Bab 6
Obrolan di antara Aina dan Tasya masih terus berlanjut. Tasya banyak berkisah tentang masa lalunya, sementara Aina lebih banyak mendengar dan sesekali bertanya."Jadi yang pertama kali membawa Mbak Tasya kemari suami, Mbak?" tanya Aina setelah mendengarkan kisah masa lalu Tasya yang tak banyak berbeda dengannya."Iya, sama seperti saat aku membawamu, bedanya, saat itu kami sama-sama tak memiliki tempat tinggal. Suamiku mulanya seorang pecandu, korban dari temannya yang pengedar, dia salah pergaulan, dan dia kesulitan berhenti sampai seluruh harta bendanya habis tak tersisa.Keluarga menolak menolongnya, sedangkan dia mulai kebingungan karena sudah kehabisan dana untuk membeli obat yang biasa dikonsumsinya.Saat bertemu denganku, dia menawarkan pekerjaan, menjelaskan dengan detail apa yang harus kukerjakan. Kebetulan dia kenal dengan salah satu Germo di sini. Dulu gang Dolly masih beroperasi bebas, beda seperti sekarang yang pemasarannya lebih banyak online, karena pemerintah setempat sudah menutupnya secara resmi.Saat pertama kali kita masuk gang ini, kita akan tau bahwa di sini tempat praktik prostitusi. Karena wanita-wanita kayak aku akan dijual bebas layaknya sebuah barang dagangan. Dipajang di ruangan dengan serba kaca sehingga klien yang datang bebas memilih. Kita juga dibandrol beda-beda tergantung speknya.Suamiku bawa aku ketemu sama Mami Merry, terus dia jelasin keuntungan kalau aku mau ikut kerja sama dia. Dan kebetulan saat itu spek ku termasuk bagus, jadi tarifku lumayan menjanjikan.Aku yang memang udah nggak punya pilihan lagi dan udah terlalu lelah hidup menggelandang, akhirnya menerima tawaran itu. Aku terikat perjanjian bagi hasil dengan suamiku, dia minta 20% dari penghasilanku setiap harinya untuk nyambung hidup, selain itu dia juga kerja sampingan sebagai tukang parkir. Walaupun dia b*jingan, tapi dia gamau maling, entah apa alasannya?Aku pun tak keberatan karena aku merasa hutang budi sama dia, sebab dia sudah kasih aku kerjaan, ya walaupin bukan pekerjaan yang baik, tapi setidaknya dari sini aku bisa menyambung hidup.Kami sering bareng, hidup bersama tanpa menjalin hubungan, dan hubungan kami semakin dekat saat suamiku memutuskan pengen berhenti konsumsi obat-obatan terlarang, dan aku mendukungnya, aku yang selalu ngeyakinin dia bahwa dia pasti bisa melakukannya.Proses dia berhenti bener-bener masa sulit bagi kami, aku selalu dampingin dia saat sakau. Kasih afirmasi positif, terus mensugesti bahwa dia bisa melalui masa ini, tanpa obat, tanpa panduan dokter, hanya bermodalkan niat, air putih, air panas dan ketulusan hati.Lumayan lama prosesnya, tapi akhirnya dia berhasil berhenti. Dari situlah dia mulai menaruh hati dan menyatakan perasaannya padaku, mungkin karena ngerasa nyaman. Aku pun menyambut dengan baik, karena aku juga merasakan hal yang sama. Kami memutuskan untuk menikah dan menjalankan kehidupan seperti biasanya. Ya ... seperti yang kamu lihat saat ini." Tasya bercerita panjang tentang perjalanan cintanya yang 'berbeda'.Sementara Aina mulai terbawa ke dalam kisah Tasya."Jadi terharu dengar cerita Mbak Tasya. Awalnya saya memang heran dan bertanya-tanya, kehidupan rumah tangga seperti apa yang Mbak jalani bersama suami? tapi ternyata, di balik semua itu, ada kisah yang mengawali." Aina memberikan komentarnya.Tasya terkekeh mendengar penuturan Aina."Aku sudah ngira, setiap orang yang baru mengenalku dan juga duniaku, pasti akan merasa heran dan bertanya-tanya, bahkan mungkin sampai di taraf mencela saat melihat bagaimana kehidupan rumah tangga yang aku bina