan untuk memberikan efek jera atas perilakunya. Walau tidak menjadikan sebagai tersangka, setidaknya membuat mental Dimas jatuh.Indah ingin rekam jejak kejahatan Dimas tidak memberikan dampak bagi Indira, putrinya kala beranjak dewasa. Karena label anak narapidana akan melekat pada Indira, jika Dimas masuk bui.“"Halo pagi, ini dengan siapa ya?” tanya Dimas saat berada di ruang tunggu."Saya polisi sektor kota. Apa benar, saya berbicaradengan bapak Dimas?”“Benar Pak! Apa ada m
Tepat sekitar pukul sebelas siang, Indira yang biasanya di jemput pukul 12 siang, kini pulang lebih cepat karena bocah perempuan itu badannya demam. Usai usai mendapat telepon dari sekolah Indah langsung menjemput putrinya.Sesampai di rumah Indah membawa Indi ke kamarnya dan tampak Sri sang ART menyiapkan dua gelas jus dan satu piring cake kesukaan Indira.“Sayang, sebentar lagi Om dokter datang. Jadi, Indi minum jus ini dulu, biar,panasnya turun”“Indi nggak,mau jus jambu, Maa ... Coal na atit tenggolokan na,” tolak Indira.“Sayang, dengar Mama. Kalau Indi nggak mau minum jus jambu ini, minum jus jeruk. Atau, mau minum obat aja?” tanya Indah memberikan pilihan.“Tenggolokanna, atit Maa, hikss,” rengek bocah cantik itu dengan mengusap air matanya.“Indi, Mama hanya mau kamu cepat sehat. Jadi, sekarang pilih sayang,” pinta Indah tegas.Padahal selama ini, Indah selalu memberikan apa yang jadi keinginan putrinya tanpa ada paksaan. Tidak seperti saat ini.Indira yang,tahu kalau mamanya
"Mama, apa papa ada pulang ke lumah?” tanya Indira usai tubuhnya sudah tak demam.“Papa?” tanya Indah menjeda ucapannya untuk melihat reaksi putrinya.“Iya ... Tadi waktu om doktel peliksa Indi, katanya Mama lagi ama papa bicala. Apa mama nggak celita Indi atit?” tanyanya kembali.Indah yang tengah duduk di sisi tempat tidur putrinya dan mengecek suhu tubuh Indira dengan temperatur panas, setenang mungkin menghadapi Indira dengan menjelaskan secara perlahan. Terlebih, ia belum punya pengalaman dalam mengurus anak kecil.“Uhm..., papa udah tahu kok Indi sakit. Katanya, dia lagi ada banyak urusan, sayang ... Jadi dia nggak sempat jenguk Indi,” bohongnya.“Apa Mama masih malah sama papa?”Indira seorang anak berusia 4 tahun dengan kecerdasannya dan seringnya melihat tayangan sinetron dan film di ponsel atau tablet yang dimiliki, paham betul dengan kejadian yang dijalani oleh Indah. Karena, anak perempuan berusia 4 tahun itu punya telinga untuk mendengar percakapan orang dewasa dan punya
Beberapa hari kemudian, Indah dalam pergi ke pesta pernikahan Zara. Di sana berkumpul alumni SMA dan Universitas mereka. Suasana begitu ramai dan terdengar gelak tawa di antara mereka saat mereka mengulang kembali kisah lama masa sekolah dan kuliah.Zara dengan pakaian pengantin nan anggun, menghampiri Indah dan duduk di sebelahnya usai tamu-tamu penting dan kolega dari kedua orang tua mereka telah pulang. Yang tersisa hanya teman-teman reuni Zara. Mereka seolah tak ingin melepas kesempatan bersenda gurau dan berbicara tentang keluarga mereka atau diri mereka masing-masing, usai cukup lama mereka berpisah.Terlihat jelas Indah tampak canggung dan membisu atas celoteh dari teman-temannya. Terlebih, saat Indah dikait-kaitkan dengan seorang lelaki bernama Sean. Seorang lelaki yang sampai saat ini masih membujang. Dengan canda tawa teman masa-masa sekolah dan ada juga teman satu kuliah, mereka mengolok-olok seorang lelaki tampan bernama Sean.“Indah, harusnya lo carikan jodoh buat Sean y
