Kayla berada di garasi bersama ayahnya. Keduanya sedang memeriksa mobil mereka yang sepertinya mengalami kerusakan. Sebenarnya itu bukan mobil biasa biarpun bentuknya seperti mobil MPV pada umumnya. Semuanya memang dibentuk seperti itu. Kayla berkacak pinggang sambil melihat pekerjaan ayahnya yang cukup telaten membongkar beberapa komponen di mesinnya.
“Bagaimana? Sudah selesai?” tanya Kayla.
“Ini persoalannya. Ternyata komponen induksinya terbakar. Aku perlu beberapa IC yang belum pernah ada di zaman ini. Mau tak mau aku harus membuatnya,” jawab ayahnya.
“Jadi kita tak bisa kembali memakai mobil ini?” tanya Kayla.
“Tunggu saja ibumu berkunjung lagi. Aku yakin dia mau membawakan IC itu. Lagipula dia pasti akan datang menengok anaknya,” jawab ayahnya sambil menutup kap mesin mobil tersebut.
“Ah, ini sebenarnya problem terbesar yang di hadapi time-traveler seperti kita. Biarpun kamu bisa
“Kau harus menerima keputusan ayahmu.”“Hah? Apa maksudnya? Ibu mau menyerah? Ibu mau menyerah setelah perjuangan kita selama ini?” tanya Faiz tak percaya.“Kau kira ibu menyerah?” Yuni bertanya balik.Faiz mengangkat bahunya.“Ibu ingin memperjuangkan sesuatu yang dulu hilang. Ibu ingin memperjuangkan cinta ibu yang dulu hilang. Ibu akui ayahmu tidak berkata jujur kepada ibu. Tetapi dia masih tetap orang yang ibu cintai. Ibu telah merasakannya selama ini kalau tak ada satu pun lelaki yang mampu mengisi hati ibu selain ayahmu,” jelas Yuli.“Itu artinya ibu menyerah,” ucap Faiz.“Menyerah artinya kau membiarkan semuanya, tetapi ibu sadari selama ini ibu bukan melawan, melainkan justru melarikan diri. Perempuan itu pasti senang selama ini karena selalu dekat dengan ayahmu. Juga seharusnya aku yang berada di sana, bukan berada di sini,” terang Yuli. “Ada garis tipis a
Restoran Happy Moon merupakan restoran besar. Yang menjadikan tempat ini spesial yaitu ruangannya yang bisa di-booking untuk keperluan tertentu misalnya untuk rapat atau arisan keluarga atau keperluan yang lain seperti yang terjadi hari ini. Lantai tiga restoran ini telah dibooking untuk acara yang diprakarsai Keluarga Wijaya. Malam ini lebih bisa dibilang acara perjamuan yang hanya dihadiri anggota keluarga. Orang-orangnya tampak memakai baju resmi, tak ada satupun dari kalangan biasa melainkan para penghibur yang ada di tengah panggung. Mereka kelompok band Iskha dan kawan-kawan. Iskha sampai saat itu tidak tahu kalau yang ada di hadapan mereka keluarga Wijaya. Mereka test sound, memeriksa peralatan yang akan mereka gunakan untuk pentas. Iskha memakai baju santai berupa kaos warna pink dengan ropi berbahan jeans, serta celana jeans warna hitam sebetis. Rambutnya diikat kuncir kuda dengan sehelai poni ia biarkan terurai di depan panjang dengan ujung bergulung
Duduk bersama dengan orang-orang yang tidak dikenal membuat Faiz canggung. Apalagi posisinya berada di sebelah ibunya, sedangkan di sebelah ibunya ada ayahnya. Doni Hendra Wijaya berdiri untuk menyampaikan pengumuman penting. Siapapun yang ada di ruangan itu tampak memperhatikan. Tak terkecuali Iskha dan Kayla yang tampaknya penasaran, pengumuman apa yang ingin disampaikan pemilik Wijaya Group tersebut. Lelaki tua itu berdiri dan pandangannya menyapu ke semua arah.“Terima kasih telah datang hari ini. Aku sangat menghargainya. Ini hari penting karena hari ini juga aku akan mengumumkan sesuatu hal tentang kehidupan Wijaya Group kedepannya yang sekarang makin hari kian berkembang. Group ini juga dikelola ayahku, juga paman-pamanku, tetapi kemudian ayah sudah meninggal. Kemudian paman-pamanku semuanya juga sudah berusia lanjut dan mungkin tak bisa lagi meneruskan usaha di Wijaya Group. Tetapi mereka punya anak-anak yang sebenarnya baik dan pintar, tetapi tidak punya