bersama Hendra suamiku.Bahkan aku sendiri pun tidak memahami konsep rumah tangga seperti apa yang aku anut bersama Hendra. Orang bilang cemburu adalah tanda cinta, akan tetapi di antara kita tidak ada kecemburuan, padahal kita merasa saling mencintai, karena kita saling merasa nyaman saat bersama. Aneh, kan?" Ungkap Tasya. Sementara Aina tak banyak menanggapi, ia hanya tersenyum sebagai tanggapan."Ya begitulah, terkadang aku juga merasa bosan dengan kehidupan yang seperti ini, tapi aku juga tidak tahu bagaimana caranya berhenti. Aku hidup tanpa pernah merasakan sebuah kepuasan, hati tak pernah tentram, walaupun secara kondisi terlihat lebih baik dari sebelumnya, namun hati ini tak merasa lebih baik." Tasya mengakhiri kalimatnya seraya memandang langit-langit kamar.Aina tersenyum miris,"Terkadang luka membuat seseorang seolah mati rasa, hati yang hampa tak lagi mengenal apa itu cinta. Bahagia menjadi lebih sederhana bagi mereka yang sempat merasakan luka. Setidaknya memiliki tempat yang nyaman untuk kembali rasanya sudah cukup untuk bertahan di tengah kerasnya kehidupan ini.Ah, tempat untuk kembali? Kata-kata itu mengingatkanku akan nasib yang tengah kujalani. Kemana aku harus kembali? tidak ada lagi tempat yang nyaman untuk aku pulang. Setiap sudut dari dunia yang luas ini terasa seperti neraka. Andai Tuhan memanggilku lebih cepat mungkin akan lebih baik. Atau ... sebaiknya aku saja yang mempercepat pertemuan dengan Tuhan? Ah, seputus asa inikah aku?" Aina sibuk bermonolog dengan dirinya sendiri.Tasya melirik Aina yang tiba-tiba terdiam, ia sengaja menghentikan pembicaraan, memberi Aina waktu untuk merenung. Ia paham, dalam kondisi kejiwaan yang terguncang, seseorang memang sangat mudah kehilangan konsentrasinya saat berkomunikasi."Kasihan kamu, Aina. Aku tahu hidupmu sebelum ini pasti sangat lah bersih, terlihat dari penampilanmu yang tertutup dan keluguan perangaimu. Berbeda denganku yang memang sejak awal memilih jalan gelap dalam kehidupan ini, setidaknya aku sudah menghafal betapa kejamnya kehidupan ini, jiwaku lebih siap saat terjun menggelandang tanpa tujuan pasti. Tapi kamu? Kamu pasti mengalami kebingungan lebih dari yang kurasakan.Siapa seseorang yang tega membuat kehidupanmu hancur seperti ini, Aina? Siapapun dia, dia adalah manusia tanpa nurani, dia merusak hidup gadis yang suci sepertimu." Tasya membatin seolah ia benar-benar tahu apa yang tengah terjadi pada Aina.Saat keduanya tengah terdiam, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti, tak lama kemudian terdengar suara seseorang tengah muntah-muntah. Malam yang semakin larut membuat suara itu terdengar begitu jelas dan nyaring walau dari dalam ruangan."Suara siapa ya, Mbak?" Tanya Aina dengan raut terkejut."Biasa, tetangga depan rumah." Tasya menjawab santai sembari berdiri dan mengecek ke depan rumah, sementara Aina mengekori langkah Tasya.Dari balik jendela keduanya menyaksikan apa yang tengah terjadi di depan sana. Seorang wanita muda tengah diantar seorang lelaki paruh baya, wanita itu terus-menerus memuntahkan isi perutnya."Oh, masih ada lakinya toh," ucap Tasya seraya kembali menutup korden dan duduk di kursi kayu ruang tamunya."Dia kenapa, Mbak, hamil?"tanya Aina dengan polosnya, membuat Tasya menahan tawa."Kamu pikir orang yang muntah itu cuman orang hamil?" sahut Tasya membuat Aina menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia hanya mengatakan apa yang terlintas dalam pikirannya saja. Mual muntah adalah fenomena yang selalu dialaminya belakangan ini."Dia tuh lagi mabuk, terlalu banyak konsumsi