Satu minggu kemudian, Indah yang terus didesak Zara untuk mengungkap siapa dirinya, berusaha membesarkan hati untuk membuka semuanya. Walaupun, dalam hati kecilnya ia tak tega, jika Zara mengetahui kebenarannya. Terlebih Zara menunda bulan madu hanya karena ingin segera bertemu dengan Indah sahabat karibnya.Maka usai mengantar Indira ke sekolah, Indah berkata pada putrinya. “Sayang, maafkan Mama, karena hari ini kamu dijemput sama pak Ikhsan. Soalnya Mama sangat sibuk,” ujarnya saat mengantar Indira ke dalam kelas.“Ya, Mama...,” jawab Indira melambaikan tangannya.Setelah itu, mobil yang dikendarai oleh Indah keluar dari sekolah PAUD Indira menuju rumah ibundanya, Maharani. Selama dalam perjalanan, dirinya terus berusaha menata kata-kata setelah tiga bulan sejak peristiwa kecelakaan tragis yang menimpa dirinya.Hatinya begitu gamang saat mobil yang dikendarainya memasuki kompleks rumah ibundanya. Bahkan, ia kembali mengingat kejadian tiga bulan silam atas percekcokan antara ia dan s
Setelah itu, mereka bertiga melanjutkan makan bersama. Mereka berbicara tentang masa SMA dan kuliah. Jelas hal itu membuat Indah dalam jiwa Elvira tidak bisa mengikuti alur perbincangan mereka. Usai makan, Zara berpamitan pada Indah dan Sean.“Indah, Sean, aku pamit duluan. Kalian Ngobrol aja masalah hari H kalian,” ujar Zara.“Santai aja, Ra. Juga aku kan harus melewati masa Idah,” tutur Indah tersenyum malu.“Lumayan, ada waktu 3 bulan untuk pacaran. Ya, nggak Sean?” senyum mengembang Zara seraya beranjak dari kursinya.“Ra! Biar nanti aku yang bayar,” ujar Sean ikut berdiri memandang ke arah Zara.Zara yang melihat raut bahagia pada wajah Sean, langsung menjawab, “Iyalah, kamu yang bayar. Apalagi aku tadi sempat jadi obat nyamuk kalian."“Obat nyamuk? Maksudnya?” tanya Indah bingung.“Udahlah, malas dibahas. Emang aku nggak tahu kalau tanganmu dibawah meja dipegang sama Sean....”“Hahahahaha ... Anjay! Liat aja.” Ujar Sean dan Indah bersamaan.“Byee, pasangan yang sedang berbahagia
Dua minggu kemudian, Jaya pengacara Indah ke rumah untuk membawakan hasil sidang putusan perceraian. Dimana, pada putusan tersebut, disebutkan status janda yang kini disandang Indah tanpa ia mengikuti sidang lanjutan, sesuai dengan arahan Jaya selaku pengacaranya.Walaupun, pihak Dimas mengajukan gugatan harta gono gini setelah gugatan cerai. Namun, itu tidak membuat Indah gentar. Memang, untuk sidang pembagian harta gono gini, dilakukan usai terjadinya ketok palu keputusan cerai.“Selamat Indah, akhirnya keputusan kamu untuk melempar lelaki jahat itu berhasil,” ucap Jaya menyalami Indah dengan menyerahkan berkas keputusan perceraian tersebut.“Terima kasih, Om. Akhirnya selesai sudah satu masalah,” jawab Indah memandang Jaya dengan wajah penuh bahagia.Indah membaca surat keputusan perceraian tersebut dan bergumam dalam hatinya, ‘Indah, aku sudah menceraikankamu dari lelaki brengsek itu. Semoga kamu tenang di alam baka....’“Indah, mengenai gugatan harta gono gini yang diminta, akan