“Aku tahu keputusan ini akan sangat berat bagi banyak pihak, tetapi sebagai orang tua aku menyadari kesalahanku selama ini. Kesalahan terbesarku aku tidak pernah percaya kepada siapapun bahkan kepada anakku sendiri. Akibatnya aku terobsesi dengan diriku, juga dengan perusahaan yang sudah aku bangun bertahun-tahun. Hanya saja sekarang aku faham, semua itu tak akan aku bawa mati sedangkan hanya satu orang yang mau menemaniku di rumah sakit sampai sekarang ini, siapa lagi kalau bukan putraku satu-satunya Doni Hendra Wijaya. Semua juga tahu suatu saat nanti dia yang akan menjadi mastermind dari Wijaya Group, tetapi hal itu tak akan pernah terjadi. Aku akan mewasiatkan Doni untuk memberikan lima puluh persen saham Wijaya Group yang aku punya kepada kedua putranya. Kedua cucuku, Faiz dan Arief. Aku tak akan memberikan sepeser pun saham kepadanya kecuali dengan apa yang ia usahakan sendiri. Maka dari itu sampai nanti Faiz dan Arief siap memimpin Wijaya Group maka keputusan m
Tiba-tiba terdengar tawa dari Ihsan. Kemudian tawa itu diikuti dengan tawa yang lainnya. Hanya Doni Hendra Wijaya, Arief, Alisya dan Yuni yang tidak tertawa. Satu hal yang membuat mereka tidak tertawa karena ancaman Faiz ini serius. Terutama Doni, dia tahu putranya orang yang fokus. Dia tahu Faiz sejak kecil seperti apa dan sifat itu tidak berubah. Sifat yang juga ada pada dirinya.“Kau mau membeli Wijaya Group? Kamu bermimpi? Hahahahahaha,” tawa Ihsan menggelegar.“Silakan tertawa, tapi aku akan buktikan!” ucap Faiz. Dia kemudian pergi meninggalkan ruangan perjamuan itu.Suasana masih ramai dengan tawa. Tyas bahkan menganggap hal itu lucu. Memang kalau tidak lucu lalu apa? Bermimpi membeli Wijaya Group? Itu omong kosong belaka, seumur hidup tidak pernah ada orang yang berambisi seperti itu. Mau sampai tujuh turunan pun Faiz tidak akan mampu membeli perusahaan itu.“Buktikan kepada mereka yang menertawakanmu, Faiz. Aku yakin
Faiz sudah berada di kamarnya setelah dia pulang sendirian malam itu. Dia sengaja meninggalkan ibunya, karena tujuan dia dan ibunya berada di tempat perjamuan itu berbeda. Ia hanya ingin memberikan tantangan dan ancaman kepada Wijaya Group. Ia telah memberikannya. Akhirnya ia bisa bernapas lega karena setiap hari merasa tidak enak dengan jumlah total nilai uang yang ada di rekening tabungannya. Sebenarnya bisa saja dengan uang itu ia gunakan untuk pendidikan yang layak, tetapi ia sudah bersumpah untuk tidak akan menggunakannya.Di kamarnya sangat banyak lukisan dan gambar dari orang yang sangat ia sukai sejak lama. Semuanya gambar tentang Iskha. Dia bahkan bermimpi kalau suatu saat nanti bisa menjadi pengantinnya. Ah, sampai sekarang pun ia masih pengecut. Sebagai seorang cowok yang berada di masa puberitas seperti ini tak mudah untuk mengutarakan cinta, yang terjadi hanya diam-diam suka. Faiz sudah menyukai Iskha sejak lama. Entah kapan perasaan itu datang untuk pertama kali
“Kita masih sahabat bukan? Katakan kepadaku! Kau masih sahabatku, bukan?” tanyanya berkali-kali.“Iya, kita masih bersahabat,” jawab Faiz. “Hanya saja, aku tak ingin kau terbebani dengan urusan keluargaku. Maaf, kalau aku selama ini menyembunyikannya darimu. Aku hanya tak ingin kau ikut larut dalam permasalahan ini.”“Kau tak perlu memikul persoalan ini seorang diri. Aku bisa ada untukmu kapan saja. Kau selama ini diam. Kau pendam segala perasaanmu, bagaimana aku bisa tahu? Kau pasti pernah bersedih bukan? Selama ini kau pasti merasa terpukul. Aku seharusnya ada untukmu...,” terdengar suara tangisnya. “Kumohon, jangan begitu kepadaku. Kita masih berteman bukan?”“Iya, kita masih berteman. Maafkan aku,” ucap Faiz sambil mengepalkan tangannya. Ia tak bisa mendengar Iskha menangis. “Sudahlah, jangan menangis! Aku tak bisa mendengarkanmu menangis.”Iskha menghapus air matanya.
Kayla mengamati ayahnya yang sedang menyusun gambar papan sirkuit di layar LCD. Tampak ia sedang memikirkan sesuatu yang pelik sekarang ini. Kayla tahu apa yang sedang dipikirkan orang tua itu.“Kenapa? Masih belum ada perkembangan?” tanya Kayla.“Aku sudah menemukan cara membuat IC itu, permasalahannya lebih rumit daripada yang kau kira. Kita kemungkinan besar tidak akan bisa pulang,” jawab ayahnya.“Hah? Trus? Kita terjebak di masa ini?” tanya Kayla.“Aku telah memeriksa catatan yang ada di log dataku. Lihatlah!” ucap ayahnya sambil memperlihatkan sesuatu di layar LCD. Tampak catatan-catatan tentang perusahaan MT Corporation.“Hmm?” Kayla membacanya dengan seksama.“Kita telah melakukan kesalahan dengan pergi ke masa ini,” ucap ayahnya.“Tetapi aku sebisa mungkin tidak melakukan kesalahan. Aku sudah berhati-hati, kenapa?” tanya Kayla.“Y