minuman keras, jadinya gitu. Tapi aman lah karena ada lakinya. Kalau dia sendiri baru lah kita tolongin." Tasya menjelaskan fenomena apa yang baru saja dilihat oleh Aina.Aina mengangguk-angguk, "Jadi mereka suami istri?" Tanya Aina."Aku nggak tahu sih mereka udah nikah apa belum, tapi yang jelas dia udah lama dekat sama om-om itu. Hidupnya terjamin sejak dia didekati oleh om-om tua itu. Dulunya dia sama kayak aku, kerja jadi wanita panggilan, tapi semenjak ketemu sama si om-om itu dan jadi simpanannya, dia berhenti." Tasya menceritakan sedikit yang ia ketahui.Aina manggut-manggut."Enak juga ya, jadi simpanan om-om, gak usah mikirin gimana caranya bisa bertahan hidup, semuanya sudah ada yang menjamin," ucap Aina mengalir begitu saja."Memangnya kamu mau jadi kayak dia, jadi simpanan om-om gitu?" Tanya Tasya membuat Aina tampak berpikir.Bab 7"Thanks, ya!" Ucap seorang lelaki dengan dandanan macho seraya merapikan penampilannya."Sama-sama, balik lagi ya, Om!" Sahut wanita muda berwajah cantik alami seraya memaksakan senyumnya."Pasti, gue akan langganan kemari deh kalau pas mampir Surabaya. Lo beda dari yang lain. Nggak agresif, tapi bikin nagih." Lelaki itu menjawab dengan senyuman mengembang, tampak sekali kepuasan tergambar di wajahnya."Ah, si Om bisa aja.""Gue serius, Ai. Ya udah ya, gue cabut dulu.""Oke, Om!" Lelaki berusia 35 tahun itu berjalan meninggalkan tempatnya membeli kenikmatan menuju mobil, diikuti oleh wanita yang baru saja dibayarnya untuk memuaskan hasrat semalam.Setelah mobil yang ditumpangi kliennya melaju meninggalkan gang Dolly, wanita tersebut kembali menutup pintu ruangannya, ia segera mengunci pintu kemudian menyandarkan tubuhnya di sana.Perlahan tubuhnya merosot seiring berjatuhannya air mata dari kedua pelupuk matanya.Ia membuka tiga lembar uang berwarna merah yang berada di dalam g
Bab 8Di siang yang terik, sebuah mobil Avanza berwarna putih berhenti tepat di depan rumah Ustad Sofyan, tak berselang lama Irul keluar dari sana kemudian mengucapkan salam kepada Ustaz Sofyan yang sudah menunggunya di teras rumah."Assalamualaikum, Ustadz.""Waalaikumsalam warahmatullah." "Udah siap aja, Ustadz?" Tanya Irul sembari memandangi Ustadz Sofyan dari atas sampai bawah. Lelaki paruh baya itu terlihat rapi dengan baju koko putih dan sarung juga sorban bernuansa batiknya, tak lupa peci putih juga melingkar di kepalanya.Ustadz kondang di Kampung Melati itu selalu mengenakan peci putih ke manapun ia pergi dan apapun acaranya, walaupun dia belum berhaji. Di daerahnya, peci putih dikenal dengan style seorang yang sudah pernah melakukan ibadah haji, atau biasa disebut dengan panggilan Pak HajiDan dia merasa menikmati ketika ada seseorang yang salah sangka dan memanggilnya dengan sebutan Pak Haji, dia merasa bangga dengan gelar itu walaupun tidak sesuai dengan kenyataan. Ia pun
Bab 9Melihat Aina yang sedang berjalan melalui spion mobil, membuat emosi Ustad Sofyan memuncak, ia mengepalkan tangan geram, air wajahnya mendadak merah."Dasar anak ndak guna! Kok iso loh dia malah ada di sini? Bikin malu orang tua aja!" Batin Ustad Sofyan.Langkah Aina terlihat semakin dekat, ia sudah melewati bagian belakang mobil yang ditumpangi Ustad Sofyan, dengan cepat lelaki paruh baya itu membuka pintu mobilnya, dan seketika menghentikan langkah Aina.Aina mundur beberapa langkah, memberikan jalan untuk seseorang di dalam mobil itu keluar. Namun ia begitu terkejut saat mendapati bahwa seseorang yang keluar dari dalam mobil adalah Abahnya sendiri, kedua matanya seketika membola, ia bahkan sampai membekap mulut dengan kedua tangannya, Aina tak dapat menutupi keterkejutannya, "Abah ...," lirihnya.Aina menelan ludah paksa, tulang kakinya mendadak bergetar hebat dan terasa lunglai. Ia berpegangan awak mobil yang ditumpangi Abahnya untuk menjaga keseimbangan, raut wajahnya menda