Sementara itu, di rumah kontrakan Dimas. Terlihat, Mardiah tengah mengajari putranya untuk membiasakan diri memakai kaki palsu yang telah dibeli olehnya. Namun, beberapa kali terdengar keluh kesah Dimas atas kondisi dirinya dengan berteriak saat teringat kakinya diamputasi dan harus menggunakan kaki palsu untuk berjalan.“Sial! Semua gara-gara Indah! Harusnya sudah sejak lama aku bunuh saja dia! Aku dan Angel kehilangan masa depan karena dia! Keparat!” teriak Dimas mencoba melangkah dengan kaki palsu usai selama seminggu di rumah sakit dan sudah satu minggu ini lelaki itu mencoba kaki palsunya.“Dimas, sudah jangan teriak seperti itu. Nggak ada yang bisa membalikkan keadaan. Justru akan membuat teras semakin berat. Ibu mau, besok kamu kuat dan bisa berjalan menuju pengadilan! Ibu mau kita permalukan Indah dengan lelaki yang kini selalu bersamanya,” tutur Mardiah menepuk-nepuk bahu putranya.“Bu, jangan paksa saya ke pengadilan lagi. Biarkan saja cerai. Saya terima semua apa yang jadi
Sore hari, usai Indira ditemukan dan Dimas mengalami kecelakaan, Indah menghubungi Dinda adik kandung Dimas yang tinggal dan ditampung di rumahnya. Selama ini hanya Indah saja yang dibiayai,kuliahnya oleh Indah.Karena, saat itu hanya Dinda diantara ketiga adik perempuan Dimas yang mendukungnya dan memberikan bukti-bukti pernikahan Dimas dengan Angel.Maka dari itu dengan mudah Indah bisa mengajukan gugatan cerai. Sebagai timbal baliknya, Indah berkomitmen membantu kebutuhan Dinda hingga tamat kuliah.“Halo Din, Kak Indah mau kasih tahu. Kalau Kak Dimas kecelakaan. Infonya, dibawa ke Rumah Sakit Ananda. Kalau gimana kamu hubungi ibumu, biar nggak disalahkan,” ucap Indah memberitahukan kondisi Dimas tanpa membeberkan masalah yang terjadi sebelumnya.“Ya Allah, kenapa bisa kecelakaan seperti itu, Kak? Apa Kak Indah yang dihubungi polisi?” tanyanya.“Iya, untuk penyebab kecelakaannya, nanti kamu tanya polisi. Sekarang, aku lagi ada urusan. Jadi lebih baik secepatnya kamu beritahu ibumu,”
Sementara itu, Sean yang memegang ponsel Indah terus berkomunikasi lewat pesan singkat dengan Dimas. Ia juga berkomunikasi dengan Indah. Sean sangat bahagia mendengar, saat Indira berada di rumah kosong tersebut.Namun, saat mendengar kondisi anak perempuan berusia 5 tahun diikat tangan, kaki dan disumpal mulutnya dengan handuk kecil, membuat emosi Sean memuncak.Sean pun, menghubungi Indah untuk memastikan kondisi kesehatan Indira.“Indah, tolong secepatnya Indira bawa ke rumah sakit. Minta juga bagian tumbuh kembang anak dan psikologi untuk mendampinginya.”“Iya Sean, kami sedang menuju ke rumah sakit. Tolong kamu berhati-hati menghadapi lelaki jahat itu. Barusan, polisi juga sudah berkoordinasi menuju lokasi tempat pertemuan. Jadi, tolong buat lelaki itu menunggu. Beritahu saja dia, kalau kamu terjebak macet.”“Ya Indah, kamu tenang aja. Aku lelaki yang bisa jaga diriku. Saat ini aku sangat emosi atas tindakan Dimas. Lelaki itu sama sekali tidak berpikir atas dampak putrinya. Akan
Sekitar 20 menit kemudian, pihak kepolisian terdekat sampai ke rumah tersebut. Lalu, seorang warga yang tahu pemilik dari rumah tersebut, telah menghubungi pemilik rumah kosong yang disewa oleh sahabat Angel.Maka, pemilik rumah yang bernama Retno, membuka pintu pagar tersebut didampingi oleh polisi, RT dan Indah yang pikiran dan perasaannya kacau balau. Apalagi ketika ia memanggil putrinya, tidak dijawaban sama sekali.Dalam hati Indah terus berdoa atas seorang anak perempuan yang dititipkan oleh almarhum Indah padanya.‘Ya Allah, kasihanilah Indira. Hamba ingin merawat anak perempuan itu hingga dewasa. Berikan hamba waktu untuk menebus kesalahan hamba dengan merawat anak malang itu. Izinkan ya Allah ... Amiin’Ceklek!“Indira....!” teriak Indah memanggil putrinya dalam ruangan gelap gulita.Cetek!Lampu ruang tamu pada rumah tersebut terang. Lalu, mereka merangsek masuk ke ruangan lain seraya memanggil nama Indira. “Indira...! Indira...! Mama kamu ada di sini sayang...,” panggil po