Bab 10"Mi, makanan hari ini cuma tempe sama sambel aja? Lauk lainnya mana?" tanta ustadz Sofyan di pagi yang cukup cerah.Ia tengah duduk di meja makan, bersiap menikmati hidangan yang disajikan oleh istrinya.Soimah berjalan ke arah meja makan, meletakkan dua gelas kosong di sana, kemudian mengisinya dengan air putih," Ndak ada, Bah ... ada nya memang cuma itu. Kita kan harus berhemat, karena sudah sebulan ini tidak ada pemasukan sama sekali. Bahkan Abah saja sudah lama ndak kasih Ummi uang nafkah, sedangkan uang pegangan ummi juga sudah terpakai habis." Istri ustadz Sofyan mulai mengeluhkan kondisi mereka, sembari menyodorkan segelas air minum ke hadapan suaminya.Kondisi ekonomi mereka memang berubah drastis sejak kabar Aina bekerja sebagai psk tersebar luas ke seluruh penjuru Kampung Melati. Ustadzs Sofyan tak menyangka, bahwa sikap kasarnya terhadap Aina siang itu justru menjadi bumerang baginya.Entah bagaimana caranya kabar itu tiba-tina tersebar dan merusak nama baiknya. Tak
Bab 11Arsen POV.Bali, Iam comming ... Ah, akhirnya sampai juga aku di Pulau Dewata ini. Urusan kerjaan 3 bulan belakangan ini benar-benar padat, aku sampai nggak punya waktu untuk sekedar healing atau menghabiskan waktu untuk diriku sendiri.Semoga saja aku belum terlambat, wanita itu terus mendatangiku di dalam mimpi selama 3 bulan belakangan, dan aku baru sempat kembali kemari hari ini. Aku harus bergerak cepat, untuk mencari tahu keberadaannya, dan memastikan bahwa ia bpaik-baik saja. Dengan begitu aku akan terbebas dari rasa bersalah yang terus menghantui.Sebaiknya aku langsung menuju ke hotel tempat kami melakukannya saat itu, mungkin dari sana aku bisa mendapatkan informasi tentangnya.Kulangkahkan kaki lebar-lebar, keluar dari area bandara untuk menemukan kendaraan dan melanjutkan perjalanan."Hotel Sukma Ayu, ya, Bli!" ucapku pada sopir taksi."Siap."Taksi melaju cepat membelah jalanan yang cukup lenggang. Ya, aku memutuskan untuk mencari tahu informasi tentang gadis itu t
Bab 12Arsen memasuki kamarnya. Kamar yang sama dengan kamar tempat tragedi antara ia dan Aina terjadi beberapa bulan lalu.Arsen menutup pintu, kemudian menatap nanar ranjang yang menjadi saksi bisu pergulatannya dengan Aina.Ia mulai mengayun langkah ke arah ranjang, kemudian menjatuhkan bobot di sana, sejenam merebahkan tubuhnya, memanjakan punggung di atas empuknya spring bed dan halusnya seprei putih yang membalutnya."Akhirnya aku sampai juga di tempat ini. Tempat yang menyimpan kenangan buruk sekaligus indah. Buruk karena itu merupakan sebuah kecelakaan, indah sebab belakangan aku selalu merindukan momen itu." Arsen bergumam dalam hati, tanpa ia sadari, kedua sudut bibirnya terangkat, mencetak sebuah senyuman tipis saat memutar kembali mimpinya bersama Aina.Akibat terlalu seringnya Aina datang ke dalam mimpinya, membuatnya merasa terikat dengan Aina. Seperti ada sebuah pengikat yang membuat ia selalu terhubung dengan Aina."Siapa sebenarnya gadis itu, semakin hari aku dibuat s
Bab 13"Kamu?" Arsen terkejut mendapati wanita yang ciri-cirinya itu kini berdiri mematung di tempatnya. Suasana yang semula riuh akibat kedatangannya mendadak hening saat mereka mengetahui bahwa Arsen mengenal wanita yang telah mereka sewa.Arsen memandangi Aina, dari atas ke bawah, seolah tak percaya bahwa ia adalah wanita yang sama dengan yang ia temui di kamar malam itu. Ia merasakan aura yang berbeda dari Aina yang ia temui sebelumnya. Gadis lugu nan manis yang selalu datang ke dalam mimpinya itu berubah menjadi wanita malam dengan segala aura gelapnya.Sementara Aina, ia memandang Arsen tanpa ekspresi. Dengan pandangan yang masih melekat pada Arsen, Aina berpindah dari tempatnya, berjalan mendekati Arsen, dan berhenti tepat di depan Arsen."Ada yang ingin kubicarakan denganmu! Ikut aku!" ucap Aina dengan nada bicara sedingin es, kemudian melangkah mendahului Arsen.Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Arsen pun dengan lulutnya mengikuti langkah Aina, meninggalkan keheranan di be
Bab 14Arsen kembali ke ruang VIP dengan penuh emosi. Sesampainya di sana, ia diberondong dengan pertanyaan oleh teman-temannya."Sen, lu kenal ama tu cewek?""Kok nggak pernah cerita ma kita orang sih?""Tau nih, ga seru deh, lu!''Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan teman-temannya membuat Arsen merasa kebingungan. Ia yang tengah diliputi emosi semakin tersulut mendengar pertanyaan dari teman-temannya."Apaan sih lu pada! Gosah pada muna deh!" gerutu Arsen kesal, pasalnya, ia sangat meyakini bahwa Aina adalah wanita yang sengaja dibayar oleh teman-temannya untuk menjebaknya.Kelima teman Arsen saling pandang bingung,"maksud lo apa sih, Bro?! Nggak paham deh gue," celetuk teman Arsen yang bernama Lion, dia lah yang punya ide untuk menjebak Arsen bersama Abella malam itu.Arsen hanya mendengus kesal, ia benar-benar malas ribut dengan teman-temannya."Dah, ah! Diem ajalah kalian, males gue debat m
Awan meredup tatkala tanah mulai menimbun raga Aina yang tak lagi bernyawa, seolah bumi tak rela ditinggalkan salah satu penghuni terbaiknya.Mendung yang sama juga menebal dan menggelap di mata suami Aina. Kelopak mata indah itu sejak tadi bekerja keras untuk membendung air yang berdesak-desakan ingin ditumpahkan dari sana. Berkali-kali Arsen menengadahkan wajahnya ke langit, menahan agar air matanya tak sampai jatuh membasahi tanah kubur sang istri."Ikhlaskan, Arsen ... ikhlaskan!" gumamnya menguatkan diri sendiri, kemudian lanjut mengayun cangkul untuk mengubur jasad Aina. Ia sengaja ingin ikut serta di dalam step by step prosesi pemakaman Aina. Mulai dari memandikan, mengkafani, mengantar jenazah, hingga menguburkan, dia selalu turut serta, dibantu orang-orang yang bertugas.Di sisi kiri liang lahat, ustadz Sofyan tergugu di atas kursi rodanya. Kabar tentang kematian putrinya benar-benar mengguncang jiwanya. Belum kering rasanya air mata kesedihan ata
"Kalau sekarang Mas Arsen bertanya apakah Aina bahagia? maka Aina akan menjawab, iya, Aina sangat bahagia. Bahkan saat ini Aina berada di atas puncak kebahagiaan Aina.Bagaimana mungkin Aina tidak berbahagia, sementara Aina memiliki keluarga yang utuh, dan sangat-sangat menyayangi Aina, menerima Aina dengan segala kekurangan yang Aina miliki.Bagaimana Aina tidak bahagia, Mas? sedangkan Allah memberikan anugerah terindah di dalam hidup Aina, anugerah itu berupa Shena dan juga kamu Mas Arsen, kalian berdua adalah warna di dalam kelamnya kehidupan yang pernah Aina lalui.Dan yang terpenting, bagaimana mungkin Aina tidak bahagia, sedangkan Allah telah memberikan Aina kesempatan untuk kembali mendekati-Nya, setelah Aina mengambil jalan untuk menjauhkan diri dari-Nya?Ini adalah sebuah anugerah. Hidayah adalah anugerah terindah bagi setiap mukmin dan mukminah, dan hal itu tak pernah luput untuk Aina syukuri, Mas." Aina menjawab panjang kali lebar.