Usai membaca pesan singkat Dimas, mereka langsung berdiskusi. “Indah, kalau sampai Dimas keluar dari tempat yang dikatakan sopir tadi. Apa Indira juga dibawa sama dia? Kira-kira apa reaksi Indira saat bertemu kamu di taman?”“Maksud kamu?” tanya Indah yang tak mengerti jalan pemikiran Sean.“Indah, menurut aku. Sangat tidak mungkin Dimas bawa Indira ke taman setelah lebih dari enam jam di ajak bersama dirinya. Pasti anak itu menangis terus dan dia akan teriak kalau bertemu kamu. Sedangkan di taman kota banyak orang,” ujar Sean memberikan argumentasinya.“Ya Allah, sekarang aku harus gimana? Berarti putriku ditinggak di rumah kosong itu?!” seru Indah dengan wajah tegang.“Indah, tenang. Tolong tenang. Biar kita bisa berpikir,” pinta Sean.“Sean, gimana putriku? Dia takut kegelapan. Sekarang dia pasti sendirian di rumah kosong itu,” tangis Indah kala membayangkan kejadian yang menimpa putrinya.Sean yang mendengar tangis Indah memacu otaknya untuk memikirkan langkah jitu bagi masalah ya
Sekitar pukul 4 sore, Indah dan Sean sampai di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) khusus wanita. Mereka menemui kepala LAPAS dan berbicara mengenai masalah yang terjadi dalam keluarga Indah. Kemudian, seorang sipir mengantarkan Indah dan Sean ke sebuah ruangan pertemuan yang biasa digunakan narapidana dan keluarganya.“Silakan ditunggu, nanti akan saya bawa ibu Angel ke ruangan ini,” ujar seorang sipir.“Pak, boleh saya minta tolong?” tanya Indah pada sipir yang akan memanggil Angel.“Minta tolong apa ya Bu?” tanya sipir tersebut menghentikan langkahnya untuk ke sel tahanan.“Begini Pak, kalau Angel sampai tanya siapa yang akan bertemu dengannya, katakan saja, keluarganya yang bernama Dina. Soalnya, dia pasti akan menolak kalau tahu saya yang akan bertemu dengannya,” pinta Indah.Lelaki besar tinggi bagian sipir dengan pakaian seragamnya yang paham atas hal yang dimaksud Indah, menganggukkan kepala dan berucap. “Baik Bu. Saya paham. Permisi...”“Terima kasih Pak,” jawab Indah.Sementara,
Indah langsung mencari putrinya ke rumah Mardiah, ibunda Dimas. Namun, saat ke rumah tersebut Mardiah telah menjual rumahnya. Jalan satu-satunya Indah membuka blokir telepon Dimas dengan tujuan ia bisa menghubunginya. Namun, saat ia menghubungi Dimas, lelaki itu tidak menjawab panggilannya. Setelah itu, Indah mencoba untuk mengirimkan pesan.[Pesan keluar Indah : Dimana kamu?]Namun, pesan itu hanya dibaca saja dan tak dijawabnya, hingga membuat emosi Indah tersulut dan mengancam Dimas dengan kata-kata kasar. Dimana kekasaran yang dimiliki Indah saat ini adalah milik dari jiwa asli Elvira. Sebab selama ini, Indah bukanlah karakter yang mudah berkata kasar. Maka, dalam keadaan murka Indah mengirimkan pesannya kembali.[Pesan Indah : Jangan panggil gue Indah! Kalau kagak bisa buat lo masuk penjara. Pokoknya kalau sampai terjadi sesuatu sama Indira, tamat hidup lo. BAJING-AN!]Dalam kekacauan hati dan pikirannya, Indah menghubungi Sean, karena ia tidak ingin mengganggu Zara yang tengah