Bab 31 JDYT"Sayang, kok belum istirahat?" tanya Arsen saat memasuki kamarnya dan mendapati istrinya masih asyik bermain bersama Shena, putrinya. Aina memang terlihat sangat bersemangat saat bersama Shena, itu sebabnya dokter memberikan izin untuk Aina pulang jika memang alasannya adalah Shena. Karena energi positif yang Aina dapatkan saat bersama Shena diharapkan menjadi pengobatan terbaik untuk penyakitnya.Aina tersenyum, "belum, Mas ... masih asyik main ini Shenanya," jawab Aina."Ya sudah, sini Shena biar sama aku, kamu istirahat, geh! Inget kata dokter, kamu butuh banyak istirahat, Sayang ...," ucap Arsen seraya bersiap mengambil Shena."Mas mau bawa Shena ke mana?" tanya Aina sembari menangkis tangan Arsen yang hendak mengambil Shena."Ke kamarnya, Sayang ... biar ditidurkan sama Suster," jawab Arsen apa adanya."Malam ini, Shena biar di sini saja ya, Mas? Tidur sama kita," pinta Aina."Kamu yakin? Tidur kamu bisa terganggu saat Shena menangis dan butuh susu. Sementara kamu but
Bab 30 JDYT"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Arsen pada dokter yang hampir dua tahun ini mendampingi pengobatan Aina."Proses kemotheraphy-nya sudah selesai, Pak, namun sepertinya Ibu masih harus rawat inap untuk beberapa hari, karena kondisinya kurang baik, sehingga membutuhkan perawatan dan pengawasan secara intensif." Dokter menjelaskan kondisi Aina.Arsen menghembuskan nafas kasar. Dua tahun sudah ia mendampingi Aina menjalankan pengobatan, namun seperti tidak ada hasilnya. Kondisi Aina semakin hari semakin menurun."Apa ada kemungkinan sembuh untuk anak saya, Dok?" kali ini ustadz Sofyan yang bertanya. Sudah sejak lama ia memaksa untuk ikut serta mengantar Aina kemo, dan bertemu langsung dengan dokter yang menangani Aina, namun Aina selalu melarangnya.Aina tak ingin membuat Abahnya menjadi terbebani saat mendengar penjelasan dokter tentang kondisinya, namun kali ini Aina tidak bisa lagi menolak. Abahnya itu terus memaksa, dan Aina tidak memiliki pilihan lain selain men
Bab 29 JDYT"Alhamdulillah ... terima kasih ya, Sayang ... kamu sangat nikmat," ungkap Arsen sesaat setelah menyelesaikan aktiftas suami istri. Ia mencium kening Aina penuh cinta. Sementara Aina hanya tersenyum sebagai balasan.Malam ini harusnya menjadi malam paling bahagia bagi sepasang suami istri baru, namun Aina merasakan hal yang berbeda.Melakukan hubungan badan selalu mengingatkannya pada kondisi-kondisi buruk sebelumnya yang sempat ia alami, sehingga menimbulkan trauma dan rasa tidak nyaman tersendiri. Namun ia berusaha menyembunyikan perasaan itu di hadapan suaminya, sebab tak ingin membuatnya kecewa.Arsen membaringkan tubuhnya di sisi Aina, kemudian membersihkan sisa-sisa pergulatannya dengan Aina menggunakan tissue. Namun betapa terkejutnya Arsen saat mendapati bercak darah di tissue yang ia gunakan untuk membersihkan senjatanya, hal yang sama juga dirasakan oleh Aina."Sayang, kok kamu berdarah?" tanya Arsen bingung, begitu juga dengan Aina. Pasalnya mereka berdua paham,
Bab 28 JDYT"Saya terima nikah dan kawinnya, Sukainah binti Sofyan, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Dengan menjabat tangan ustadz Sofyan, Arsen mengucap kalimat sakralnya dengan mantap dan dalam sekali tarikan nafas."Bagaimana saksi, sah?" "Sah!""Alhamdulillahirabbil 'aalamiin. Baarokallahu laka wa baaroka alaika wajama'a bainakuma fii khair." Kyai Musthofa langsung menyambung dengan doa saat semua saksi menyatakan sah. Diaminkan seluruh santri pondok pesantren Darul Falah beserta beberapa keluarga dari pihak Arsen.Acara pernikahan Aina dan Arsen berjalan dengan lancar. Walaupun sederhana, namun terasa khidmat. Setelah khutbah nikah dibacakan dan doa-doa dipanjatkan, acara pagi hari itu ditutup dengan proses pertemuan kedua mempelai. Dengan diiringi lantunan sholawat nabi dan Albanjari, Arsen yang diapit oleh Kyai Musthofa dan ustadz Sofyan berjalan dari tempat lelaki ke tempat tamu perempuan yang hanya terpisah oleh tirai masjid.Di sana, Aina didampingi oleh bu Nyai K
Bab 27"Aina ...?" ustadz Sofyan mengulangi ucapannya sekal lagi, sembari berjalan mendekat ke arah Aina. Sementara Aina hanya memasang ekspresi datar, namun walau begitu, air wajahnya tidak dapat menyembunyikan beragam rasa yang tengah melandanya.Kini keduanya saling berhadapan, pandangan mereka saling bersirobok, menyampaikan rasa yang bergejolak di dada.Di hadapan Aina, ustadz Sofyan bersimpuh, memohon maaf atas kesalahan-kesalahannya. Ia tak lagi memandang Aina sebagai putri yang harus menghormatinya, melainkan memandangnya sebagai manusia yang telah ia hancurkan hidupnya. "Maafkan Abah, Aina ... maafkan Abah ...," ucap ustadz Sofyan di sela tangis penyesalannya. Melihat itu, air mata Aina menetes begitu saja, kemudian dengan cepat ia menepisnya.Aina berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan posisi sang abah, kemudian meraih kedua bahu abahnya, dan mengajaknya untuk berdiri."Abah tidak perlu seperti ini," ucapnya terdengar datar.Ustadz Sofyan berdiri perlahan, mengikuti gerak
Bab 26Setelah sholat shubuh dan membaca serangkaian doa yang selalu istiqomah dilakukan oleh ustadz Sofyan, lelaki yang kini berstatus duda itu melanjutkan aktivitas memberi makan ayam-ayam yang diternaknya sejak beberapa bulan lalu. Tepatnya setelah kepergian mendiang istrinya.Ustadz Sofyan dengan segala keterbatasannya memutuskan untuk berternak ayam sebagai hiburan sekaligus jalan rizki kecil-kecilan. Ia menyebutnya hiburan sebab dengan beraktivitas bersama ayam-ayam itu setidaknya membuat ia melupakan kesedihan dan kesendiriannya.Putrinya, Alina, sempat mengajaknya untuk tinggal di rumah suaminya, namun ia menolak sebab merasa tak enak hati dengan besan. Rumah Alina memang bersebelahan dengan rumah mertuanya, bahkan bisa dikatakan sambung, karena hanya ada satu dapur untuk dua rumah, sesuai permintaan mertuanya. Selain itu, ia merasa berat jika harus meninggalkan rumah dengan penuh kenangan bersama keluarganya.Ustadz Sofyan memilih hidup sendiri, sebatang kara di rumahnya. Mel
Bab 25 JDYT"Pagi, Shena cantik ... hari ini hari minggu, seperti biasa, Ayah akan ajak kamu berkunjung ke tempat bunda. Lets go, kita siap-siap." Arsen mengambil Shena–putrinya yang baru terbangun dari box bayi.Seperti biasa, tepatnya sejak dua bulan lalu, Arsen mulai terbiasa merawat bayi Shena, putri dari hasil hubungannya dengan Aina. Di hari-hari kerja, Arsen akan membawa Shena ke kantornya ditemani seorang baby sitter, sedang di hari minggu, ia meminta baby sitter untuk berlibur, dan menjadikannya waktu untuk quality time bersama Shena.Shena, nama bayi cantik itu diambil dari gabungan nama ayah dan bundanya, Arsen dan Aina. Ia sengaja memilih nama itu, sebagai bukti pada Aina, bahwa ia serius ingin mempertanggung jawabkan perbuatannya.Dua bulan ini, Arsen menggunakan waktu untuk mulai mendekati Aina, perlahan mengembalikan kepercayaan Aina terhadapnya. Awalnya Aina menunjukkan penolakan, namun kearena kehigihan usahanya, perlahan Aina mulai bisa menerima kehadiran Arsen.Aina